Jakarta (ANTARA News) – Faktor terpenting yang bisa menjadi modal utama dalam mempengaruhi keberhasilan berhenti merokok adalah niat atau motivasi, kata Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan dr Lily Sriwahyuni Sulistyowaty.
“Motivasi atau niat itu kunci orang berhenti merokok. Orang yang sudah diberikan konseling, diberikan obat, tapi motivasinya (untuk berhenti merokok) rendah itu tingkat keberhasilannya kecil,” kata Lily di Jakarta, Jumat.
Ketua Divisi Penyakit Paru kerja dan lingkungan RSUP Persahabatan dr Agus Dwi Susanto Sp.P(K) memaparkan hasil survei menunjukkan sebanyak 50-70 persen perokok ingin berhenti, namun hanya sekitar 5 persen yang benar-benar berhasil berhenti merokok.
Agus menjelaskan ada beberapa aspek yang mempengaruhi seseorang kesulitan berhenti merokok.
Adiksi atau sifat ketagihan dari nikotin pada rokok membuat perokok sulit untuk berhenti. Nikotin yang masuk ke dalam tubuh mampu membuat otak melepas dopamin, atau hormon yang membuat seseorang merasa nyaman dan rileks.
Semakin lama, otak semakin membutuhkan dosis nikotin yang lebih banyak dalam melepaskan hormon dopamin sehingga berefek candu.
Selain itu, efek fisiologis seorang perokok yang membuatnya memiliki “kelebihan” tertentu saat merokok juga mempengaruhi.
“Nikotin melepaskan beberapa neurotransmitter contohnya menambah nafsu makan, melepas stres, daya pikir yang lebih tinggi, fisiologisnya seperti itu,” kata dia.
Lalu ketika seseorang berhenti merokok beberapa aspek tersebut menjadi kebalikannya dan membuat tidak nyaman yang disebut gejala putus nikotin.
Faktor lingkungan juga disebut memiliki peran dalam usaha seseorang yang ingin berhenti merokok. Berada di lingkungan teman, pekerjaan, atau keluarga yang banyak mengonsumsi rokok akan membuat seseorang tidak lepas dari rokok.
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2017