Rumah besar yang bernama Indonesia berisi beraneka suku bangsa, etnis, agama, dan budaya. Inilah kekuatan bangsa kita yang perlu terus diperlihara.
JAKARTA – Keragaman yang ada di Indonesia harus terus dijaga sampai kapanpun. Karena, lewat keragaman tersebut keutuhan bangsa Indonesia akan tetap terjaga dari berbagai hal yang bisa membuat perpecahan. “Sebagian kelompok yang masih belum menerima adanya perbedaan dalam keberagaman itu semua menjadi salah satu faktor kesenjangan saat ini,” kata antropolog budaya dari King Fahd University of Petroleum and Mineral, Dhahran, Prof. Sumanto Al Qurtuby dalam acara ‘Ngobrol Kebangsaan, Merayakan Toleransi dalam Keberagaman’ di Gedung Konvensi, TMP Kalibata, Jakarta, Minggu (23/7).
Agar keberagaman terjaga, lanjut Sumanto kelompok silent majority yang pro dengan keberagaman harus ikut bersuara dalam menyerukan perbaikan bangsa negara ke depan. ”Indonesia ini rumah bersama, yang mendirikan juga bukan hanya Muslim tapi ada umat agama lainnya seperti Kristen, Hindu, Budha, dan lainnya.
Maka dari itu kita harus tanggung jawab bersama, dan juga menjaga bersama keutuhan NKRI,” ucap Sumanto. Karenanya, Ia berharap ke depan Indonesia selalu bisa menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI dalam keberagaman dan perbedaan. “Dengan saling menghargai dan menerima perbedaan kita semua akan hidup dalam ketentraman,” ujar dia.
Sementara itu, Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) KH. Yaqut Cholil Qoumas meminta kepada orangorang yang pro keberagaman dan menghargai perbedaan lebih aktif lagi dalam menjaga keutuhan NKRI. “Kita ini sebenarnya enggak sadar bahwa kita ini banyak. Kita harus sadar kita banyak lewat keyakinan kita bisa lawan mereka (anti keberagaman) sebesar apapun itu kita bisa kalahkan kalau kita yakin,” kata Gus Yaqut dalam acara yang sama.
Gus Yaqut lalu bercerita bahwa bangsa Indonesia ini awal mulanya didirikan oleh berbagai kelompok yang didalamnya juga terdapat islam. “Jadi, kecintaan kami kepada negeri ini tidak usah diragukan, negara ini didirikan semua kelomopok termsuk islam dan didalam islam ada para kiai kami, Hadratussyaikh KH Hasim Asyari, KH Wahab Chasbullah, karenanya Indonesia ini harus dijaga. Sebagai bagian warisan para pendahulu yang harus dijaga.
Kalau ada yang menggangu ya harus kita sapu,” tegas Gus Yaqut. Deputi Advokasi UKP PIP Prof. Hariyono menambahkan bahwa ideologi Pancasila menjadi juga landasan bagi agamaagama yang ada di Indonesia. Karena itu, lanjut dia kalsu ada yang ingin merubah pancasila harus dilawan. “Pancasila ini adalah titik temu bagi agama-agama yang ada di indonesia,” kata Hariyono yang hadir mewakili Kepada UKP PIP Yudi Latif.
Parade Kebangsaan
Sementara itu Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menggelar acara Parade Kebinnekaan di di Alun-Alun Majalengka, Jawa Barat, Minggu. Parade diisi dengan rangkaian kegiatan seperti Jalan Sehat Kebangsaan dan Kirab Budaya. Acara ini diikuti ribuan warga dari berbagai elemen masyarakat, seperti pelajar, komunitas seni dan organisasi kemasyarakatan.
Acara itu dibuka oleh Ketua Umum DPP TMP Maruarar Sirait, Bupati Majalengka Sutrisno, Wakil Bupati Majalengka Karna Sobahi, Ketua Panitia Kirab Kebhinekaan Tati Purnawati dan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Majalengka Jejep Falahul Alam. Doa dipimpin oleh KH Maman Imanulhaq.
“Sekitar 20 ribu masyarakat Majalengka yang berkumpul disini bukti mendukung Pancasila dan menentang radikalisme,” kata Maruarar Sirait (Ara) dalam keterangan persnya. Ara mengatakan kirab kebinnekaan ini ingin menunjukkan bahwa yang mendukung Pancasila, menjujung kebinekaan, pluralisme adalah mayoritas masyarakat Indonesia yang selama ini mereka diam saja.
Oleh karena itu, TMP ingin menunjukkan bahwa di akar rumput mendukung Pancasila. Ara menuturkan bahwa perbedaan merupakan kekuatan bangsa Indonesia. Selain itu, Indonesia adalah negara demokrasi dan hukum, sehingga masyarakat menjujung tinggi kapan waktunya bersaing tanpa anarkis. “Jadi mari kita saling menghormati dan menghargai,” katanya. Rizal Fauzani salah satu peserta Kirab Kebhinnekaan dari SMK N 1 Kabupaten Majalengka kelas 10 ini mengungkapkan bahwa sebagai generasi muda harus bisa menghargai dan menghormati jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk merebut kemerdekaan. fdl/tgh/AR-3