WASHINGTON DC – Pandemi global virus korona telah menyulut krisis ekonomi yang belum pernah terjadi pada abad sebelumnya dan untuk menanggulanginya dibutuhkan tanggapan secara masif agar segera terjadi pemulihan. Pernyataan itu disampaikan ketua International Monetary Fund (IMF), Kristalina Georgieva, pada Kamis (9/4).
“Peringatan terkait kerusakan yang disebabkan wabah virus telah terasa dan dunia harus bersiap menghadapi keruntuhan ekonomi sejak masa depresi besar,” kata Georgieva.
Setelah mengakibatkan kematian hampir 89 ribu jiwa di 192 negara dan teritori serta jumlah kasus terinfeksi telah melampaui 1,5 juta di seluruh dunia, ekonomi dunia jadi terhenti sebagai upaya untuk mencegah penyebaran virus korona.
“IMF memprediksi angka pertumbuhan global akan secara negatif melorot tajam pada 2020 dengan 170 dari total 180 negara anggota IMF akan mengalami penurunan pendapatan per kapita,” kata Georgieva dalam pidato lewat telekonferensi jelang pertemuan IMF dan Bank Dunia pekan depan. “Padahal beberapa bulan lalu, IMF memprediksi ada 160 negara akan mengalami peningkatan pendapatan per kapita,” imbuh dia.
Dalam paparannya juga disebutkan oleh Georgieva walau dalam skenario terburuk IMF mengharapkan sebagian perekonomian global akan pulih dengan asumsi wabah virus korona telah mereda pada tahun depan dan bisnis berjalan dengan normal dan “lockdown” telah dicabut.
“Namun bisa saja kondisi ini akan semakin memburuk karena ketidakjelasan dari berapa lama pandemi ini akan berlangsung,” ucap ketua IMF itu.
Pada Selasa (14/4) pekan depan, IMF akan merilis World Economic Outlook terbaru yang akan menjelaskan keterpurukan ekonomi yang dialami negara-negara anggotanya pada tahun ini dan tahun depan. Pada Januari lalu, IMF memproyeksikan pertumbuhan global tumbuh 3,3 persen pada tahun ini dan 3,4 persen pada 2021.
Belum Cukup
Sementara itu Bank Dunia melaporkan bahwa Amerika Serikat (AS) telah mem-PHK 17 juta pekerja sejak pertengahan Maret lalu. Bank Dunia pun menyatakan bahwa pandemi telah menyebabkan resesi untuk pertama kalinya di Afrika sejak 25 tahun terakhir.
“Pemulihan ekonomi tergantung pada aksi nyata saat ini,” kata Georgieva.
IMF saat ini hanya mampu memberikan dana pinjaman sebesar 1 triliun dollar AS dan semua itu hanya mencukupi bagi menalangi 90 negara yang memang amat membutuhkan bantuan darurat.
Sejumlah negara memang telah melakukan upaya penggalangan hingga mencapai 8 triliun dollar AS, namun Georgieva menyatakan agar pemerintah negara-negara anggota untuk meningkatkan upaya lebih baik lagi.
“Krisis ini tak mengenal perbatasan negara dan semua pihak akan merasakannya,” pungkas Georgieva. eko/AFP/I-1