in

Luc Besson mengulang “Nikita” lewat “Anna”?

Jakarta (ANTARA) – Tahun 1990, keberuntungan berpihak pada Anna Poliatova, dalam sekejap dia menjadi supermodel dan merasakan Paris yang gemerlap.

Anna sedang menjual matryoshka saat dia bertemu pencari bakat asal kota mode, yang dalam sekejap dapat menemukan potensi modelling Anna hanya dengan melihatnya membaca buku.

Anna pun pindah ke Paris dan dia belajar menjadi model. Tidak ada yang tahu Anna menjalani dua kehidupan sekaligus.

Femme fatale

Luc Besson, sutradara kenamaan asal Prancis, menggunakan formula lawas yang pernah dia gunakan pada tahun 1990-an, tokoh utama perempuan dan judul film diambil dari nama sang tokoh.

Besson sukses dengan “Nikita” atau “La Femme Nikita”, meski pun berbeda karakter, tokoh rekaan karya Besson ini digambarkan sebagai “femme fatale”, cantik, namun berbahaya.

 

Film “Nikita” atau “La Femme Nikita” karya Luc Besson. (Imdb.com)

Mendengar Besson membuat “Anna”, mau tidak mau terbayang sosok Nikita yang elegan, namun tangguh. Besson memilih model asal Rusia Sasha Luss sebagai Anna Poliatova, entah kebetulan semata atau sengaja, Anna pun seorang model.

Anna, yang seorang Rusia, bertolak ke Paris, kepincut pria dan akhirnya menjadi agen intelijen Rusia KGB di bawah asuhan Olga (Helen Mirren) di tahun 1990. Kebetulan atau bukan, “Nikita” juga dirilis pada 1990.

 

Film “Anna” karya Luc Besson. (Imdb.com)

Luc Besson menggunakan lima menit pertama di film “Anna” untuk menjanjikan cerita yang menegangkan, 15 menit berikutnya untuk perkenalan hidup Anna yang terasa cepat dan sedikit membingungkan.

Tiba-tiba, penonton diajak mundur ke tahun 1987 saat Anna bermasalah dengan kekasihnya dan bagaimana Alexei (Luke Evans) menawarkan masa depan dengan menjadi agen mata-mata.

Besson terus menggunakan alur maju-mundur sepanjang film, ditandai dengan sebuah peristiwa kemudian adegan berikutnya menjelaskan mengapa peristiwa tersebut terjadi. Alur seperti ini juga digunakan dalam film “Vantage Point” karya Pete Travis pada 2008 lalu.

Tips menonton “Anna” karya Luc Besson: perhatikan detail.

Meski pun Besson sangat memperhatikan detail pada cerita, sayangnya, dia kurang memperhatikan detail pada properti yang digunakan dalam film. Beberapa teknologi terkesan terlalu canggih untuk akhir tahun 80an dan awal 90an, misalnya laptop yang terlalu modern.

Anna sudah terbiasa menggunakan laptop, tentu sebagai agen mata-mata dia harus mahir segala hal, bahkan dia sudah mahir menggunakan laptop jauh sebelum menjadi agen rahasia. Menariknya, dia juga sudah menggunakan USB flash drive pada tahun 90an, padahal teknologi tersebut terkenal pada 2000an awal.

Lionsgate Summit Entertainment semula menjadwalkan film ini rilis pada Oktober 2017, namun, seperti dikutip dari laman LA Times, Besson tersandung kasus pelecehan seksual setahun belakangan ini.

Kabar tentang film “Anna” kembali mencuat sekira bulan April 2019, mereka meluncurkan trailer hingga akhirnya resmi rilis pada 21 Juni.

Baca juga: “Toy Story 4”, nostalgia dan petualangan tanpa akhir

Baca juga: Resensi: “Hit & Run”, film aksi berbalut komedi renyah

Baca juga: Resensi: Menyaksikan film horor sambil tertawa di “Ghost Writer”

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Alviansyah Pasaribu
COPYRIGHT © ANTARA 2019


What do you think?

Written by Julliana Elora

Dialog Deddy Corbuzier dengan Gus Miftah: Kenapa Gue Harus Mualaf, Gus?

MPR Sedang Menggagas Mengembalikan GBHN