Harga karet di pedalaman Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, hingga akhir Oktober 2016 mengalami penaikan menjadi Rp6.000 per kilogram dari harga sebelumnya Rp5.500/kg.
“Naiknya harga karet ini sudah terjadi dalam 2 hingga 3 hari terakhir,” kata Irwansyah Igang, petani karet di Kelurahan Jambu, Kecamatan Teweh Baru, Senin.
Irwansyah mengatakan bahwa naiknya harga karet membuat petani di kabupaten pedalaman Sungai Barito itu bergairah kembali karena 2 bulan terakhir mengalami anjlok dan kini sudah dua kali mengalami penaikan.
Membaiknya harga karet itu karena naiknya harga karet di beberapa daerah lainnya dan diduga akibat permainan para tengkulak yang menguasai penjualan karet di daerah tersebut dengan menyesuaikan dengan harga pasar di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
“Masalahnya, para petani daerah ini masih dominan tergantung pada para tengkulak karena sampai sekarang belum ada pabrik karet, padahal hasil panen karet petani cukup banyak,” katanya.
Irwansyah mengatakan bahwa naik harga karet itu sesuai dengan pengakuan para spekulan karena pihak pabrik di Banjarmasin juga menaikkan harga produk kebun yang dihasilkan rakyat tersebut.
“Kami berharap harga karet terus membaik guna membantu petani, apalagi saat ini harga barang kebutuhan sehari-hari mengalami kenaikan,” katanya yang didukung oleh para petani lainnya.
Karet merupakan salah satu komoditas unggulan masyarakat di kabupaten pedalaman Kalteng karena sebagian besar warga daerah itu berprofesi petani karet, baik bibit lokal maupun unggul.
Luas perkebunan karet rakyat di kabupaten yang terkenal dengan potensi sumber daya alam batu bara itu tercatat 35.646 hektare dengan produksi karet kering mencapai 18.696 ton per tahun.
Semua perkebunan karet rakyat itu tersebar di sembilan kecamatan di wilayah tersebut.