in

Melihat Keberadaan Mubalig Muda di Padang

Bukan lagi Cadangan saat Berceramah

Keberadaan mubalig muda tak mau dianggap sebagai cadangan saat berceramah. Ini dibuktikan dengan upaya penguasaan materi dan cara penyampaian menarik. Apalagi, selama Ramadhan ini, intensitas jadwal memberikan ceramah cukup padat. 

Salah satu mubalig muda dari Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Sumbar, Harianto. Lelaki 27 tahun ini menuturkan hal wajar bila mubalig muda menggantikan senior. Alasannya, ilmu mubalig senior lebih tinggi dibanding muda. 

Lelaki yang juga menjabat sebagai pengurus sekretariatan Ikadi ini menambahkan kesempatan yang diberikan mubalig senior dalam berceramah meski sebagai pengganti, salah satu cara untuk melatih mubalig muda agar siap dalam berdakwah.

“Ketika itu saya diberi kesempatan sebagai pengganti saat Khutbah Jumat. Respons diberikan jamaah tidak jauh berbeda dengan respons yang diberikan kepada mubalig senior yang saya gantikan,” ucapnya kepada Padang Ekspres, Jumat (26/5).

Persiapan berdakwah diakui pria lulusan Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang angkatan 2010 ini perlu survei terlebih dahulu. Untuk persiapan itu hal yang penting sebelum memberikan ceramah.

“Dalam hal memberikan ceramah, ia senang mengangkat isu-isu terhangat pada saat itu,” ungkapnya selain rajin Khutbah Jumat, Haris juga pernah menjadi pemateri Pesantren dan penceramah selama Ramadhan. 

Hal senada juga disampaikan mubalig muda lainnya, Dawam. Mubalig senior memiliki ilmu yang lebih tinggi. Jadi wajar apabila yang muda dijadikan pengganti.

Lelaki yang masih mengenyam pendidikan di Universitas Andalas Jurusan Teknik Elektro ini menjelaskan, mubalig muda juga berperan penting dalam membantu kegiatan berdakwah.

“Semangat dari muda sangat tinggi. Lain halnya dengan mubalig senior. Mungkin untuk fisik sudah mulai berkurang. Sehingga semangat pun juga berkurang,” ucapnya kepada Padang Ekspres, Jumat (26/5).

Dawam sudah mulai berdakwah sejak kelas SMA 2, namun LDII sudah mulai membimbingnya sejak masih duduk dibangku SD.” Mubalig muda merupakan penerus yang akan menggantikan dai senior,” ucapnya.

Persiapan yang dilakukan lelaki kelahiran 1998 ini ialah membentengi dirinya dengan ilmu. Selain mempersiapkan materi dakwah, dia juga harus membenarkan pembicaraan dan sikapnya terlebih dahulu. 

“Jika sikap dan pembicaraan tidak sesuai materi, berarti tergolong orang yang munafik. Haruslah diaplikasikan dulu ilmu agama yang dipelajari kepada diri sendiri,” sebutnya.

Tanggapan lainnya tentang dai muda yang sering dijadikan pengganti senior diberikan Aya Syophia Miza, salah satu mubalig muda dari payung Muhammadiyah. “Beliau sengaja memberi jadwal ceramah kepada para mubalig muda,” tuturnya.

Pengalaman yang didapat saat menggantikan ustad senior, Aya mengaku, saat itu ia merasa belum bisa mengingat ilmu masih kurang. Selain itu, ia juga jarang berceramah.

Lelaki lulusan jurusan Ma’had Azzubair Ibnu Al Awwam (Studi Islam dan Bahasa Arab) ini mengaku, ia menerima tawaran mengingat tidak ada yang bisa menggantikan ustad tersebut.

Lelaki 27 tahun ini menambahkan, bahwa tugas yang diberikan suatu kewajiban dalam menyampaikan ilmu agama. Survei pun juga dilakukan Aya sebelum memberikan ceramah, begitu pula dengan persiapan lainnya.

Seperti yang dilakukan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sumbar. Organisasi ini memiliki mubalig yang cukup banyak tersebar di Sumbar. Jumlahnya mencapai 500 orang.

Sekretaris DPW LDII Sumbar M Ari Sultoni, menuturkan untuk kisaran usia, mubalig LDII bervariasi. Untuk mubalig muda, Toni panggilan akrab Ari Sultoni mengatakan ada yang tamatan pondok pesantren setingkat SLTA bahkan tamatan SLTP sudah dapat menjadi seorang mubalig. Untuk jenjang mubalig di LDII ada yang sudah menjadi doktor.

“Bahkan ada yang berusia lanjut, di atas 60 tahun. Mereta tetap eksis berdakwah menyampaikan ilmunya,” ucap Toni.

Sedang mubalig yang berada di bawah organisasi Muhammadiyah Sumbar, berkisar 5.000 orang yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Untuk mubalig muda, jumlahnya sekitar 1.500 orang atau sekitar 30 persen dari jumlah mubalig.

“Data ini dirumuskan dan ditinjau dari perkiraan secara rasional,” ucap Abdul Salam, Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah kepada Padang Ekspres, di Gedung Dakwah Muhammadiyah Sumbar, Kamis (25/5).

Sedangkan di Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Sumbar, dai (mubalig) termasuk bagian dari penyuluh agama. Menurut Kasi Penerangan dan Penyuluh Agama Islam Kemenag Sumbar, Syahrizal jumlah penyuluh agama di Kemenag nonhonorer berjumlah 1.370 orang yang tersebar diberbagai kecamatan di Sumbar. 

Tiap kecamatannya terdapat delapan orang penyuluh agama. Untuk peraturan kaderisasi, Kemenag memeliki kriteria. Umur yang dipatok dari 19 tahun hingga 60 tahun. “Yang berumur lebih dari 60 tahun produktivitasnya menurun,” ucap Syahrizal.

Sedangkan pada Majelis Pakar Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (Dewan Dakwah) Sumbar, organisasinya belum memiliki mubalig tetap seperti ormas islam lainnya.

Ketua Dewan Dakwah Sumbar Ahmad Kosasih hanya memilki pengurus sebanyak 70 orang di Sumbar. Enam orang pengurus yang ada di Kota Padang yang terdiri dari biro dakwah, pendidikan, bidang penyelenggaraan akses, dan lainnya.

Tidak hanya itu, Ketua Dewan Masjid Sumbar Yulius Said, kepada Padang Ekspres, Rabu (26/5) memiliki kurang lebih 5.000 dai yang tersebar di Sumbar. Pendidikan para dai pun beragam, tak hanya lulusan sekolah atau universitas islam, namun dari latar pendidikan mana pun. Namun, para dai harus memiliki dasar agama. 

Rata-rata dai yang berada di bawah naungan Dewan Masjid Sumbar berkisar 30 tahun. Namun tak ada batasan umur khusus yang ditetapkan Dewan Masjid. Pelatihan pun juga dilakukan terhadap imam, khatib, dai, dan muaiz.  

Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Sumbar, jumlah dai dibawah naungan Ikadi Sumbar lebih kurang 300 orang yang tersebar di Sumbar dengan rentang usia 20 hingga 49 tahun.

Ketua Ikadi Sumbar Urwatul Wusqa mengatakan para dai muda sudah memiliki jadwal masing-masing. Ikadi tidak mengenal istilah dai muda sebagai pengganti dai senior. Apabila dai senior berhalangan, penggantinya pun tak harus dai muda.

“Biasanya dalam pergantian dakwah yang berhalangan hadir, yang menggantikan dai yang bisa saat itu,” ucapnya. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Menjembatani Rantau dan Ranah

Waktu Tepat untuk Cek Arah Kiblat