Walaupun selalu gagal menjadi juara umum di kandang lawan dalam 22 tahun terakhir, Indonesia adalah raksasa di ajang SEA Games. Total, Merah Putih meraih 1.714 keping emas dalam 20 event, sejak ikut berpartisipasi pada 1977.
Indonesia meraih rata-rata 85,7 emas. Jumlah itu lebih banyak daripada Thailand yang mendulang 74,6 emas dalam 28 ajang. Negeri Gajah Putih merupakan pengumpul emas terbanyak dalam sejarah ajang ini dengan 2.089 emas.
Jumlah medali itu sangat spektakuler. Namun, nyatanya, Indonesia konsisten gagal berprestasi besar jika bertarung pada ajang terbesar bangsa-bangsa dunia, Olimpiade. Sejak mulai ikut pada 1952 di Helsinki, Finlandia, Indonesia cuma meraih 7 emas dalam 15 ajang. Semua nya dari bulu tangkis. Medali lain Indonesia di Olimpiade hanya dihasilkan dari dua cabang olahraga, yakni panahan dan angkat besi.
Bukan rahasia jika SEA Games merupakan ajang multievent olahraga yang aneh. Sebab, tuan rumah bebas mengatur sebegitu rupa nomor yang akan dipertandingkan. Ketika merajai SEA Games ketika menjadi tuan rumah pada 2011, Indonesia mendulang banyak sekali emas pada olahraga-olahraga “ajaib” dan pinggiran di kancah global. Di antaranya, sepatu roda, vovinam, bridge, dan paragliding.
Sebagai tuan rumah tahun ini, Malaysia juga akan memakai cara sama. Mereka memasukkan cabor-cabor absurd dan bahkan asing di telinga orang umum semacam kriket, muaythai, petanque, dan chinlone.
Indonesia seharusnya memang tidak menjadikan SEA Games sebagai tujuan akhir. Namun, hanya alat untuk membidik ajang yang lebih besar, Asian Games dan Olimpiade. Caranya adalah memperkuat diri, sehebat-hebatnya dalam olahraga olympics. Apalagi jika itu adalah olahraga yang sangat kondang. Karena olahraga olahraga itulah yang akan membawa kita ke panggung olahraga global bukan cuma jagoan level regional. (*)
LOGIN untuk mengomentari.