in

Konflik Rohingya Memanas, Suu Kyi Tunda Kunjungan ke RI

Pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, menunda kunjungan ke Indonesia menyusul gelombang kekerasan yang kembali terjadi terhadap etnis Rohingya di negara bagian Rakhine beberapa bulan terakhir. Aksi kekerasan yang diduga dilakukan oleh militer Myanmar itu memicu demonstrasi di depan kantor Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta pekan lalu, dan bahkan ancaman bom. 

Gelombang kekerasan terhadap etnis Rohingya bermula pada awal Oktober lalu ketika militer Myanmar menuding “teroris Rohingya” menyerang tiga pos polisi di Rakhine, menewaskan sembilan petugas. Sejak itu, tentara Myanmar dikabarkan melakukan pembunuhan, penyiksaan dan pemerkosaan terhadap warga etnis Rohingya, khususnya di distrik Maungdaw, yang kini diisolasi. 

Suu Kyi, yang kini menjabat sebagai Penasihat Negara Myanmar dan berada di atas Presiden Htin Kyaw, menerima kecaman dari publik internasional lantaran masih bungkam terkait kekerasan terhadap etnis Rohingya. Pemerintahan Suu Kyi hingga kini belum meluncurkan pernyataan resmi maupun langkah konkret untuk menanggulangi konflik yang telah menyebabkan banyak orang tewas itu. 

Suu Kyi sebelumnya dijadwalkan berkunjung ke Indonesia setelah mengunjungi Singapura dari tanggal 30 November hingga 2 Desember. Namun, pejabat senior wakil direktur umum kementerian luar negeri Myanmar, Aye Aye Soe menyatakan kepada AFP bahwa kunjungan peraih penghargaan Nobel Perdamaian itu ke Jakarta ditunda. “Kami menunda perjalanan Indonesia karena masalah di Rakhine dan juga di wilayah utara negara bagian Shan di mana tentara masih memerangi gerilyawan etnis,” ujarnya. “[Jadwal kunjungan ke Indonesia] akan diatur dalam waktu dekat,” tutur Soe. 

Soe menyangkal bahwa penundaan itu berkaitan dengan masalah keamanan. Namun pada Sabtu (26/11), Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar, mengungkapkan Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap dua orang tersangka teroris di Sawang, Aceh Utara, yang merencanakan pengeboman di kedutaan besar Myanmar di Jakarta. Kedua orang tersebut adalah Bahrain Agam dan Saiful Bahri alias Abu Syifa yang bergabung dalam jaringan Rio Priatna Wibowo. 

Hingga saat ini, pemerintah Myanmar melaporkan bahwa korban dari bentrokan militer dan etnis Rohingya di Maungdaw mencapai 86 orang, terdiri dari 17 tentara dan 69 etnis Rohingya. Namun menurut kelompok Rohingya sendiri, bentrokan itu sudah menelan lebih dari 400 nyawa. Konflik ini merupakan yang terparah sejak aksi kekerasan oleh kelompok Buddha radikal terhadap warga Rohingya pada 2012 lalu. Bentrokan saat itu menewaskan 200 orang dan menyebabkan 140 ribu orang kehilangan tempat tinggal. 

PBB melaporkan bahwa sekitar 30 ribu Muslim Rohingya melarikan diri dari aksi kekerasan di Rakhine dan berupaya menuju negara tetangga, Bangladesh. Namun dalam perjalanan melewati Sungat Naf yang membatasi kedua negara, sebagian pengungsi itu tewas ditembaki petugas penjaga perbatasan. 

Selama ini, sebagian besar dari 1,1 juta total populasi Muslim Rohingya di Myanmar tidak memiliki kewarganegaraan dan hidup dalam diskriminasi. Mereka ditolak karena dianggap imigran ilegal dari Bangladesh. Sementara, etnis Rohingya sendiri merasa sudah menjadi bagian dari Myanmar karena telah tinggal selama beberapa generasi di negara itu.

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Tepat Sasaran, Jokowi Naikkan Dua Kali Lipat Dana Desa 2018

Pemimpin Gerakan Bersih Malaysia Bebas usai 10 Hari Ditahan