Selain sebagai garda terdepan penentu kemajuan peradaban suatu bangsa, guru juga berperan sebagai agen perubahan. Karena itu, guru inisiator konsisten membangun kecerdasan emosional dan spiritual peserta didiknya. Dan saya sebagai guru, terus berupaya menjadi guru penggerak yang selalu melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan Mas Nadiem Anwar Markarim bahwa guru penggerak hendaknya dapat melakukan perubahan-perubahan kecil tanpa harus menunggu komando. Dengan begitu bakal terjadi perubahan besar pada dunia pendidikan.
Guru penggerak harus bergerak maju ke depan. Selalu aktif dalam segala kegiatan yang dilaksanakan di Sekolah, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi bahkan Nasional sekalipun. Keyakinan dan kerja keras, diyakini bisa menembus impian yang ingin digapai, karena setiap orang ingin memberi arti dalam hidupnya dengan berbagai cara. Salah satu cara dengan jurus 3A dan 3M.
Jurus 3A itu adalah Allah SWT dulu, Allah SWT lagi dan Allah SWT terus. Jurus ini saya pakai setelah melalui evaluasi bahwa sekuat apapun usaha saya untuk berubah, tidak ada mencapai hasil maksimal jika tanpa ridho Allah SWT. Maka, sebelum melakukan kegiatan apapun, saya memutuskan bahwa mulai dengan menunaikan hak Allah dulu.
Dengan harapan Allah akan memudahkan segala urusan saya dalam menjalankan amanah sebagai guru dan sebagai peserta didik yang baik. Jika hati sudah bersih, niat sudah lurus dan pikiran juga tenang, maka saya berharap proses pembelajaran akan berjalan lancar. Guru dan peserta didik ada dalam satu frekuensi yang sama, siap belajar bersama menuju perubahan yang lebih baik.
Sesuai yang telah saya pelajari dalam pelatihan calon guru penggerak yaitu mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Pelajar pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berprilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila.
Ciri-ciri Profil Pelajar Pancasila yaitu beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif.
Pagi hari saya mulai dengan membaca surat Al-Fatihah, membaca asmaul husna, ayat kursi dan do’a akan belajar serta program Gelise (Gerakan Literasi Sekolah) selama 15 menit sebelum proses pembelajaran dimulai. Program ini gunanya untuk mendisiplinkan diri bagi guru dan peserta didik. Pada prakteknya, program ini bukan tidak mengalami kendala.
Penghambat terbesar adalah rasa malas dan bosan. Namun, semuanya harus dilawan dengan kembali meluruskan niat dan menguatkan tekad dengan jurus susulan saya yaitu jurus 3M.
Lalu, 3M itu adalah mulai dari diri sendiri, mulai dari sederhana dan mulai dari sekarang juga. Jangan tunggu orang lain berbuat baru kita mau berbuat. Tapi jadilah pelopor dan ajak yang lain mengekor kebaikan kita.
Jangan bermimpi melakukan hal yang besar, tapi hanya sebatas khayalan. Lebih baik bangun dan nyata berbuat walau baru bisa melakukan hal yang kecil dan sederhana. Jangan nunggu sampai semua lengkap dan siap.
Lebih baik mulai kerjakan sekarang juga apa yang sudah direncanakan walau dengan fasilitas yang terbatas dan sumber daya yang belum memadai. Kedepannya, tinggal kita lakukan evaluasi. Apa yang sudah baik tinggal ditingkatkan. Apa yang masih kurang tinggal kita perbaiki dan lengkapi dengan mengadakan refleksi.
Selain itu, sebagai guru penggerak saya ingin selalu bergerak TERDEPAN (Terampil, Elaboratif, Reflektif, Dedikatif, Edukatif, Profesional, Aktif, Natural). Guru penggerak adalah guru yang terampil.
Guru harus terampil dalam mengajar dan mendidik, memanfaatkan teknologi informasi dalam proses pembelajaran serta membangun peserta didik dan kelas literat. Hasilnya adalah guru mengajar berbasis IT dan kelas literasi.
Guru penggerak harus Elaboratif, yaitu mengajar dengan rajin dan tekun. Guru penggerak tidak boleh malas. Ia harus berada dibarisan terdepan untuk memberi contoh pada peserta didik dan guru lainnya. Sesuai dengan semboyan KH Dewantoro.
Guru penggerak selalu melakukan Reflektif. Melakukan perenungan mendalam terhadap apa yang telah diberikan kepada peserta didik. Kekurangan apa yang terjadi dapat diperbaiki pada besok harinya. Pada tindakan ini saya senantias evaluasi diri.
Guru penggerak adalah guru Dedikatif. Ia memiliki dedikasi tinggi terhadap dunia pendidikaan. Hidupnya dicurahkan untuk memikirkan dan bertindak untuk kemajuan pendidikan. Sekolah adalah rumah kedua baginya. Pendidikan adalah ruh hidupnya. Pengabdian adalah jalan amal ibadahnya.
Guru penggerak adalah guru Edukatif. Ia tidak mau berhenti belajar dan membelajarkan. Berbagai sumber belajar dicarinya. Ia mengikuti berbagi Workshop, pelatihan, belajar dari jejaring dunia maya. Mencari ilmu dan berbagi pengetahuan adalah mottonya.
Guru penggerak adalah guru Profesional. Ahli dalam bidang pembelajaran dan pendidikan. Ia mampu mengembangkan bahan dan media pembelajaran yang aplikatif di kelas. Guru profesional mampu menciptakan alat dan media yang bertegnologi sederhana. Pada strategi ini, saya selalu menciptakan karya inovatif dalam pembelajaran.
Guru penggerak juga selalu Aktif. Aktif dalam berbagai kegiatan pendidikan. Aktif sebagai guru pembelajar. Guru penggerak yang aktif, selalu memberikan energi positif kepada guru lain untuk bergerak dan maju. Misalnya, aktif dalam kegiatan pembelajar, KKG, berorganisasi, guru literat dan guru penulis.
Guru penggerak bergerak maju dan Natural. Alamiah, tidak dibuat-buat untuk mencari muka dan ingin mendapat pujian. Ia bergerak ke depan benar-benar lahir dari hati nurani dan jiwa. Oleh karena itu, laju gerakan konsisten dengan komitmen yang tinggi. Bergerak tanpa pamrih dan tidak ada kata mengeluh.
Jiwanya mantap sebagai guru penggerak yang setia. Menjadi guru penggerak memang bukanlah perkara mudah tetapi dunia pendidikan kita saat ini membutuhkan guru-guru penggerak untuk merubah wajah pendidikan demi generasi pengganti masa yang akan datang.
Dengan adanya guru penggerak di suatu sekolah. Maka sekolah tersebut akan lebih maju. Guru penggerak menjadi inspirasi bagi guru-guru lain, menginspirasi bagi peserta didik dan pada akhirnya menjadi pembeda dengan sekolah lain.
Sehingga sekolah tersebut akan lebih dikenal, khususnya di Kecamatan sendiri. Yang paling terpenting adalah ada kemauan untuk menjadi guru penggerak.(*)