JAKARTA – Pemerintah perlu membantu petani dan buruh tani di tengah pandemi Covid-19 dengan mendistribusikan insentif yang bisa menaikkan taraf hidup mereka. Sebab, kenaikan upah riil para buruh tani relatif kecil dan lebih banyak dipicu karena terjadi penurunan harga atau deflasi dalam dua bulan terakhir.
Sementara itu, sektor pertanian menjadi salah satu dari beberapa sektor yang mampu tumbuh positif dan berkontribusi menahan perekonomian nasional tidak terkoreksi lebih dalam pada triwulan II-2020 lalu.
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB), Sahara, di Jakarta, Selasa (15/9), mengatakan pendapatan riil buruh tani sangat bergantung pada fluktuasi harga. Jika terjadi kenaikan harga atau inflasi, upah riil mereka akan turun. Demikian juga sebaliknya, kalau deflasi maka upah riil buruh tani naik.
“Kenaikan upah riil buruh tani pada Agustus 2020 terutama disebabkan karena deflasi di bulan tersebut,” kata Sahara.
Lebih lanjut, Sahara menjelaskan upah riil buruh tani diperoleh dengan membandingkan antara upah nominal buruh tani dengan indeks konsumsi rumah tangga pedesaan. Dengan demikian, kenaikan upah rill buruh tani menunjukkan kenaikan daya beli dari buruh tani.
Dengan pendapatan nominal sangat bergantung dengan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh pekerja atau buruh tersebut maka sangat penting menjaga laju inflasi tidak tinggi terutama kelompok komoditas pangan.
Infrastruktur Perdesaan
Penasihat Senior Indonesian Human Rights Committee for Social Justice (IHCS), Gunawan, dalam kesempatan terpisah mengatakan kenaikan upah nominal harian buruh tani nasional pada Agustus 2020 sangatlah kecil hanya 0,12 persen dibanding upah buruh tani Juli 2020. “Mestinya persentasenya berasal dari kenaikan harga produk pertanian jadi harus di atas 1 persen. Kenaikan 0,12 persen belum cukup,” kata Gunawan.
Menurut dia, kenaikan tersebut kurang berarti karena lebih dipacu oleh turunnya konsumsi dan peredaran uang di perdesaan. “Ini harusnya menjadi sinyal bagi pemerintah untuk menggerakkan sektor pertanian dan pembangunan perdesaan,” katanya.
Pembangunan infrastruktur perdesaan harus dilakukan untuk menghadapi kekeringan. Demikian juga perlu memberi insentif untuk inovasi pertanian di luar padi, jagung dan kedelai, insentif bagi petani pemulia benih serta tetap menjaga produksi dan distribusi produk pertanian.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melansir upah nominal harian buruh tani nasional pada Agustus 2020 naik sebesar 0,12 persen dibanding upah buruh tani Juli 2020, yaitu menjadi 55.677 rupiah per hari dari 55.613 rupiah per hari.
Kepala BPS, Suhariyanto, saat menggelar konferensi pers virtual di Jakarta, Selasa (15/9), mengatakan karena indeks konsumsi di pedesaan mengalami deflasi 0,28 persen maka upah riil buruh tani mengalami kenaikan sebesar 0,40 persen.
“Jadi, upah buruh tani baik nominal maupun riil sama-sama mengalami peningkatan,” kata Suhariyanto.
Hal yang sama terjadi pada upah nominal harian buruh bangunan pada Agustus 2020 yang naik 0,08 persen dibanding upah Juli 2020, yaitu menjadi 89.872 rupiah per hari dari 89.800 rupiah. n ers/E-9