in

Melirik Kebahagiaan dengan Data

Pada Agustus 2017 Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis Indeks Kebahagiaan Tahun 2017 melalui Berita Resmi Statistik (BRS). Indeks Kebahagiaan ini dirilis berdasarkan hasil dari Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) 2017 yang dilaksanakan pada 5-30 April 2017 di 34 provinsi seluruh Indonesia secara sampling untuk estimasi level nasional dan provinsi. Hasilnya memaparkan bagaimana kerangka kerja indeks kebahagiaan, indeks dan dimensi penyusunan indeks kebahagiaan, perkembangan kebahagiaan 2014 dan 2017, indikator penyusun indeks kebahagiaan, dan rangking kebahagiaan di Indonesia. Tercatat indeks kebahagiaan Indonesia tahun 2017 adalah 70,69 dengan skala 0-100. Semakin tinggi indeks menunjukkan tingkat kehidupan yang semakin bahagia. Dimensi penyusun Indeks Kebahagiaan pada SPTK 2017 yakni Kepuasan Hidup, Perasaan (Affect), dan Makna Hidup (Eudaimonia). 

Dimensi kepuasan hidup memberikan kontribusi 34,80% pada pengukuran tingkat kebahagiaan Indonesia tahun 2017. Artinya kepuasaan hidup mempengaruhi kebahagiaan sebesar 34,80% dari total tiga dimensi cakupan kebahagiaan di Indonesia. Kepuasan hidup didukung oleh subdimensi kepuasan hidup personal dan subdimensi kepuasan hidup sosial. Pada subdimensi kepuasan hidup personal pendidikan dan keterampilan menjadi bagian yang melekat kepada setiap individu. Begitu juga dengan pekerjaan/usaha/kegiatan utama. Semakin bagus pendidikan dan keterampilan seseorang akan semakin tinggi indeks kebahagiaannya dan akan menunjang pada pekerjaan/usaha/kegiatan utama individu tersebut. Subdimensi personal lainnya adalah pendapatan rumah tangga, kesehatan, dan kondisi rumah beserta fasilitasnya. Subdimensi kepuasan hidup personal harus didukung oleh kelaikkan pendidikan, ketersediaan pekerjaan, pendapatan yang lebih tinggi, kesehatan yang lebih baik, dan kondisi perumahan beserta fasilitasnya yang lebih lengkap. Rata-rata di perkotaan subdimensi ini lebih mendukung sehingga indeks kepuasan hidup personal perkotaan lebih tinggi dibanding perdesaan.

Kemudian subdimensi kepuasan hidup sosial mencakup semua aspek sosial secara langsung termasuk di dalamnya keadaan lingkungan dan kondisi keamanan. Kebahagiaan sangat bergantung pada hubungan sosial. Tidak jarang apabila di suatu wilayah hubungan sosialnya buruk atau tidak kondusif sering terjadi konflik yang dapat mempengaruhi kenyamanan hidup. Tetapi dasar dari semua kebahagiaan, baik itu di lingkungan luar atau di mana pun, selalu yang menjadi cikal bakal bahagia itu adalah keluarga. Sebelum berangkat ke kehidupan luar selalu yang jadi pondasi awal adalah keluarga. Indeks indikator penyusun indeks kebahagian di Sumatera Barat 2017 mencatat indikator keharmonisan keluarga di urutan tertinggi dengan indeks 81,28 dibandingkan dengan indikator penyusun lainnya pada subdimensi kepuasan hidup sosial. Semakin baik keadaan keluarga, rata-rata pemenuhan kebutuhan bahagia di kehidupan sosial akan terpengaruh baik juga walaupun keluarga tergolong kategori kehidupan sosial yang paling kecil. Indeks indikator penyusun indeks kebahagian Indonesia 2017 juga mencatat indeks kepuasan hidup sosial cenderung semakin meningkat hingga batas umur 64 tahun. Keadaan ini menandakan semakin tua seseorang maka semua subdimensi kepuasan hidup sosial semakin baik dirasakannya.

Dimensi kebahagiaan selanjutnya adalah perasaan (affect) dengan kontribusi sebesar 31,18%. Ternyata pendukung kebahagiaan itu bukan hanya perasaan senang riang gembira, tetapi tekanan terhadap seseorang dapat memengaruhi seorang itu bahagia atau tidak. Perasaan yang tidak tertekan akan meningkatkan penilaian indeks kebahagiaan subjek tertentu. Orang yang mengalami rasa tertekan akan cenderung mudah sekali marah atau tersinggung (sensitif) dan akan berdampak pada tingkat kebahagiaan orang tersebut. Kemudian pada dimensi perasaan termasuk di dalamnya adalah perasaan tidak khawatir/cemas. Rasa khawatir adalah perasaan yang wajar dan terganggu akibat bayangan/pikiran buruk yang diciptakan sendiri, yang belum terjadi pada seseorang atau orang-orang terdekat. Sementara menurut kamus “The concise of Oxford English Dictionary”, rasa khawatir adalah perasaan tidak nyaman akan kesulitan hidup yang sedang dialami atau yang dibayangkan akan terjadi nanti. Implikasi dari rasa khawatir dapat membuat seorang tidak bahagia sehingga perasaan tidak khawatir/cemas sangat memengaruhi tingkat kebahagiaan. 

Dimensi kebahagiaan yang ketiga adalah Makna Hidup (Eudaimonia) dengan kontribusi sebesar 34,02% pada penyusunan indeks kebahagiaan Indonesia tahun 2017. Kemandirian, penguasaan lingkungan, pengembangan diri, hubungan positif dengan orang lain, tujuan hidup, dan penerimaan diri menjadi variabel penting pada dimensi makna hidup. Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada sesuatu yang lain sehingga kepuasan tercipta terhadap diri sendiri yang berpengaruh pada emosi seperti perasaan sedih, gembira, kecewa, semangat, marah, benci, cinta. Pada variabel penguasaan lingkungan, dapat dilihat dari sejauh mana individu dapat mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang ada di lingkungan. Semakin banyak setiap individu dapat mengambil peluang dalam lingkungannya akan berpengaruh pada kemampuan diri menetapkan sesuatu untuk kepuasan individu itu sendiri. 

Selanjutnya pengembangan diri, semakin sadar individu akan identitas serta bakat dan potensi diri maka mental akan terbangun dalam kepercayaan diri untuk membangun kualitas hidup dan melakukan segala hal yang membuat perasaan nyaman dalam bertindak. Kemudian hubungan positif dengan orang lain secara alamiah juga dapat meningkatkan kenyamanan hidup baik dari dalam diri maupun lingkungan. Pada dimensi makna hidup pentingnya tujuan hidup pada setiap individu maupun kelompok adalah mengurangi keraguan dalam bertindak sehingga rasa mantap melangkah ke depan tercipta dengan sendirinya. Terakhir adalah penerimaan diri, merupakan sikap positif terhadap diri sendiri, individu dapat menerima keadaan dirinya secara tenang, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Terbebas dari rasa bersalah, rasa malu, dan rendah diri karena keterbatasan diri serta kebebasan dari kecemasan akan adanya penilaian dari orang lain terhadap keadaan diri (Maslow dalam Hjelle dan Ziegler, 1992). Apabila semua substansi kepuasan hidup, perasaan, dan makna hidup terpenuhi maka kebahagiaan akan maksimal dan didapat semua orang. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Benny Wendry Direktur Produksi

Ribuan Obat G Disita Polisi