PUTRA | Rabu,11 Januari 2017 – 20:24:35 WIB
Dibaca: 239 kali
Jakarta – Keluarga Amirulloh Aditya Putra yang tewas usai dianiaya oleh kelima seniornya di mess Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Selasa (10/1) malam tidak terima. Rencananya, pihak keluarga akan menuntut secara hukum atas tewasnya putra kedua dari keluarga Supiadi ini.
Hal itu diungkapkan kembaran Amir, Amarulloh Adityas Putra, di rumah duka, Jalan Warakas 3, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
“Keluarga tidak terima dan kecewa atas perlakuan senior STIP,” kata Amar, di rumah duka, Rabu (11/1).
Amar, yang kini sekolah di Akademi Maritim Indonesia (AMI), ini juga menuntut agar kelima pelaku dihukum berat. Menurut dia, perlakuan kepada adiknya tersebut tidak termaafkan.
“Ayah saya sangat tidak terima karena dia bangga sekali (Amir) bisa sekolah di negeri,” ucapnya.
Pria kelahiran 25 Mei 1998 ini juga berharap, kejadian kekerasan terhadap junior di sekolah pelayaran negeri tersebut tidak terulang. Sebab, kejadian sudah kerap berulang.
“Pihak keluarga ingin, tidak ada kekerasan lagi-lagi dan ada hukuman setimpal,” ungkapnya.
Sementara itu, jenazah Amir dimakamkan hari ini di TPU Budi Dharma, Jakarta Utara. Amir diantar sanak keluarga dan siswa-siswa STIP lainnya.
“Tadi setelah dari RS Polri langsung disembayangkan, dan dimakamkan di TPU Budi Dharma,” kata warga, di lokasi, Jalan Warakas 3, Gang 16, Jakarta Utara.
Seperti diberitakan, Amir tewas diduga dianiaya senior tingkat II. Polisi sudah memeriksa pelaku yakni SM, WH, I, dan AR.
Kapolsek Cilincing Kompol Ali Yuzron mengatakan, para terduga pelaku menyiksa Amirulloh dengan tangan kosong di mess STIP, Selasa malam. Pukulan bertubi-tubi mengenai dada dan ulu hati korban.
“Sempat ditangani tim medis STIP, tetapi tidak tertolong. Korban meninggal saat itu juga,” kata Ali.
Ali mengatakan, penyidik Polsek Cilincing dibantu anggota Satuan Reserse dan Kriminal Polres Jakarta Utara sedang memproses kasus ini. Polisi membawa jasad korban ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk autopsi.
Kekerasan di STIP, Cilincing, berulang. April 2014, Dimas Dikita Handoko, 19, meninggal di tangan senior. Masalahnya sepele, Dimas dianggap tidak menghormati senior. Atas kasus ini, Kementerian Pendidikan Nasional, saat itu dipimpin M Nuh, mengancam menutup STIP.
Editor : Putra