Departemen Biologi Fakultas MIPA Unand kembali menambah doktor baru. Menyusul keberhasilan Solfiyeni Karimi menyelesaikan Prodi Doktor Biologi FMIPA Unand. Disertasi Solfiyeni sendiri berjudul “Studi Ekologi Tumbuhan Asing Invasif Bellucia pentamera di Kawasan Hutan Skunder Sumatera Barat.”
Dengan Promotor Prof Dr Erizal Mukhtar MSc dan Co-Promotor Prof Dr Syamsuardi MSc, serta Prof Dr Chairul MS, Solfiyeni menyebut, laju kerusakan hutan akhir-akhir ini berlangsung sangat cepat yang mengakibatkan hilangnya sebagian tutupan hutan. Kondisi ini memberi peluang masuknya jenis tumbuhan asing yang bersifat invasif.
“Tumbuhan asing invasif adalah tumbuhan pendatang/bukan tumbuhan asli pada suatu ekosistem dan mampu bersaing dengan baik dalam memperoleh sumberdaya di ekosistem barunya tersebut. Sehingga, menyebabkan dampak yang merusak bagi struktur, komposisi dan pertumbuhan vegetasi asli pada ekosistem tersebut,” tutur Solfiyeni.
Menurut Solfiyeni, Bellucia pentamera (dikenal dengan nama lokal jambu tengkalak/jambu anggur/jambu lelen) yang didatangkan dari Amerika Tengah, salah satu tumbuhan asing invasif berupa pohon dengan daya invasinya yang kuat.
Penelitian dilakukan dengan survei langsung ke lapangan, serta melakukan pemetaan sebarannya dengan foto udara menggunakan Unmanned Aerial Vehicle (UAV/Drone), melakukan pengamatan hewan penyebar yang dilakukan dengan pemasangan kamera trap.
“Selain itu juga dilakukan metoda eksperimen di laboratorium untuk uji perkecambahan serta uji kandungan alelokimia dari organ akar, batang dan daun,” kata dia. Turut hadir dalam ujian ini, Dr Wilson Novarino yang juga Ketua Departemen Biologi FMIPA Unand.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa invasi B pentamera pada suatu kawasan hutan terganggu berdampak pada perubahan komposisi jenis dan penurunan keanekaragaman jenis tumbuhan yang signifikan. Strategi invasi B pentamera mengisi celah kanopi dengan pola sebaran, tinggi pohon dan luas tajuk pohon yang berbeda-beda menyesuaikan kondisi mikrohabitat.
“B pentamera memiliki potensi invasi yang besar dengan biologi reproduksi yang superior, mampu memproduksi buah dan biji yang banyak. Serta, dapat berkecambah pada intensitas cahaya rendah, sedang dan tinggi. B. pentamera juga mengandung senyawa alelokimia berupa fenol dan plavonoid,” kata dia.
Secara keseluruhan, kehadiran B pentamera pada suatu habitat berdampak negatif pada keragaman jenis vegetasi, mampu mengisi celah kanopi dengan cepat, produksi alelokimia, dan reproduksi biologi termasuk kemampuan perkecambahan biji dapat memperlambat regenerasi vegetasi. Bahkan, bisa menyebabkan terhentinya proses suksesi hanya sebatas monodominan B pentamera jika tidak ada intervensi manusia berupa kegiatan restorasi.
“Prioritas pengeloaan dari hasil analisis risiko, harus selalu monitor untuk mendeteksi perubahan nyata risiko species tumbuhan invasif B pentamera ini, monitor penyebaran dan review perubahan yang ada dalam keinvasifan species tumbuhan tersebut. Sebagian dari kajian dalam disertasi ini sudah dipublikasi di dua judul artikel di jurnal bereputasi Q3. Kajian yang lain dari disertasi ini masih dalam proses untuk publikasi selanjutnya,” sebut dia. (cr6)