JAKARTA – Kepastian menarik tujuh perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang akan merelokasi pabriknya ke Indonesia disambut positif berbagai kalangan karena berpotensi menggerakkan perekonomian Indonesia dari pemulihan akibat pandemi Covid-19. Selain menanamkan investasi sekitar 11,9 triliun rupiah dalam bentuk pembangunan pabrik, keberadaan perusahaan tersebut juga akan menyerap tenaga kerja hingga 30 ribu orang.
Perusahaan itu akan memindahkan atau relokasi pabriknya dari Tiongkok, Jepang, Taiwan, Thailand, Malaysia, dan Korea Selatan. Satu perusahaan asal Korea Selatan, LG Chemicals, sudah menyampaikan komitmennya membangun industri baterai kendaraan terintegrasi dan smelter. Rencana nilai investasi LG Chemicals diperkirakan mencapai 9,8 miliar dollar AS dan menyerap hingga 14 ribu tenaga kerja.
Menanggapi masuknya PMA itu, Ekonom dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Esther Sri Astuti, di Jakarta, Rabu (1/7), mengatakan jajaran menteri dan lembaga terkait serta kepala daerah harus menindaklanjuti perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk melayani semua kebutuhan investor.
Menurut dia, peringkat kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business (EoDB) Indonesia menurut Bank Dunia masih stagnan di posisi ke-73 dunia. Meskipun lumayan meningkat, namun peringkatnya masih tertinggal dari negara-negara kompetitor.
“Perbaikan skor EoDB disebabkan ada perbaikan iklim berusaha di dua kota, yakni Jakarta dan Surabaya, yang menjadi sampel pengukuran,” kata Esther. Dia mengimbau agar kemudahan berbisnis itu lebih merata di semua daerah karena investor, khususnya PMA, lebih banyak menyasar di luar dua kota tersebut.
Insentif Fiskal
Dari 10 indikator EoDB, yang harus diperbaiki peringkatnya terkait dengan kemudahan memulai bisnis, izin pembangunan, pencatatan properti, perdagangan lintas batas dan kepastian hukum kontrak.
“Keempat indikator tersebut harus dibenahi karena peringkatnya masih di atas 100. Kalau segera diperbaiki, Indonesia bisa mengejar besaran investasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Esther.
Perbaikan indikator tersebut, jelas Esther, baru efektif jika dikombinasikan dengan insentif fiskal seperti tax holiday, dan insentif lainnya. Insentif juga tidak akan efektif kalau tidak disertai dengan simplifikasi birokrasi perizinan, ketersediaan bahan input (energi, bahan baku, dll) dan murahnya cost doing business merupakan hal terpenting yang harus diberikan oleh pemerintah kepada investor.
Presiden Jokowi juga menyampaikan secara keseluruhan ada 119 perusahaan yang berniat relokasi pabriknya ke Indonesia, termasuk tujuh yang sudah pasti masuk, sedangkan 17 lainnya komitmennya sudah 60 persen.
Dalam kesempatan itu, Jokowi mengingatkan para pembantunya untuk melayani investor dengan baik. Jangan seperti tahun lalu, dari 33 perusahaan yang berniat merelokasi pabriknya ke Indonesia, tak satu pun yang terwujud. ers/E-9