in

Korban Crane tak Dibahas

400 Delegasi Pertama Arab Saudi Tiba Besok 

Rombongan pertama kerajaan Arab Saudi akan tiba besok (28/2) di Indonesia. Ada tiga pesawat yang diagendakan mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Kabarnya, ada rombongan para pangeran Saudi yang ikut dalam penerbangan tersebut. 

Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan, ada lima memorandum of understanding (MOU) yang diagendakan untuk ditandatangangi Presiden Joko Widodo dengan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al-Saud. Dua di antaranya disiapkan langsung oleh pihaknya. 

Dua MoU tersebut menyangkut soal kesepakatan peningkatan kerja sama yang lebih baik pada penyelenggaraan ibadah haji dan umrah, serta pendidikan keagamaan.

”Ada beberapa klausul nanti. Soal upaya kerja sama perhajian dan umrah. Lalu, kerja sama dua negara yang dititikberatkan pada pendidikan keagamaan termasuk di dalamnya pengelolaan zakat dan wakaf,” jelasnya. 

Selanjutnya, kata dia, klausul-klausul kesepakatan ini ditindaklanjuti dengan pembahasan lebih lanjut oleh tim dari masing-masing negara. Sehingga, kerja sama bisa tercapai dengan baik. 

Selain bertemu Presiden Joko Widodo bersama para menteri, orang nomor 1 di Arab Saudi itu juga akan menyapa para ulama dan perwakilan ormas Islam. Agenda tersebut akan disisipkan dalam pertemuan hari pertama Raja yang hafal Al Quran itu di Istana Bogor. ”Agenda sebelum beliau kembali ke Jakarta untuk beristirahat,” ujarnya. 

Disinggung soal pembahasan proses ganti rugi atau santunan bagi korban tragedi kecelakaan crane pada penyelenggaraan haji  2015, Lukman mengaku belum bisa memastikan. Menurutnya, pembahasan tentu harus disesuaikan dengan jadwal dan dialog yang terjadi antar dua pemerintah. 

Seperti diketahui, proses pembayaran kompensasi hingga kini masih belum tuntas. Kondisi ini terkendala proses pembayaran yang ditetapkan oleh Saudi.

Pemerintah Saudi menginginkan pembayaran serentak untuk seluruh negara yang warganya menjadi korban. Namun, hingga saat ini ada beberapa negara yang belum rampung proses verifikasinya. 

Peringkat 57

Dari sisi investasi, ekonom menilai kunjungan Raja Salman ke Indonesia seharusnya bisa menjadi momentum untuk memperbaiki kerja sama ekonomi keduanya.

Sebab, sebagai negara yang memiliki permodalan yang besar, Arab Saudi masih ada di posisi yang tidak strategis di daftar investasi di Indonesia yang hanya menempati urutan ke-57.

Ekonom dari Insitute For Development of Economics (Indef) Eko Listiyanto menyatakan bahwa kerja sama RI-Arab selama ini hanya intens terkait haji dan TKI.

“Untuk itu, pemerintah sudah mulai harus meningkatkan kerja sama di luar itu. Sektor yang strategis antara lain adalah investasi di bidang padat karya yang dapat menyerap banyak tenaga kerja, seperti pariwisata, manufaktur sampai properti,” ujar Eko, kemarin (26/2).

Sektor yang juga dianggap potensial adalah keuangan berbasis syariah. Sebab, selama ini aset dari keuangan syariah terhadap total sektor keuangan yakni 5%.

“Kalau kita lihat di negara lain yang sama-sama negara Islam, keuangan syariahnya sangat berkembang pesat karena yang investasi adalah para konglomerat. Kami rasa masih memungkinkan untuk bekerja sama dengan Arab di bidang ini karena hampir di mana saja basis syariah sama,” tambah Eko.

Mengenai target pemerintah yang membidik investasi sebesar USD 25 miliar, dia berharap ada upaya realisasi yang seimbang jika melihat target yang cukup besar.

“Realisasinya tak akan mudah. Tetapi, paling tidak menarik Arab untuk meningkatkan 10% investasinya saja sudah baik. Setidaknya target bisa masuk 10 atau 15 besar urutan investasi di Indonesia,” beber Eko.

Jika menilik data dari Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM), sepanjang 2016 realisasi investasi Arab Saudi adalah sebesar USD 900 ribu atau sekitar Rp 11,9 miliar untuk 44 proyek.

Dengan angka realisasi investasi itu, Arab Saudi berada di posisi 57, di bawah Afrika Selatan investasinya mencapai USD 1 juta untuk delapan proyek.

Angka itu juga jauh dibandingkan realisasi investasi dari negara Timur Tengah lainnya, seperti Kuwait yang mencapai USD 3,6 juta. Posisinya juga masih kalah dari Singapura, Jepang, Korea Selatan, China dan Amerika Serikat.

Sedangkan jika dihitung pada periode 2010 hingga 2015, nilai investasi Arab Saudi tercatat hanya mencapai USD 34 juta atau 0,02% dari total investasi yang masuk ke Indonesia dalam kurun waktu tersebut.

Terkait permasalahan ekspor dari Indonesia yang masuk ke Arab Saudi, Eko menganggap bahwa perluasan pasar ekspor akan berjalan inline dengan besarnya investasi yang masuk.

“Selama ini mitra dagang ekspor Indonesia rata-rata investasinya juga besar di sini. Jadi, itu akan berjalan beriringan. Peluang ekspor akan meningkat seiring besarnya investasi yang masuk. Karena investasi yang besar kan menunjukkan ada trust dari kedua negara,” urainya.

Berdasarkan data BPS, nilai total perdagangan nonmigas Indonesia-Arab Saudi periode 2011-2015 mencatatkan pertumbuhan 3,89% per tahun. Rata-rata nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Arab Saudi pada periode 2011-2015 tercatat sebesar 1,83 miliar dolar AS per tahun.

Sementara itu, rata-rata nilai impor nonmigas Indonesia dari Arab Saudi tercatat sebesar 921,23 juta dolar AS per tahun pada periode sama.

Neraca perdagangan nonmigas kedua negara mengalami surplus 29,84% pada 2015. Sementara itu, produk ekspor utama Indonesia ke Arab Saudi pada 2015 adalah kendaraan bermotor, minyak kelapa sawit, tuna, karet dan produk karet, kertas dan produk kertas, serta tekstil dan produk tekstil. 

Rombongan Pertama

Sementara itu, terkait kedatangan rombongan kerajaan Arab Saudi, Corporate communications PT Jasa Angkasa Semesta Tbk Martha Lory Fransisca membenarkan adanya ketibaan para delegasi dari Arab Saudi, besok. Ada sekitar 400 orang dalam rombongan. Sayang, soal waktu kedatangan, ia mengaku belum dapat memastikan. 

”Untuk kategori pangeran or menteri atau lainnya saya belum tahu. Tapi memang, ini delegasi karena kargo sudah tidak ada lagi kabarnya dari 23 Februari lalu,” ujarnya kepada koran ini, kemarin (26/2). 

Dia menyampaikan, siapapun yang tiba pada tanggal tersebut pihaknya harus siapkan layanan groundhandling. Untuk dapat memberikan terbaik, PT JAS terus mengirim peralatan pendukung menuju Halim.

Selain itu, ada penambahan sekitar 100 orang personel yang akan ditugaskan di sana. Dengan tambahan ini, maka total yang bertugas di Halim 278 orang. Sedangkan di Ngurah Rai, Bali 394 orang. ”Besok (27/2), kita simulasi penyambutan,” ungkapnya. 

Kedatangan rombongan delegasi pertama ini turut diamini General Manager Bandara Halim Perdanakusuma Abdul Rasyid. Dia mengungkapkan, ada tiga pesawat yang akan membawa para rombongan delegasi dan para pangeran Arab Saudi nanti. 

Mengawali kedatangan pertama, satu unit pesawat berbadan lebar atau widebody Boeing 777 akan pertama tiba. Disusul dua unit pesawat berbadan sedang atau narrowbory boeing 737-800. “Nantinya, pesawat narrowbody akan menetap di Halim, sedangkan Boeing 777 langsung lepas landas,” jelasnya. 

Kedatangan selanjutnya tiba 1 Maret 2017, yakni rombongan inti yang menerbangkan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al-Saud. Rombongan diterbangkan dengan empat pesawat.

Yakni dua pesawat Boeing 747-400, satu unit Boeing 777, dan satu unit Boeing 757 yang merupakan pesawat evakuasi medis. “Kemudian 3-4 Maret, seluruh rombongan bertolak dari Halim ke Denpasar,” ungkapnya. 

Karpet Merah

Sementara itu, kemarin (26/2), Raja Salman menyambangi negeri jiran Malaysia. Malaysia menyambutnya dengan penghargaan tertinggi menggunakan karpet merah. 

Televisi Malaysia menayangkan raja berusia 81 tahun itu turun dari pesawatnya dengan eskalator. Salman diterima Perdana Menteri Malaysia Najib Razak. Dia disambut semarak di parlemen dengan 21 senjata kehormatan.

Setelah Malaysia , Salman ke Indonesia, Brunei, Jepang, China, Maladewa dan Yordania untuk bertemu pemimpin negara mempererat hubungan bilateral dan regional. Dalam kunjungan ke Malaysia, Raja Salman ditemani delegasi 600 orang selama empat hari. Kerja sama energi jadi isu utama.

Perusahaan plat merah negeri jiran Petroliam Nasional Bhd (Petronas) dan Saudi Aramco akan menandatangani perjanjian pada Selasa (28/2), berkolaborasi di kilang Malaysia dan Petrochemical Integrated Development (RAPID). Ini jadi dorongan perekonomian Asia Tenggara yang sering kesulitan harga minyak global yang anjlok. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Komoditi Ekspor

Bulog Siapkan Dana Rp 30 Triliun