PerpuSeru merupakan sebuah program yang mengembangkan perpustakaan umum menjadi pusat belajar masyarakat yang memberikan pelayanan berbasis teknologi informasi.
Program yang didukung Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) dan Bill and Melinda Gates Foundation tersebut menggelar acara road show “Seribu Cerita PerpuSeru”. Untuk itu diharapkan agar lebih banyak masyarakat yang terinspirasi oleh kisahkisah sukses yang telah dihasilkan PerpuSeru. Titie Sadarini, Chief Executive CCFI mengatakan banyak dampak nyata yang dapat dilihat dari program ini, seperti peningkatan kualitas hidup masyarakat, di antaranya mendapatkan pekerjaan, peningkatan pendapatan, menciptakan lapangan pekerjaan baru, meningkatkan prestasi pendidikan, meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan, menyalurkan hobi, serta pengembangan usaha di masyarakat.
Hingga akhir Oktober 2017, kegiatan Seribu Cerita PerpuSeru sudah berjalan dari kota Lubuk Linggau, Sumatera Selatan dan akan berakhir di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. “Karena memberdayakan perpustakaan sama saja dengan memberdayakan masyarakat. Pengaruhnya besar,” lanjutnya. PerpuSeru didukung berbagai pesohor, antara lain Duta Baca Indonesia Najwa Shihab hingga Adinia Wirasti sebagai sahabat PerpuSeru.
Ni Wayan Srimentik asal Desa Tianyar Barat, Karangasem, Bali, menjadi salah satu contoh potret seseorang yang peruntungannya bisa berubah melalui hadirnya perpustakaan. Ni Wayan bercerita, dulunya ia seorang pengemis. Awalnya, sekitar tahun 2000, ia menjadi buruh pencari batu, namun berhenti karena longsor di tempat kerja yang hampir merenggut nyawanya. “Baru kerja enam hari terkena longsor,” kata Ni Wayan.
Longsor tersebut menimbun hampir seluruh tubuhnya. Butuh waktu hingga beberapa jam sampai akhirnya Ni Wayan ditemukan. Selama enam bulan ia tak bisa melakukan apa-apa karena tulang belakangnya patah. Setelah berhasil sembuh, pada 2002 ia diajak temannya pergi ke Denpasar. Lantaran tidak punya pekerjaan tetap, ia pun mengemis, hingga 2014 ditangkap Satpop PP.
“Dibawa ke dinas sosial dan di sana mereka bilang ‘berhenti menjadi pengemis,” ujar Ni Wayan. Setahun kemudian, ia pun berkumpul dengan teman-temannya. Mereka berjualan barang milik orang lain selama satu tahun, sebelum akhirnya dibawa ke perpustakaan dan memperoleh inspirasi untuk membuat dupa herbal.
Di perpustakaan pula ia belajar cara memasarkan dupa tersebut. Berkat advokasi dan dukungan PerpuSeru di Karangasem, kini dupa herbal milik Ni Wayan yang bernama ‘Munti Gunung’ telah direkomendasikan Bupati untuk terus menggunakan dupa herbalnya di seluruh instansi Kabupaten Karangasem, Bali. Serupa dengan Ni Wayan, Harratul Lisan juga sukses menjadi pebisnis di Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Ia bercerita mengikuti pelatihan komputer dasar dan desain yang diselenggarakan PerpuSeru selama dua minggu. Pria lulusan keguruan itu mendapatkan ide dengan membuka bisnis kaos sablon. Ia memanfaatkan akses internet yang tersedia di perpustakaan untuk mencari cara bagaimana menghadirkan desain di kaos dan cara menyablon. “Saat ini saya memiliki lima orang partner untuk membuat pesanan rata-rata 100 kaos per bulannya,” katanya. gma/R-1
Perlu Revisi Undang-undang
Syarif mengatakan perlu adanya revisi Undang-Undang (UU) No. 4 tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam. Hal ini dikarenakan masih sulitnya mendapatkan hak cipta dari penerbit untuk memasukkan buku tersebut ke perpustakaan digital milik Perpusnas.
“Ya karena hak cipta adalah hak yang paling berharga,” ujarnya. Ia mengutarakan UU tersebut perlu ditinjau kembali diantaranya kesadaran pengusaha atau penerbit untuk menyerahkan hak cipta ke Perpusnas, sehingga dapat lebih baik lagi dan kalau bisa sudah dalam bentuk digital, bukan cetak, sehingga jadi lebih mudah untuk masuk ke koleksi perpustakaan digital.
Syarif menilai semakin banyak buku yang bisa disajikan ke dalam full text dan full content, semakin banyak oplah buku yang didapat. Dengan demikian, penulis juga tidak merasa rugi karena bukunya yang ada dalam bentuk digital di Perpusnas. Selain itu, setiap karya cipta yang masuk ke perpustakaan juga dilindungi UU hak cipta seperti yang ada di negara-negara lain. Jadi, setiap buku yang sudah masuk Perpusnas otomatis dianggap milik negara dan masyarakat.
Perpusnas digital ini sudah berjalan sejak dua tahun terakhir dan dapat digunakan para pengguna smartphone dengan mengunduh aplikasinya, yaitu iPusnas secara gratis. gma/R-1
Tertinggi di Dunia
Perpustakaan Nasional (Perpusnas) di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, yang dibuka sejak 6 Oktober dan diresmikan Presiden Joko Widodo, disebut-sebut sebagai perpustakaan tertinggi di dunia dengan ketinggian mencapai 126,3 meter yang mengalahkan Shanghai Library Institute yang memiliki tinggi 106 meter. Bangunan yang mempunyai 27 lantai termasuk tiga lantai basement ini terbilang komplit. Mulai dari zona budaya gemar baca, area pameran, kantin, musala, ruang baca untuk anak, lansia dan disabilitas, ruang koleksi naskah Nusantara, koleksi buku langka, koleksi mancanegara, sampai ruangan multimedia lengkap dengan film terbaru.
Jumlah koleksi buku di Perpusnas cukup banyak. Ada empat sampai lima juta buku. “Kami baru ada sekitar empat sampai lima juta buku termasuk yang kita terima dengan mandat Undang-Undang No 4 Tahun 1990, undang-undang tentang karya cetak dan karya rekam,” ujar Muh Syarif Bando, Kepala Perpusnas.
Tak hanya itu saja, Perpusnas juga memiliki perpustakaan digital yang bisa diakses di mana saja, termasuk di smartphone Android. Hingga saat ini, Perpusnas memiliki koleksi 23 ribu e-book, 132 ribu e-journal, 300 ribu koleksi tentang Indonesia. Jumlah pengunjung Perpusnas mencapai lima ribu pengunjung dan meningkat dua kali lipat di hari Sabtu. Perpustakaan ini juga gratis dan pengunjung yang datang mayoritas adalah pelajar dan mahasiswa. Perpusnas buka setiap Senin sampai Sabtu, mulai jam 8 pagi sampai jam 4 sore.
Syarif menambahkan Perpusnas ini bukanlah lembaga formal. Selain itu, di setiap lantai memiliki banyak ruangan yang bisa dijadikan tempat kumpul atau berdiskusi oleh masyarakat. Terdapat pula sebuah ruangan teater sekelas bioskop pada umumnya yang dapat menampung hingga 250 orang yang bisa dimanfaatkan gratis jika ingin mengadakan acara pertunjukkan atau nonton bareng. Jika belum memiliki kartu keanggotaan Perpusnas, masyarakat bisa membuat keanggotaan di lantai 2 Perpusnas langsung atau secara online dengan mengakses laman resmi Perpusnas. Syarif menyatakan pihaknya senang bisa bermitra dengan PerpuSeru sejak 2011. gma/R-1