Sepertinya Rumah Sakit Umum dokter Fauziah tak kunjung usai dengan ragam problematika. Mulai dari peristiwa tindak asusila, pelayanan yang angin-anginan, hingga fasilitas publik di dalamnya yang terkesan dibiarkan rusak begitu saja.
Ada pemandangan menarik tatkala saya hendak buang hajat di toilet RS. Bila bicara kurang bersih, itu sih sudah hal klasik. Meributkan perihal demikian, sama saja dengan menggugat kemapanan toke Shabu, pasti akan banyak pihak yang terbakar jenggot dan bulu ketiak. Sama halnya dengan menggugat cara curang pelayanan di unit pelayanan publik lainnya. Karena tidak bersih sudah menjadi kebiasaan.
Di toilet yang diperuntukkan bagi pria, tempat kencing sudah tak bisa dipakai. Walau terlihat masih baru, tapi sudah rusak. Di tempat itu sudah diletakkan pecahan beling, kayu dan pecahan tembok. Akibatnya, hanya untuk kencing saja, saya harus antri masuk ke kamar kecil tempat buang hajat besar.
Mengingat bahwa toilet tersebut adalah bukan fasilitas yang boleh ada atau boleh juga tidak ada, saya melihat bahwa ada ketidakseriusan pengelola di dalamnya. Apakah tidak ada yang melaporkan ke direktur RS? Entahlah. Bila pengelola tak tahu, aneh. Sebab pengutipan uang pipis dan berak tetap dilakukan layaknya WC di terminal bus kota.
Hanya ini saja yang dapat saya utarakan. Semoga Direktur RSU Bireuen berkesempatan membacanya. Demi terwujudnya RS Fauziah sebagai rumah sakit unggul di Aceh.
Salam
Mawardi
Warga Bireuen.