Gadis pintar asal Payakumbuh, Sumbar, Laurencia De Richo, terpilih sebagai runner-up atau pemenang kedua dalam pemilihan pemuda pelopor tingkat nasional tahun 2023 yang digelar Kemenpora-RI pada 16-18 Oktober lalu. Apa kelebihan Lauren sehingga mengukir prestasi di tingkat nasional?
PENJABAT Wali Kota Payakumbuh Jasman Rizal senang bukan kepalang. Jasman senang mendengar kabar, pemudi dari kota ini, Laurencia De Richo yang akrab dipanggil Lauren, terpilih sebagai runner-up Pemuda Pelopor Nasional 2023.
“Alhamdulillah, kita bersyukur dan apresiasi karena perwakilan Sumbar asal Kota Payakumbuh berhasil meraih prestasi di tingkat nasional,” kata Jasman, Jumat (20/10).
Kepala Dinas Parwisata Pemuda dan Olahraga Payakumbuh Nofriwandi juga senang dan bergembira dengan prestasi. Menurut Nofriwandi, Lauren merupakan satu dari tiga perwakilan Sumbar untuk pemilihan Pemuda Pelopor Tingkat Nasional.
“Laurencia ikut dalam bidang pangan dan eksposnya itu terkait rendang. Hal ini sejalan dengan Kota Payakumbuh sebagai City Of Randang,” katanya.
Seperti disampaikan Nofriwandi, Lauren adalah seorang pemudi di Payakumbuh yang memiliki kepeloporan di bidang pangan. Lauren bersama kedua orang tuanya mendirikan Rendang Unikayo sebagai usaha keluarga. Memulai bisnis di usia 18 tahun, Lauren berhasil membawa Rendang Unikayo berhasil meraih omzet di atas 100 juta rupiah per bulannya.
Dalam wawancara dengan Sonia Fatmarani yang diris di portal ukmindonesia.id diketahui, Laurencia De Richo mendirikan Rendang Unikayo saat usianya masih 18 tahun. Saat itu, ia baru saja lulus dari sekolah MA dan memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke sebuah sekolah bisnis selama 8 bulan.
Minat Laure untuk menjadi seorang entrepreneur muda memang sudah tertanam sejak kecil. Beruntung, mimpi ini didukung oleh kedua orangtuanya. Alih-alih memaksa Lauren untuk segera kuliah, mereka justru mendampinginya untuk mengembangkan bisnis Rendang Unikayo.
Diakui Lauren, tantangan terbesar selama menjalankan bisnis ada di mentalnya sebagai pengusaha yang masih dalam proses pembentukan. “Secara umumnya anak-anak di usia saya dan teman-teman saya itu masih pada main sana sini dan nongkrong ya saya harus fokus sampe tidur sehari cuma 2-4 jam saja,” kata Lauren seperti dilansir Padang Ekspres dari ukmindonesia.id.
Selama satu tahun merantau dan menjalani kuliah bisnis di Bandung, Lauren justru menemukan ide usaha yang membesarkannya. Saat itu, ia yang tengah jauh dari kampung halaman kerap merasa rindu dengan citarasa rendang khas buatan ibunya.
Di sinilah Lauren mulai berpikir untuk mengembangkan produk rendang kemasan yang bisa praktis dibawa oleh anak-anak rantau seperti dirinya. Selepas lulus, ia pun melakukan proses riset untuk mewujudkan ide bisnis tersebut.
“Saya juga melalui proses trialanderror berkali-kali untuk menemukan selera yg diinginkan pasar, namun tetap merujuk pada resep turun temurun keluarga,” jelas Lauren.
Meskipun berat, namun perjuangannya berbuah manis. Hanya dua tahun setelah berdiri, Rendang Unikayo mampu mencapai omzet tertinggi lebih dari 100 juta rupiah setiap bulannya. Kuantitas produksinya pun semakin bertambah, seiring naiknya nilai omzet secara signifikan.
Di awal berdiri, mereka hanya memproduksi sekitar 20 kg rendang per bulannya. Sementara saat ini, kuantitas produksi bisa mencapai sekitar 300 kg per bulannya.
“Dan branding juga Alhamdulillah semakin baik dan diterima baik dalam masyarakat umum di Indonesia maupun luar negeri serta dalam pemerintahan juga baik sekali,” papar Lauren dengan bangga.
Setelah memantapkan omzet dan kuantitas produksi yang baik setiap bulannya, Lauren mulai membangun Dapur Produksi, alias pabrik kecil berstandar internasional.
Hal ini merupakan salah satu pengembangan proses produksi rendang, dari yang awalnya dilakukan di dapur rumahan, dipindahkan ke Dapur Produksi yang memiliki standar produksi. “Jadi semuanya mulai dari alur produksi, ruangan produksi sampai produk jadi semua sudah terstandar,” ujar Lauren.
Diakuinya, hal ini ia lakukan lebih cepat lantaran Rendang Unikayo telah memiliki prospek ekspor dan permintaan pasar di beberapa negara lain. Sementara salah satu syarat ekspor dari pemerintah Indonesia adalah kepemilikian Sertifikasi MD (Makanan Dalam Kemasan).
“Dan salah satu syarat mendapatkan sertifikat MD itu adalah harus memiliki dapur terpisah, makanya kita bangun segera karena sudah banyak tawaran-tawaran ekspor yg kami tangguhkan,” jelasnya panjang lebar.
Menurut Lauren, selama ini Unikayo sudah menjual ke luar negeri dalam kuantitas kecil yang masih tergolong aman untuk pengiriman mancanegara. “Contohnya kita udahngirim ke Itali, Inggris, Belanda, Jepang, dan Singapura juga,” paparnya.
Saat ini, target Lauren adalah untuk memulai ekspor di pertengahan tahun 2023 dalam kuantitas besar. Ia juga menyasar negara-negara Timur Tengah sebagai target ekspor. Dimulai sebagai bisnis kecil di Payakumbuh, kini Rendang Unikayo menjadi salah satu produsen rendang instan kemasan yang paling sibuk di Nusantara.
Selain menembus target omzet dan mengikuti banyak pameran serta kegiatan pemerintah, Unikayo juga sudah mengembangkan jaringan pasarnya ke seluruh Indonesia dan menarik hati konsumen mancanegara.
Produknya pun berkembang dari satu varian bumbu rendang instan menjadi 11 macam varian. Hasilnya, konsumen dengan berbagai selera memiliki pilihan rasa yang beragam.
Lauren memiliki harapan besar untuk Rendang Unikayo.
“Semoga Unikayokedepannya semakin hari dan setiap detiknya bisa banyak menebar manfaat bagi banyak orang. Sekaligus dan bisa menembus pasar global dalam quantity besar serta dikenal di berbagai belahan dunia,” ujar LaurenchiaDe Richo. (FAJAR RILLAH
VESKY— Payakumbuh)