in

Harga Minyak Dunia dan Emas Melonjak

Bhima Yudhistira Adhinegara.(DOK. CELIOS)

MEMANASNYA serangan Israel ke Gaza turut membawa dampak pada harga minyak mentah dunia. Pada perdagangan kemarin (9/10), harga minyak dunia naik di atas 4 persen. Brent diperdagangkan 4,53 persen lebih tinggi pada level USD 88,41 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate melonjak 4,69 persen menjadi USD 88,67 per barel.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara mengungkapkan, dampak dari konflik Israel-Palestina akan memicu investor menggeser ke aset yang aman. “Ini bisa memicu dolar menguat secara jangka pendek. Dolar indeks, misalnya, menguat ke level 106. Rupiah bersiap alami depresiasi terhadap dolar AS,” ujarnya kepada Jawa Pos (grup Padang Ekspres) kemarin.

Dampak lainnya, harga barang impor bakal semakin mahal, khususnya pangan. Bhima mencontohkan komoditas beras. Meski ada negara yang siap menjual beras ke Indonesia, biaya impor beras itu dipengaruhi pergerakan dolar AS. Otomatis, harga beras impor akan naik.

Bukan hanya itu, Bhima menyebut harga BBM bakal lebih mahal. “Tentu pilihan ada pada pemerintah, entah alokasi subsidi energinya dinaikkan atau diteruskan (dampaknya) ke masyarakat agar membayar BBM dengan harga yang lebih tinggi. Pada saat yang sama, inflasi jadi ancaman serius bagi daya beli domestik,” paparnya.

Dampak lainnya adalah ketidakpastian bonanza komoditas terus berlanjut atau tidak. Konflik yang memanas di Timur Tengah bisa menaikkan harga minyak mentah hingga USD 90–USD 92 per barel. Saat ini, di pasar spot harga minyak berkisar USD 83 per barel.

“Meski naik, tetap belum mampu menandingi harga saat krisis minyak mentah 1973 yang saat itu menembus rekor kenaikan tertinggi dari USD 2 per barel menjadi USD 11 per barel atau naik 450 persen,” jelas Bhima.

Secara umum, lanjut dia, faktor politik dan keamanan memang memiliki andil. Namun, pasar minyak akhir-akhir ini cenderung mengalami anomali pasokan dan permintaan sekaligus.

Beberapa faktor yang membuat harga minyak tidak seliar jika dibandingkan pada 1973 adalah relaksasi pembatasan ekspor minyak dari Rusia yang diperkirakan menambah pasokan minyak global.

Kemudian, belum jelasnya pemangkasan produksi minyak yang dibahas pada pertemuan Arab Saudi dan Rusia pada November mendatang. Berapa banyak produksi yang dipangkas pun masih menjadi teka-teki.

Kemudian, faktor lain adalah menguatnya dolar AS menjadi kabar buruk bagi pemain komoditas minyak karena kekhawatiran banyak negara importir minyak yang mengurangi permintaan impor akibat selisih kurs.

Sejalan dengan itu, Tiongkok sebagai negara konsumen energi yang besar sedang mengalami slowdown ekonomi hingga 2024 dengan outlook pertumbuhan ekonomi 4,4 persen atau di bawah proyeksi Indonesia yang sebesar 5 persen. “Industri di Tiongkok tidak sedang ekspansif sehingga memengaruhi demand minyak global,” katanya.

Selain minyak, harga emas juga terpengaruh. Menurut Head of Corporate Communication PT International Business Futures Andri Darmawan, konflik Israel-Palestina yang memanas membuat harga emas melompat seketika.

“Disebabkan para investor panik lantaran memperkirakan perang berlangsung lama dan berkepanjangan. Dengan demikian, banyak investor yang memutuskan untuk mencari aset safe haven seperti emas yang dinilai lebih stabil,” ujarnya.

Momen seperti itu bisa dimanfaatkan para investor untuk melakukan posisi long buy atau menjual emas fisik begitu harga mencapai titik tertingginya. Selain itu, menjelang akhir tahun, siklus harga emas biasanya akan terkoreksi dulu hingga ke kisaran level USD 1.800–USD 1.700 per troy ounce sebelum mengalami lonjakan menjelang akhir Desember pada momen window dressing dan berlanjut hingga Imlek pada tahun depan.

“Karena itu, emas bisa menjadi pilihan menarik hingga akhir tahun ini untuk dikoleksi para investor,” tuturnya.

Kemarin pelaku pasar dikejutkan dengan lonjakan harga emas yang lebih dari 20 basis poin dari harga penutupan pasar di sesi Amerika Serikat pada Jumat (6/10) di level USD 1.830 per troy ounce. Kemarin harga emas terbang mulai pembukaan sesi Asia hingga siang mencapai USD 1.854 per troy ounce. (dee/c14/fal/jpg)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Israel Blokade Total Gaza: Putus Aliran Listrik, Air Bersih, dan Pasokan Makanan

Belum Ada di Indonesia, Pabrik Indarung I Layak jadi Museum Situs Industri