PADEK.CO—Saat ini ngopi menjadi trend masyarakat terutama kaum muda yang sering nongkrong di kedai-kedai kopi yang ada di Kota Padang. Perkembangan pesat coffee shop membuat geliat para petani dan pembudidaya kopi semakin bergairah.
Salah satu di antaranya adalah Kopi Bantjah dari Kelompok Tani Kopi Sikayan Balumuik di Kelurahan Limau Manis Selatan, Kecamatan Pauh, Kota Padang.
Secara tekstur kopi Bantjah tidak jauh berbeda dari kopi-kopi lainnya, namun jika lidah mulai mencicipi citarasanya yang unik, inilah yang menggoda lidah para penikmat kopi. Kopi ini merupakan salah satu kopi terbaik yang di Kota Padang. Dengan iklim yang sempurna dan alam yang masih terjaga, menjadi salah satu poin yang mendukung pertumbuhan kopi Bantjah.
Hal tersebut dibenarkan oleh Yulisman ketua Kelompok Tani Kopi Sikayan Balumuik yang membudidayakan serta memproduksi kopi Bantjah.
Ia mengatakan pengembangan kopi bantjah di kawasan Limau Manis Selatan berawal saat masyarakat ingin beralih dari tanaman musiman ke tanaman tahunan dan diusulkanlah tanaman kopi.
Berbekal informasi dari masyarakat yang terlebih dahulu pernah menanam kopi, Yulisman beserta rekan-rekannya mulai membudidayakan kopi di kawasan Koto Baru, Limau Manis Selatan tersebut.
“Di tahun 2017 mulailah kami bergerak menanam kopi di lokasi ini, dan dua tahun setelah itu kami melihat progres yang cukup bagus dari batang kopi yang kami tanam. Jenis kopi yang kami tanam waktu itu adalah kopi robusta,” kata Yulisman, membuka cerita, Selasa (19/9/2023).
Hal tersebut membuat masyarakat sekitar tertarik, sehingga mulai mencoba pula untuk mengembangkannya. Kini tak hanya bertanam pohon kopi, masyarakat memproduksi bubuk kopi sehingga yang bisa disajikan, diminum, dan dinikmati.
Tentu saja di awal mereka tidak memiliki peralatan yang memadai dalam pengolahan kopi. Yulisman menyebutkan dari sana ia mencoba meminta bantuan dari berbagai pihak, dan Semen Padang mengulurkan tangan untuk membantu dalam pengembangan kopi Bantjah tersebut.
“Dari Semen Padang kami mendapatkan bantuan untuk belajar budidaya Kopi Solok Rajo guna meningkatkan pengetahuan kami terkait kopi dan pengolahannya,” ucapnya.
Dengan bantuan tersebut, Yulisman dan kelompok tani kopinya mulai masuk ke dalam tahap produksi kopi Bantjah dengan skala yang lebih masif. Usai mendapatkan pelatihan, antusias masyarakat sekitar untuk ikut serta menjadi petani kopi pun meningkat pesat, sehingga jumlah petani kopi dari yang sebelumnya hanya belasan orang menjadi puluhan orang.
“Usai pelatihan tersebut ada sekitar 26 orang yang ikut serta dalam menanam kopi dengan total keseluruhan waktu itu sebanyak 12 ribu batang kopi yang terus bertambah jumlahnya setiap tahun,” ucapnya.
Semakin berkembangnya kopi Bantjah menjadikan kopi itu semakin dilirik oleh masyarakat terutama pemilik kedai kopi. Selain itu difasilitasi oleh PT Semen Padang, Kopi Bantjah pun di-launching guna memperkenalkan kopi khas Kota Padang tersebut kepada masyarakat luas.
Selain itu, bukti kenikmatan kopi Bantjah tidak kalah dengan kopi lainnya adalah kopi Bantjah pernah mewakili Kota Padang dan meraih peringkat dua sebagai produk kopi ternikmat di Sumbar pada perhelatan festival kopi di Payakumbuh beberapa tahun lalu.
“Saat ini para pemesan produk mayoritas mencari Green bean kopi (biji kopi mentah yang belum disangrai dan biasanya berwarna hijau). Kafe-kafe kerap me-request produk green bean kopi bantjah yang kita sediakan. Selain green bean kopi, kita juga memasarkan produk kopi bubuk kepada para pecinta kopi,” ucapnya.
Untuk harga green bean pengolahan kopi bantjah per 1 kg dihargai Rp40 ribu, untuk roasting harganya jauh lebih menjanjikan yakni Rp160 ribu hingga Rp200 ribu per kg.
Yulisman mengatakan dengan kapasitas yang ada saat ini, kelompok tani kopi Bantjah mampu menyediakan 300 kg green bean kopi per bulannya di tengah permintaan yang sangat tinggi. Diprediksi per bulannya ada sekitar 1 ton produk kopi yang dipesan, namun belum mampu disediakan.
Kekurangan ini tentu saja membutuhkan dukungan penuh terkait jumlah kopi yang tersedia tidak memenuhi pesanan pasar. Ia mengatakan dari PT Semen Padang sebagai salah satu penyokong penuh perkembangan kopi bantjah memberikan kurang lebih 80 ribu bibit kopi yang disebar untuk pengembangan kopi di kawasan Limau Manis Selatan. Ia berharap kopi Bantjah semakin besar.
Sementara itu petani kopi Bantjah, Imus, mengatakan dengan cara penanaman yang sederhana dan harganya yang sekarang cukup tinggi membuat bertani kopi di kawasan Koto Baru Limau Manis Selatan merupakan hal yang sangat menjanjikan.
“Memang sejak dulu di zaman ninik-ninik kita kawasan ini merupakan salah satu sentra kopi, karena di sini ada bekas-bekas peladangan kopi di zaman Belanda. Namun pengembangannya pun tentu saja berbeda dari sekarang yang tentu saja lebih menjanjikan,” ungkap Imus.
Imus juga menyebutkan untuk bertani kopi di kawasan tersebut bisa dikatakan cukup mudah di mana kawasan yang masih asri sangat mendukung pertumbuhan kopi. Bahkan Imus mengatakan saking suburnya lahan di lokasi perbukitan, penanaman kopi bisa dikatakan tidak terlalu bergantung kepada pupuk, meski di beberapa momentum tetap harus dilakukan pemupukan.
Sama seperti Yulisman, Imus mengharapkan kedepannya kopi Bantjah dapat terus berkembang dan tentu saja mendapat dukungan dari semua pihak demi lestarinya kopi Bantjah Sikayan Balumuik sebagai salah satu kopi kebanggaan Kota Padang di kawasan Limau Manis Selatan.
Sementara itu, Kepala Departemen Komunikasi & Hukum Perusahaan PT Semen Padang Iskandar Z Lubis mengatakan awal mula PT Semen Padang melirik kopi bantjah saat melakukan mapping di sekitaran wilayah PT Semen Padang dan melihat ada kopi Bantjah di Limau Manis yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan.
“Kita coba telusuri ternyata potensi dari kopi Banjtah itu sendiri cukup besar untuk peningkatan ekonomi masyarakat. Namun, pada saat di awal tersebut masih dikelola secara tradisional sehingga hasilnya masih belum maksimal,” katanya.
Iskandar juga mengatakan dengan luas lahan kurang lebih 22 hektare, PT Semen Padang kemudian berdiskusi dengan kelompok tani dan sebagainya. Dari sanalah diketahui kelompok tani belum memiliki keahlian dalam pengolahan kopi yang sesuai standar.
“Lantas kita mencoba membuat kajian dan kita coba mencari petani atau kelompok usaha yang memiliki kemampuan untuk mengolah kopi. Alhasil di tahun 2021 akhir, kita menemukan KPSU Solok Rajo dan kita kontrak mereka untuk sebagai pendamping dari kopi bantjah agar tepat sasaran dan tujuan tercapai dengan harapan terjadi peningkatan ekonomi di kalangan para petani kopi Bantjah,” ujarnya.
Usai dilakukan pendampingan, lanjut Iskandar, akhirnya terjadi peningkatan yang luar biasa dari produksi kopi Bantjah. “Kemudian dengan peningkatan tersebut, kami pun kembali membantu petani melalui bibit kopi dengan harapan, terjadi peningkatan produksi kopi,” katanya.
“Dari hasil green bean kopi tersebut yang biasanya di kisaran 400 hingga 500 kg di akhir tahun 2022 mencapai 1 ton. Kemudian pendapatan mereka di tahun 2022 juga sudah cukup luar biasa di mana mereka berhasil menghasilkan sekitar Rp53 Juta dari hasil produksi kopi Bantjah,” ucapnya.
Ia juga mengatakan secara kualitas, kopi Bantjah bisa dikatakan salah satu kopi premium yang ada di Kota Padang. Saat ini, pihaknya sedang melakukan pengurusan agar kopi Bantjah diakui sebagai salah satu kopi dengan kualitas premium.
“Kenapa kami katakan sebagai kualitas premium? Karena kopi Bantjah telah berhasil meraih peringkat dua sebagai salah satu kopi terbaik yang ada di Sumbar pada festival kopi yang diselenggarakan di Payakumbuh beberapa tahun yang lalu. Padahal saat itu, kopi Bantjah masih tergolong sebagai kopi baru,” pungkas Iskandar. (y)