PADEK.JAWAPOS.COM–Pola penanaman Kaliandra Merah dilakukan dengan jarak tanam 1×2 meter atau paling rapat 1×1 meter. Dan, setelah ditanam, perawatan kaliandra merah harus diperhatikan, terutama kebutuhan airnya.
“Jadi, setelah ditanam harus kita pastikan kebutuhan airnya. Kemudian setelah uratnya senyawa dengan tanah, maka untuk perawatan selanjutnya menjadi mudah, cukup kita hanya mengontrol sekali 2 hari,” jelas Auzia Asman SP MP.
Kepala UPT Perbaikan dan Pemeliharaan PPNP itu menjadi narasumber sosialisasi tanaman kaliandra merah pada kelompok tani se-Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Jumat (21/7/2023).
Nah, kemudian panen perdananya dilakukan pada usia kaliandra merah 8-10 bulan. “Ingat, saat dipanen, kita harus menyisakan tinggi batangnya sekitar 50 cm,” kata Auzia.
Untuk umur produksinya, sebut Auzia, sampai 15 tahun, bahkan lebih. Kemudian puncak produksinya, pada umumnya di usia 5-7 tahun dengan jumlah produksi 35-50 ton/ha.
Sedangkan untuk panen perdana setelah ditanam, estimasi produksi terendahnya sekitar 15 ton/ha, tergantung faktor kesuburan tanahnya.
“Kalau kesuburan tanahnya sangat bagus, maka jumlah produksinya bisa lebih dari 15 ton/ha,” ujarnya.
Auzia juga membeberkan manfaat Kaliandra Merah. “Kalau pemanfaatannya sampai ke ranting, bunga, dan daun. Jadi tidak ada lagi bagian dari kaliandra yang tidak bisa dimanfaatkan,” ungkapnya.
Kayunya bisa dijual ke PT Semen Padang sebagai bahan bakar alternatif yang dapat mensubstitusi bahan bakar batubara. Bunganya untuk konsumsi madu. Daunnya sebagai pakan ternak, dan rantingnya untuk wood pellet,” ujarnya.
Kegiatan ini diinisiasi oleh PT Semen Padang bersama Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh (PPNP), dan Yayasan Hutan Lestari Indonesia (YHLI) di Aula MDA Langguang, Nagari Koto Kaciak. (*)