in

Harga Minyak Tertekan karena OPEC

Harga minyak turun sedikit pada Rabu atau Kamis (24/11/2016) waktu Indonesia di tengah keraguan investor bahwa organisasi eksportir minyak (OPEC) akan menyetujui pemotongan produksi yang cukup besar.

Sebagaimana diketahui OPEC akan bertemu pekan depan pada 30 November di Wina untuk memutuskan kesepakatan untuk memangkas produksi, yang mana proses negosiasinya telah berlangsung sejak September.

Harga minyak berfluktuasi sepanjang hari, mulai rendah di pagi hari dan kemudian sebentar berbalik positif setelah Biro Informasi Energi (IEA) mengatakan secara tak terduga stok minyak mentah AS turun 1,3 juta barel pekan lalu, setelah tiga minggu berturut-turut mengalami peningkatan.

Dilaporkan pula bahwa pengebor AS menambahkan rig minggu ini, untuk mendapatkan keuntungan.

Di pasar AS, harga acuan West Texas Intermediate (WTI) minyak mentah berjangka CLc1 turun 7 sen (0,2 persen) pada 47,96 dollar AS per barel. Sementara itu, harga acuan Brent berjangka minyak mentah LCOc1 melorot 17 sen (0,35 persen) di level 48,95 dollar AS per barel.

Perbedaan harga antara satu bulan dan berikutnya di pasar berjangka, menunjukkan tanda-tanda bahwa perubahan harga tidak mencerminkan fundamental pasar.

“Melihat kurva ke depan, harga secara substansial menjadi lebih lemah untuk WTI. Itu bearish, dan ada tekanan kurva ke depan,” kata Tariq Zahir, seorang analis di Tyche Capital Advisors di New York, dikutip dari Reuters, Kamis.

“Akan ada beberapa anggota OPEC yang memangkas produksi, tetapi apakah Arab Saudi benar-benar akan mengambil bagian terbesar?” kata dia lagi.

Investor tetap ragu apakah OPEC akan setuju untuk memotong 4,5 persen produksinya, lebih tinggi dari yang mulanya diusulkan 4 persen.

Menurut perhitungan Reuters, itu berarti akan mengurangi pasokan lebih dari 1,2 juta barel per hari. Irak merupakan salah satu anggota yang enggan untuk menyetujui pemotongan. Akan tetapi Perdana Menteri Haider al-Abadi kepada wartawan, Rabu di Baghdad menyampaikan, mereka bersedia untuk menurunkan output mereka.

Sebaliknya, produsen minyak non-OPEC, Rusia telah berkomitmen akan memangkas produksi. Tetapi perusahaan minyak dalam negerinya belum bekerja untuk memotong produksi.

Di sisi lain, pengebor minyak AS malah menambahkan rig minggu ini, menangkap peluang sebagai produsen shale dengan memperkirakan harga minyak mentah yang lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang. Peningkatan rig pada November merupakan yang terbesar sejak Juli.

Perusahaan jasa energi Baker Hughes Inc (BHI.N) misalnya, menambahkan tiga rig minyak dalam seminggu sampai 23 November. Sehingga totalnya mencapai 474 rig, terbanyak sejak Januari. Namun angka ini masih di bawah periode sama tahun lalu yang mencapai 555 rig.

KOMPAS

Redaksi:
Informasi pemasangan iklan
Hubungi:
Telp. (0651) 741 4556
Fax. (0651) 755 7304
SMS. 0819 739 00 730

What do you think?

Written by virgo

Kecewa

Tim AZAN Punya Tiga Alat Bukti Perkarakan Adi Laweung