
Jakarta (ANTARA) – Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkap bahwa Kementerian Perdagangan (Kemendag) sedang membuat kajian terkait dengan pola distribusi minyak goreng rakyat (MGR) atau Minyakita.
Menurutnya, hal ini perlu dilakukan guna menekan harga Minyakita yang masih berada di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp15.700 per liter.
“Sekarang lagi dibahas, jadi sekarang ini lagi dibuat kajian. Kajian seperti apa pola distribusi yang pas,” kata Budi di Jakarta, Jumat.
Menurutnya, saat ini Kemendag belum bisa memberikan informasi secara mendetail terkait pola distribusi baru tersebut.
Akan tetapi, Kemendag akan melakukan rapat bersama para kementerian/lembaga, produsen, distributor, hingga asosiasi terkait agar harga Minyakita tidak melebihi HET yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
“Kita cari jalan keluarnya ya, biar dia (Minyakita) cepat turun, apalagi kan wilayah timur (Indonesia timur) kan suka mahal ya,” imbuhnya.
Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan per 4 Juli 2025, harga rata-rata nasional Minyakita sebesar Rp16.700 per liter.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada minggu keempat Juni 2025, harga Minyakita masih stabil tinggi atau di atas HET. Berdasarkan data SP2KP pada 26 Juni 2025 terdapat 104 kabupaten/kota di Pulau Jawa yang harga Minyakita berada di atas Rp15.700 per liter.
Beberapa di antaranya adalah Kabupaten Kepulauan Seribu Rp18.000 per liter, Jakarta Barat Rp17.824 per liter, Tasikmalaya Rp17.794 per liter, Jakarta Pusat Rp17.694 per liter dan Bekasi Rp17.657 per liter.
Sementara di luar Pulau Jawa, terdapat 337 kabupaten/kota dengan harga Minyakita di atas HET. Adapun, wilayah tertinggi di Pegunungan Bintang Rp50 ribu per liter, Puncak Jaya Rp45 ribu per liter, Pegunungan Arfak Rp35 ribu, Lanny Jaya Rp35 ribu dan Tolikara Rp31.500 per liter.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemendag kaji pola distribusi Minyakita yang baru