in

Kolom Wali Kota: Guru dan Siswa, Menulislah

Drs. Rida Ananda, M.Si
(Pj. Wali Kota Payakumbuh)

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

Begitu kata Pramoedya Ananta Toer. Seorang sastrawan terkemuka Indonesia yang menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 42 bahasa asing.

Saya sengaja mengutip ungkapan Pramoedya Ananta Toer, bukan karena karya-karya pengarang produktif dalam sejarah sastra Indonesia ini, telah banyak dijadikan bahan pelajaran di sekolah dan bahan diskusi di perguruan tinggi. Namun karena saya ingin mendorong guru dan siswa di Kota Payakumbuh untuk menulis.

Mengapa menulis? Karena dengan menulis, seseorang tidak hanya dikenal dan dicatat sejarah. Namun juga akan banyak membaca. Dalam ajaran Islam, membaca adalah perintah pertama yang disampaikan Tuhan kepada Nabi Muhammad SAW.

Mereka yang banyak membaca, pasti punya wawasan dan pengetahuan luas. Seseorang yang cakrawalanya luas, niscaya punya tingkat sumber daya manusia yang lebih baik. Jika sumber daya manusia di suatu daerah semakin baik, tentu pembangunan di daerah itu bisa lebih cepat.

Jadi menulis dan membaca adalah sesuatu yang tidak hanya kait-berkait namun juga penting buat pembangunan daerah. Makanya, saya mendorong guru, siswa, dan siapa saja insan pendidikan di Payakumbuh, untuk rajin membaca dan menulis.

Kepada yang mulia para guru di sekolah, jangan menulis untuk meningkatkan angka kredit kenaikan pangkat saja. Tapi menulislah agar kecerdasan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki tetap abadi.

Sedangkan kepada para guru yang sudah menulis, termasuk menulis buku, saya sampaikan rasa hormat dan apresiasi sebesar-besarnya. Jika boleh berharap, tetaplah menulis. Dan mentransfer ilmu menulis yang dimiliki, kepada guru-guru lainnya.

Begitu pula kepada para siswa dan pelajar, saya mendorong untuk menulis, agar mereka menjadi generasi yang kreatif dan produktif. Bukan “Generasi Nol Buku: Yang Rabun Membaca, Pincang Mengarang”, seperti pernah disampaikan sastrawan Taufik Ismail dalam makalahnya.

Belakangan ini, peluang bagi guru dan pelajar untuk menulis itu sangatlah besar. Apalagi di Kota Payakumbuh, Dinas Pendidikan sudah menjalin kerja sama dengan Padang Ekspres, media cetak yang berdasarkan hasil survei AC Nielsen, paling banyak dibaca warga Sumatera Barat.

Kerja sama antara Dinas Pendidikan dan Padang Ekspres yang berusia 24 tahun itu “Laman Guru Payakumbuh”, dua halaman khusus tentang pendidikan yang terbit di Padang Ekspres setiap hari Kamis. Saya mendorong guru dan pelajar di Payakumbuh, untuk menggunakan “Laman Guru” sebagai medan menulis.

Selain sudah ada medianya, para guru dan siswa di Payakumbuh, juga bisa menyerap ilmu menulis kepada banyak sastrawan nasional, penyair, wartawan, dan penulis yang lahir dan bermukim di Payakumbuh. Saya kenal dengan kebanyakan mereka. Juga dengan komunitas mereka. Dan saya yakin, mereka akan mau berbagi pengetahuan menulis, dengan insan-insan pendidikan.

Sekali lagi, kepada para guru dan siswa di Payakumbuh, menulislah. Apalagi, filsuf dan ulama besar Islam, Imam Al-Ghazali pernah mengatakan, kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis.

Dan jauh sebelumnya, Ali bin Abi Thalib juga pernah mengatakan, semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak. Mari, menulis. (*)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Bupati Safaruddin Apresiasi Lima Nagari, Kompak Dukung Tol Pangkalan-Payakumbuh

Saiful Mujani: Ridwan Kamil Bisa Gerus Suara Prabowo dan Anies di Jawa Barat