in

Isu Makar yang tak Berujung

Sebuah isu baru dimunculkan setelah kasus dugaan penistaan agama mencuat. Isu makar kini “dimainkan” Mabes Polri untuk “menggertak” mereka yang ingin membela agama dari dugaan penistaan.

Isu makar ini langsung disampaikan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian yang didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. Tito yang banyak bergelut dengan dunia intelijen, termasuk pernah menjadi Ketua BNPT, tentunya memiliki naluri ke arah itu.

Boleh jadi, seperti yang dikatakannya, dia mengetahui ada rapat-rapat untuk upaya makar. Boleh jadi juga laporan yang diterimanya adalah laporan palsu yang tidak akurat. Boleh jadi juga kepolisian tak ingin “bersusah payah” untuk menangani aksi demo susulan dan lebih suka menggertak terlebih dahulu.

Makar memang tidak dibenarkan dalam kehidupan bernegara. Makar atau menjatuhkan pemerintahan yang berkuasa secara konstitusional pasti akan berdampak panjang. Makar adalah upaya inskonstitusional.

Betapa pun buruknya pemerintahan yang sedang berlangsung, sebuah upaya penggulingan paksa akan menjadi bumerang bagi sebuah bangsa. Akan banyak dampak lanjutannya, misalnya penggulingan dibalas penggulingan pula. Tak akan berkesudahan.

Tapi benarkah makar itu akan terjadi? Atau itu hanya ilusi yang dibesar-besarkan saja? Jangan-jangan, ia hanya seperti hantu yang menakuti orang-orang yang “lemah iman”, tak punya rasa percaya diri, takut pada bayangannya sendiri.

Hantu itu kelihatannya memang menakutkan, menyeramkan, membuat orang waswas, bergidik ngeri. Hantu itu tak ada, tapi seakan ada di atas kuduk. Seakan ada di balik pohon pisang atau di bawah beringin.

Padahal hantu lebih banyak “ada” pada tataran cerita, film, dongeng, fatamorgana. Ia tak lebih dari ilusi yang kadang menguras emosi dan energi.

Kewaspadaan memang diperlukan. Tapi membuat cerita yang belum jelas untuk dikonsumsi publik secara luas, hanya akan menyebabkan pesimisme publik makin meluas.

Respon masyarakat pun akan beragam, di antaranya yang terburuk adalah semakin tidak percayanya publik kepada aparat.

Akan lebih elok, misalnya aparat membuktikan kerjanya dengan menangkap -jika memang ada yang ingin membuat makar. Jika tidak, maka isu makar itu mungkin hanya isapan jempol belaka.

Tujuannya hanya untuk meredam aksi untuk melawan dugaan penistaan agama.

Tak lebih. Sebab, hingga saat ini, tidak ada bukti kuat ke arah itu.

Aksi demo 411 berlangsung sangat damai dan indah. Ada orasi yang berbentuk kritik, tapi tak sampai pada upaya penjatuhan pemerintahan. Maka tuduhan makar sesungguhnya berlebihan. Hanya ilusi belaka. Jika itu yang sedang terjadi, umat tentu akan lebih marah.

Sumber perkaranya tak diselesaikan, malah menuduh ke sana ke mari dengan landasan yang kurang jelas. Isu makar pun tak pernah berujung, karena memang hanya isu. (*) 

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Pak Gubernur dan Pak Bupati, Kami Butuh Damkar!

Singapura vs Indonesia 1-2: Pantang Gentar di Empat Besar