Islam adalah sistem kehidupan bermoral tinggi dan mulia yang tidak bisa terbantahkan lagi. Silakan pahami dan pelajari peristiwa 411 dan 212, sebutan yang populer untuk unjuk rasa nasional umat Islam dalam aksi Bela Al Quran II-III, sungguh membuat dunia, tentu isinya sekaligus penduduk dunia yang katanya pakar sekalipun, terpukau dan amat sangat patut kiranya merevisi teori dan pandangan stereotipe keliru yang terlanjur dilekat pada umat Islam.
Imbauan pengagas acara dan ulama untuk menerapkan akhlak mulia, perilaku terpuji, tidak boleh merusak, tidak boleh gaduh, dan harus disiplin dalam kebersihan, pungut sampah, jangan injak taman, dan jauhi perilaku yang dapat mengundang konflik yang dicemaskan oleh berbagai pihak, dalam kenyataannya nyata sekali berlaku efektif. Hari-hari itu dikatakan sebagai indah dan bernuansa ukhuwah sekali.
Semuanya berjalan damai, sejuk, tidak ada cacian, makian, kata kotor, dan perilaku buruk. Mengapa ini bisa terjadi, jawabnya yang karena memang akhlak dan moral Islam itu mulia, agung dan bermartabat.
Pesan keagungan dan kemuliaan akhlak Islam, sejak awal sudah ditunjukkan oleh Rasul Muhammad SAW, Allah SWT yang menegaskan,.. artinya: Dan Sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam, 4). Sesungguhnya engkau diutus untuk menyempurnakan akhlak (al-Hadis).
Nah suci di atas adalah visi, misi, dasar dan tujuan perjuangan umat Islam dalam menata, mengatur dan memimpin kehidupan di dunia sesuai fungsinya sebagai hamba yang memiliki tanggung jawab mengabdi kepada Allah, artinya…. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Al-Dzariyyat, 56).
Begitu juga dalam kapasitas manusia sebagai khalifah, pemimpin di sejagad kehidupan, artinya; Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
“Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. al-Baqarah,30). Bukti tingginya pemuliaan umat terhadap ajaran akhlak Islam itulah pesan 411 dan 212 yang faktanya tidak ada perdebatan lagi.
Secara tegas dapat dinyatakan bahwa akhlak Islam adalah pembawa rahmat bagi semua. Islam itu rahmatan lil alamin, Islam itu hanya mencegah yang munkar dan menyuruh yang makruf.
Islam itu hadir membawa keselamatan sesuai namanya Islam, selamat dan menyelamatkan. Muslim pembawa keselamatan. Jauhilah prasangka orentalis yang memang perusak citra Islam. Obyektiflah terhadap Islam dan muslim.
Berhentilah memusuhi dan menstigma Islam. Islam phobia hanya akan merusak tatanan kehidupan. Islam dan muslim adalah pembawa rahmat untuk semesta. Akhlak Islam rahmat untuk semua. Pikirkan pesan dan dorongan al-Maidah 51 dan cermati kejadian 411 dan 212.
Maulid Misi Pencerahan
Maulid Nabi Muhammad SAW yang oleh umat Islam di Indonesia dijadikan salah satu hari besar adalah saatnya untuk memahami dan membumikan akhlak Islam yang ditunjukkan sang pembebas dan pencerah Rasul Muhammad SAW sejak lebih 14 abad lalu.
Perjuangan dan kisah penuh makna yang dicatat sejarah yang memberikan pesan kuat bahwa inti pokok dalam setiap even kemenangan selalu lebih ditentukan kemuliaan akhlak, dibanding senjata dan kekuatan perang. Nabi, sahabat, ulama baik yang memposisikan diri sebagai penasehat khalifah, tentu lebih lagi ulama yang menjadi khalifah pelanjut risalah adalah mereka yang menjadi tonggak tua peradaban dunia semua memiliki kapasitas akhlak yang agung.
Saat Maulid ini juga beralasan umat diingatkan akan peran ulama dalam menata dan mengurusi umat, menegakkan supremasi akhlak, sehingga menciptakan tatanan kehidupan berperadaban tinggi. Ulama berperan penting untuk mengingatkan penting dan strategisnya fungsi akhlak dalam sistem kehidupan.
Belajar pada sejarah, Islam hadir dalam situasi kepemimpinan masyarakat Arab yang jahiliyah. Kehidupan politik, ekonomi, budaya, moral dan sosial kemasyarakatan yang gelap, ditutupi oleh kesombongan pemimpin, arogansi aparat yang mestinya mengayomi, penjajahan sesama anak bangsa, penindasan ekonomi yang kuat terhadap rakyat kecil, penzaliman dari pemegang mandat kekuasaan terhadap rakyatnya dan sederatan patologi sosial yang sudah endemik dan dianggap biasa oleh masyarakatnya, karena sudah matinya nurani mereka.
Ada empat misi pencerahan yang dibawa Islam. Pertama, pencerahan ilmu pengetahuan. Islam datang menjadi pembebas dari kejahiliyah yang gelap gulita membawa obor penerangan, … Artinya: Alif, laam raa. (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (QS. Ibrahim,1).
Mentalitas orang terpuji dan terpandang sulit diperoleh saat kegelapan akhlak masih menjadi gaya hidup. Perilaku korupsi, kolusi, nepotisme, fee, pungli, penyalahgunaan jabatan, arogansi kekuasaan dan sifat buruk lainnya adalah tabir gelap yang menutupi cahaya kebenaran untuk kebaikan individu, kelompok, masyarakat dan bangsa.
Kedua, revolusi mental Islami. Islam sejak awal telah dengan nyata dan faktual memberikan arahan dan praktek kehidupan umat ahar terus menerus melakukan revolusi mental jahiliyah menjadi bangsa yang cerah dan cerdas, tidak mudah terprovokasi oleh analisis tak berdasar, tidak pula memiliki prasangka buruk yang didasarkan ketidaksenangan, …. Artinya mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah[Ialah: sangkaan bahwa kalau Muhammad s.a.w. itu benar-benar Nabi dan Rasul Allah, tentu Dia tidak akan dapat dikalahkan dalam peperangan.].
(QS. Ali Imran. 154). Gaya berpikir dan analisis menghalalkan segala cara, memulai berpikir dari dugaan tak beralasan, mencari-cari kesalahan, membuat stigma negatif, apalagi gerakan anti kelompok lain (phobia) adalah metode jahiliyah yang dikikis habis dalam tradisi hidup umat Islam. Umat Islam itu terbuka, obyektif, berprasangka baik, tidak suka menohok kawan seiiring.
Ketiga: pencerahan hukum. Umat Islam meyakini dan menerapkan hukum Ilahi. Islam menegaskan haram hukumnya patuh dan taat pada hukum yang nyata-nyata bersumber dari produk jahili, artinya atas pesanan kepentingan segelintir orang, tidak memihak pada kebenaran, hukum yang dapat ditawar.
Ketegasan pada kebenaran hukum dan pencegahan pada pemalsuan hukum adalah reformasi hukum yang diajarkan Al Quran … artinya; Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS. Al-Maidah, 50).
Islam adalah sistem ajaran yang memiliki kepastian hukum. Islam tidak menolerir siapapun yang mempermainkan hukum, menjual belikan hukum, atas mendapatkan keuntungan profit dari hukum.
Hukum adalah neraca keadilan untuk semua, tanpa pandang bulu dan kedudukan. Hukum tidak tumpul ke atas, tetapi tajam ke bawah. Hukum dan akhlak adalah dua sisi mata uang sama nilainya. Tak ada arti hukum tanpa moral. Moral sulit tegaknya bila hukum tumpul dan lemah.
Keempat: pencerahan budaya. Praktik jahili yang dicerahkan Islam adalah budaya dalam arti seluasnya. Islam menempatkan penegakkan budaya dalam berkeluarga, bermasyarakat, sistem sosialisasi diri dan jangan mengikuti kesenian yang tak bermoral, serta merendahkan kemulian manusia lebih awal dan tegas sekali, firman suci menegaskan; … Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. al-Ahzab, 33).
Selanjutnya pencerahan budaya dikembangkan pada pecegahan perilaku jahiliyah seperti karakter dan perilaku yang hammiyah artinya keras tak beralasan, teror, kekerasan yang berdasar.
Islam membawa misi pencerahan budaya, peradaban dan mendorong penciptaaan kondisi sosial yang ramah, santun dan tidak ada kesan barbar. Pedoman berbudaya disebutkan dalam kitab suci, Artinya; … Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan Jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa [Kalimat takwa ialah kalimat tauhid dan memurnikan ketaatan kepada Allah.] dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Fath, 26).
Pada bagian akhir ini ingin diingatkan bahwa kehadiran Nabi sebagai pembawa misi Islam yang cerah dan mencerahkan … artinya Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah).
Dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, (QS.Al Jumu’ah, 62:2) amat sangat patut untuk disuarakan tanpa hentinya. Refleksi kehadiran Nabi Muhammad SAW dengan risalah yang yang dibawanya, amat sangat patut untuk terus menerus disegarkan, pencerahan yang dibawa dan dilakukannya telah menyelamatkan peradaban umat manusia.
Sejarawah dan tokoh pemikir dunia dalam berbagai disiplin ilmu, lintas agama dan keyakinan yang memiliki pikiran jernih dan berhati jujur pasti akan mengakui dan mengagumi kehandalan ajaran Islam dalam menyelesaikan problema kemanusiaan.
Empat misi pencerahan di atas, ilmu, mentalitas, hukum dan budaya, adalah ikhitiar dan kerja cerdas untuk menyelesaikan problema umat manusia, khususnya bangsa Indonesia.
Umat Islam tidak ingin bangsa ini hancur, saat ilmu pengetahuan, penyehatan mentalitas, hukum dan budaya tidak diposisikan dengan baik dan benar, maka itu alamat kejahiliyah segera datang, jahiliyah modern, jahiliyah globalisasi dan jahiliyah kemanusiaan, nauzubillahi minzalik. (*)
LOGIN untuk mengomentari.