Mengabdi untuk negeri, banyak cara yang bisa ditempuh. Termasuk dengan sumbangan pemikiran untuk kerja nyata mencerdaskan masyarakat dari tingkat desa yang piawai memanfaatkan teknologi informasi. Begitulah para pengembang, programmer dan sejumlah ahli teknologi informasi memberikan arti menuju Indonesia lebih maju bersama Perkumpulan OpenDesa.
TIDAK sebatas hiburan dan permainan, optimalisasi pemanfaatan perangkat digital ternyata memberi nilai sangat positif untuk memajukan desa. Perkumpulan Desa Digital Terbuka (OpenDesa) yang terbentuk di Sumatera Barat tahun 2018 silam, sudah membantu 18 ribu lebih desa di Indonesia. Bahkan mengantarkan sejumlah desa dalam ajang Keterbukaan Informasi Publik (KIP).
Memasuki fase selanjutnya, OpenDesa menandainya dengan menggelar Musyawarah Nasional (Munas) II untuk kepengurusan periode 2023-2026 di Desa Cigondewah Hilir, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu-Minggu (21-22/1). Hadir dalam kesempatan itu Bupati Kabupaten Bandung, Dadang Supriyatna, Anggota DPR RI, Budiman Sudjatmiko serta sejumlah panelis lainnya.
Bertekad mencerdaskan desa dalam pemanfaatan teknologi informasi secara swadaya, para pendiri merasa sangat bangga dengan antusiasnya sambutan desa. Terbukti sejumlah desa berhasil meningkatkan pelayanan dan memacu kinerja hingga menorehkan prestasinya.
“Bersama-sama dengan pegiat teknologi informasi secara swadaya, kita mengajak desa optimalkan pemanfaatan teknologi untuk kinerja pelayanan dan pemerintahan desa. Luar biasa, kita mendapat sambutan luar biasa dari desa. Ini menjadi semangat bagi kita dan teman-teman pegiat lainnya,” kata salah seorang pendiri OpenDesa, Eddie Ridwan ketika memberikan sambutannya pada Munas II OpenDesa di Desa Cigondewah Hilir, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, Sabtu (21/1).
Pria berdarah Kubang, Kabupaten, Limapuluh Kota, Sumatera Barat, tokoh pendiri OpenDesa yang berdomisili di benua Australia ini, ternyata memiliki keinginan yang kuat untuk membangun desa di Indonesia. Prestasi yang luar biasa, sebab 18 ribuan desa lebih telah memanfaatkan aplikasi yang dikembangkan OpenDesa secara online maupun offline.
Sekadar untuk diketahui, OpenDesa mengembangkan aplikasi yang bertujuan melakukan transformasi sistem kerja operasional dan pelayanan masyarakat desa dari pola konvensional menuju digital. Artinya seluruh data-data administrasi kependudukan, pelayanan surat menyurat hingga data penyimpanan dokumen nagari memanfaatkan dimudahkan dengan teknologi informasi.
Memantapkan langkah untuk membantu lebih banyak desa, formasi baru OpenDesa lewat Munas II terbentuk. Saat ini untuk 3 tahun ke depan dipimpin Ketua Umum, Lusianto dengan Sekretaris Jenderal, Yuhefizar dan Bendahara dipercayakan kepada Lukman Teguh Prasetya. Sementara Dewan Pembina dipimpin Ketua Eddie Ridwan bersama Maskar M.
Selanjutnya struktur Direktur Komersial, Muhammad Aidin, Direktur Peningkatan Komunitas Ahmad Ngudi Pranoto, Staf Sekretariat, Arfidel Ilham, Pelaksana Layanan, Herry Wanda dan Rudi Purwanto serta Direktur Pengembangan Aplikasi, Eddie Ridwan.
OpenDesa yang didirikan untuk mendukung keberlanjutan pengembangan Sistem Informasi Desa Terbuka (OpenSID) sekarang telah dipasang oleh lebih dari 18 ribuan desa lebih dengan pengguna terbesar di Indonesia.
Mantan Sekjen OpenDesa periode 2020-2023 sekaligus pendiri OpenDesa, Herry Wanda menjelaskan, Perkumpulan Desa Digital Terbuka dibentuk pada tanggal 7 bulan Desember tahun 2018 di Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.
OpenDesa menjadi wadah untuk mengembangkan, menyebarkan dan membantu desa memanfaatkan teknologi informasi terbuka, seperti OpenSID, semata-mata untuk memajukan desa.
Terpisah Pengawas OpenDesa, Maskar M mengucapkan selamat kepada Pengurus Terpilih periode 2023 – 2026 , Lusianto sebagai Ketua Umum, Yuhefizar Sekjen OpenDesa dan Lukman Teguh Prasetya sebagai Bendahara Umum).
“Kita OpenDesa, siap berkolaborasi dan bekerjasama dengan semua instansi, lembaga dan kelompok terkait, supaya cita-cita kita bersama untuk terciptanya sebanyak mungkin Desa Cerdas secepat mungkin dapat tercapai,” kata Maskar M.
Sementara itu Budiman Sudjatmiko, sebagai salah satu sosok yang ikut melahirkan Undang-Undang Desa No.6 Tahun 2014 mengungkapkan, bahwa saat ini kita menghadapi era revolusi industri. Pada era revolusi industri ledakan pengetahuan kian terasa.
“Dulu jaman saya SMA untuk mencari pengetahuan harus ke sekolah, harus ke perpustakaan, langganan koran atau baca koran di depan kantor balai desa. Tapi hari ini ledakan pengetahuan terjadi pada setiap orang. Cukup bangun tidur, di tangan (smartphone) kita ini ada banyak informasi apapun,” kisah Budiman Sudjatmiko.
Hanya saja, kata Budiman, informasi itu ada yang benar ada yang salah, ada yang tepat ada yang keliru, atau sengaja dibuat keliru. Banyak nya informasi tidak menjamin orang itu menjadi cerdas. “Jadi menurut saya, di era ledakan pengetahuan ini, yuk sumber daya manusia desa ditingkatkan,” ajaknya.
Untuk itu dirinya mengusulkan kepada Presiden RI, adanya alokasi khusus untuk dana khusus sumber daya manusia desa. Atau untuk beasiswa khusus bagi anak-anak muda di desa atau peningkatan kapasitas pemerintahan dan kewirausahaan pemerintah desa dan pengusaha desa. (***)