in

Kawasan Emas Surija

Agak miris memang kalau menyaksikan laporan berita mudik Lebaran di televisi nasional. Hampir semua televisi memberitakan dalam sepuluh tahun terakhir bagaimana menyelesaikan sistem transportasi di daerah Jawa. Sedikit sekali pembicaraan bagaimana membangun kawasan-kawasan baru yang tumbuh di daerah luar pulau Jawa.

Kendatipun ada di wilayah Sumatera, menjadi miris juga ketika RAPBD 2018  diumumkan, di mana daerah yang dikembangkan lebih banyak kawasan Timur, Sumatera Utara, Riau, Jambi dan Sumatera Selatan. Sehingga posisi Sumatera Barat, Bengkulu dan pantai Barat Sumatera tidak akan banyak mendapatkan perhatian.

Seharusnya hal inilah yang diperjuangkan DPD dan DPR pusat, agar pembangunan bisa merata benar-benar bisa dikendalikan dengan memberikan skala prioritas pemerataan, bukan skala prioritas pertumbuhan saja. Tapi, harapan yang tertumpang kepada perwakilan DPD atau DPR tidaklah bisa serta merta diharapkan. Karena, mereka memang belum memikirkan itu.

Bertuturlah beberapa sahabat dalam WA-nya ke saya. Sumatera Barat tidak ada program terobosan! Ada benarnya ada tidaknya. Tidaknya adalah Sumatera Barat sudah memiliki RPJM, dan semestinya di dalam dokumen itu ada semangat di mana membangun Sumatera Barat bukanlah terlepas dari membangun kawasan. Kawasan yang saya sebut kawasan emas baru,  Sumatera Barat, Riau dan Jambi (Surija).

Kawasan Ekonomi Baru Surija

Kawasan baru Surija adalah salah satu ide agar pembangunan di wilayah Sumatera bukanlah melulu mengembangkan sistem transportasi antarwilayah Sumatera Timur. Mengingat jika pembangunan kawasan itu saja yang dikembangkan, maka asumsi awal dalam membangun wilayah timur adalah mempercepat arus barang, dari Aceh sampai ke Jakarta atau sebaliknya.

Asumsi arus barang bisa jadi masuk akal membangun jalan mengingat kawasan yang dilalui penghasil CPO, karet dan berbagai hasil tambang. Namun dalam kondisi saat sekarang belum tentu membangun wilayah Timur Sumatera dengan sistem transportasinya akan menghasilkan jawaban pada kebutuhan riil masyarakat secara luas dalam jangka panjang.

Wilayah Surija adalah wilayah yang dianggap baru mengingat pertumbuhan subsektor pertanian di wilayah timur, Riau dan Jambi sangat pesat. Di wilayah Sumatera Barat, kendatipun wilayah ini dapat secara historis tangguh dalam produksi padi dan palawija, subsektor parawisata dan perdagangan sangat menjanjikan. 

Sumatera Barat dapat menjadi titik masuknya perdagangan barang (point of entry) karena  memiliki pelabuhan Teluk Bayur, bisa pen-supply semen dan batu bara yang dihasilkan beberapa daerah di kawasan bukit barisan, kemudian didistribusikan ke wilayah lain yang memerlukan.

Tapi dari sekian potensi yang unggul, maka potensi alam yang dapat menjanjikan untuk masyarakat yang ingin datang untuk berwisata. Mereka yang berasal dari jauh, bisa menggunakan pesawat untuk menikmati alam Minangkabau ini. Sehingga yang selama ini sudah tumbuh, kedatangan wisatawan domestik dan mancanegara dengan pesawat mengalami pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun. 

Bahkan kalau kita bandingkan pada masa Lebaran saja, Sumatera Barat termasuk angka return flight tertinggi, karena masyakaratnya yang merantau sejak abad ke-18 dan ke-19 dulu. Diperkirakan warga keturunan Sumatera Barat di perantauan, melebihi jumlah penduduk di Sumatera Barat saat ini.

Namun yang jauh lebih berpotensi adalah mereka kelas menengah yang memerlukan datang ke objek-objek wisata. Potensi ini sangatlah besar dan Sumatera Barat bisa memainkan peranannya dalam melihat target wisatawan pada masa datang yang berasal dari provinsi tetangga. 

Dengan demikian, kawasan Surija yang dimaksud adalah sebuah kawasan yang dalam jangka panjang akan terhubung lebih efisien lagi, terutama tiga daerah di Sumatera Tengah, Sumatera Barat, Riau dan Jambi. Pembangunan konektivitas adalah sebuah terobosan untuk menjawab tantangan pemerataan pembangunan lewat menumbuhkan kawasan pembangunan ekonomi.

Konektivitas Surija

Konektivitas di kawasan segitiga ini menjadi sangat strategis, sama strategisnya dengan menumbuhkan wilayah Timur Sumatera. Jika wilayah Timur Sumatera, keunggulan konektivitas adalah relatif untuk mengefisienkan pengiriman barang, kalau konektivitas Surija justru tidak saja pengiriman barang yang diproduksi oleh masing-masing daerah yang berbeda, namun juga akan mengakomodasi keperluan untuk meningkatkan kunjungan orang (turism), dan tentunya barang.

Untuk mewujudkan hal ini, dapat dengan dua noda sistem transportasi yang dapat ditingkatkan. Noda pertama adalah skim pengembangan ruas jalan konektivitas Padang-Bukittinggi-Pakanbaru-Teluk Kuantan-Jambi, serta Jambi-Muarobungo-Solok-Padang. 

Tujuan membangun ruas jalan (sudah ada) ini lebih memperpendek jarak tempuh alternatif lebih singkat untuk mencapai dari dan ke antardaerah yang ada dalam kawasan Surija. Selain dari itu juga meningkatkan eksistensi dan peranan dari daerah-daerah yang dikembangkan sepanjang jalur noda transportasi darat.

Kedua adalah noda tranportasi kereta api, di mana pembangunan jalurnya selama ini sudah cukup tersedia di dalam internal Sumatera Barat. Namun, sudah waktunya untuk dijajaki kemungkinan arus transportasi kereta api ke wilayah Jambi dan Pekanbaru. 

Di mana pun daerah yang luas, keperluan tranportasi kereta api masih dipertahankan. Bagi Sumatera Barat, karena bongkar muat kapal ada di Teluk Bayur distribusi barang ke wilayah timur Sumatera Barat akan efisien dengan sistem kereta api. Belum termasuk hasil-hasil produksi semen dan berbagai produk turunannya untuk keperluan membangun wilayah timur Sumatera.

Membangun konektivitas dua jenis ini memang dalam jangka panjang sangat diperlukan. Oleh karenanya, Sumatera Barat dapat mengambil inisiatif untuk berunding dengan provinsi tetangga, agar mereka juga diajak, serta dalam tawaran pembangunan jangka panjang ini. 

Jika kesepakatan dua jalur baru konektivitas dan pengembangan wilayah-wilayah di sepanjang konektivitas baru, makanya hal ini tentu dapat diusulkan ke Bappenas, agar kembali menjadi alternatif perencanaan baru untuk pengembangan kawasan Sumatera Tengah. 

Saat bersamaan jika hal ini sudah menjadi inspirasi bersama, maka masing-masing RPJMD ketiga provinsi, dan diikuti kabupaten/ kota di mana dilalui oleh konektivitas, dapat melakukan refisi perencanaanya. 

Itulah yang bisa ditawarkan agar dalam jangka panjang yang dibangun tidaklah daerah Jawa saja, namun benar-benar daerah di luar Jawa sekaligus untuk mengarahkan distribusi pembangunan dan hasil-hasilnya. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Yuni Sa’e, Artis Minang Berdarah Bima NTB

Saldi Isra: Orang Sumbar Lupa Siapkan Pelapis Husni