Pontianak – Menpar Arief Yahya terus menyiapkan ekosistem pariwisata di kawasan crossborder. Agar atmosfer bisnis berbasis wisata tumbuh berkembang sejalan dengan pertumbuhan jumlah wisman yang masuk melalui daerah perbatasan itu. “Juga agar berbagai event Winderful Indonesia Festival di Aruk, Sambas, Entikong, dan banyak lokasi lain di perbatasan Kalimantan-Serawak, bertumbuh bisnis pariwisata, dan sustainable,” kata Arief Yahya, Menpar yang kaya pengalaman dalam membangun portofolio bisnis baru itu.
Salah satunya dilakukan di Pontianak, Kalbar. Focus Group Discussion (FGD) pun dibuat Kemenpar untuk Penyusunan Strategi Pemasaran Cross Border di Pontianak, 19 – 21 April 2017. “Dalam bisnis, 3S yang harus dilihat! Size, Sustainable, dan Spread. Crossborder bisa masuk ketiga kategori itu,” kata Arief Yahya. Karena ingin mendapatkan hasil maksimal, seluruh unsur Pentahelix ikut dilibatkan dalam FGD ini.
Instansi/lembaga, pelaku industri/bisnis, asosiasi, akademisi, komunitas, serta media, semuanya diundang datang ke Pontianak. Semuanya diajak berdiskusi merumuskan ide dan gagasan dalam membangun pariwisata di wilayah perbatasan Kalimantan Barat. “Total pesertanya ada 52 orang,” tutur Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Esthy Reko Astutii, yang didampingi Plt Asdep Strategi Nusantara, Hariyanto, Selasa (18/4).
Rumus ABCGM ala Menpar Arief Yahya masih konstan digunakan. Dari Academician, ada Rektor Universitas Tanjung Pura yang hadir di tengah acara. Kalangan Business diwakili maskapai penerbangan Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Lion Group, Citilink, Kalstar. Selain itu, ada juga Asosiasi HPI, INCCA, ASITA dan PHRI.
Community-nya melibatkan blogger dan pemerhati pariwisata Kepulauan Riau. Government-nya diwakili Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat serta perwakilan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Provinsi Kalimantan Utara, Imigrasi kelas II Entikong, BPS kota Pontianak, BAPPEDA kota Pontianak, Kadin kota Pontianak dan Polda Metro Jaya. Satunya lagi datang dari media nasional. “Lima unsur ini yang kami giring menjadi kompak, saling support dan membangun iklim crossborder tourism yang kondusif,” sebut wanita berkerudung itu.
Dan perekat yang disiapkan adalah jurus Win Way Champions (WWC). Semuanya akan ditularkan sejumlah narasumber sebagai motivator antara lain Plt. Asdep Strategi Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar, Hariyanto, Budi Riyanto Binol (Ogilvy Public Relation) dan Surya Yuga (Praktisi Bidang Kepariwisataan). “Ke depannya kita harus bisa mengalahkan atau minimal menyamai Malaysia dan Thailand. Kita harus jadi pemenangnya, menjadi yang terbaik dengan budaya solid, speed, dan smart,” kata Esthy.
Strategi menggaet wisatawan dari wilayah crossborder ini ikut dikomentari Menpar Arief Yahya. Dia tak ingin cepat puas setelah menggaet 3,6% kunjungan wisman dari wilayah perbatasan. Yang diincarnya, crossborder area semakin hidup dan menjadi destinasi yang ramai dikunjungi wisatawan mancanegara (wisman). “Silahkan belajar dari banyak negara di Eropa yang maju karena crossborder. Prancis dan Spanyol hebat mengelola crossborder tourism sebagai sebagai pendulang devisa. Malaysia juga, untuk market travellers Singapore,” ujarnya.
Kebetulan, Kalimantan Barat sendiri mempunyai enam crossborder area. Dari mulai Sambas (Paloh dan Sajingan Barat), Bengkayang (Siding dan Jagoi Babang), Sintang (Ketunggu Hulu dan Ketunggu Tengah), Kapuas Hulu (Puring Kencana dan Dabau), dan Sanggau (Entikong dan Sekayam). Modal ini, diyakini bisa mendongkrak angka kunjungan wisman melalui wilayah perbatasan. (*)
LOGIN untuk mengomentari.