Tomi TRD
Mantan Kabag Humas Pemkab Agam
Saya selalu mengatakan bahwa kemampuan seorang pengemudi ditentukan dari caranya melewati jalanan yang sulit.
Mayoritas orang mungkin pandai menyetir, namun mengemudi ada pada tingkatan yang berbeda. Hal yang sama berlaku pula dalam pemerintahan.
Indonesia mencatat nama-nama besar yang berhasil memimpin dalam krisis, terlepas dari dampak politis di sekelilingnya.
Soekarno membawa Indonesia melewati masa krisis perang kemerdekaan yang penuh dengan pertarungan intelektualitas, politik, letusan granat dan desingan peluru, untuk kemudian menjadikan Indonesia bangsa yang terdepan pada masanya. Menjadi bangsa yang memimpin dan pioneer pada komunitas-komunitas internasional.
Tidak ada yang tidak mengenal Konferensi Asia Afrika yang digagas oleh Bung Besar ini. Begitu juga halnya dengan asosiasi negara-negara Asia Tenggara dengan ASEAN. Juga Gerakan Non Blok yang masih sangat relevan hingga saat ini. Itu semua adalah cipta karya Bung Karno ketika menghadapi krisis.
Soeharto, juga berhasil mengatasi krisis dengan pembangunan yang kuat dan ekonomi yang stabil melalui repelita.
Bangsa Indonesia menjadi salah satu dari sedikit negara yang berhasil swasembada pangan pada masanya. Membawa bangsa Indonesia meraih status sebagai big brother di ASEAN.
Bayangkan, bahkan Presiden negara berdaulat seperti Filipina pun meminta pengamanan terhadap dirinya kepada Indonesia pada saat itu.
Seperti itulah Indonesia pada masa itu. Kakak yang dihormati dan dimintai pendapat serta perlindungannya.
Kemudian, B.J. Habibie, berhasil memperbaiki keadaan dengan mengorbankan ambisinya menjadikan IPTN sebagai manufaktur penerbangan terbesar di Asia, bahkan mungkin di dunia.
Suatu saat Habibie pernah berkata, jika saja krisis ekonomi tidak menghentikan industri kedirgantaraan Indonesia, maka PT Dirgantara Indonesia saat ini akan menjadi number one! Mengalahkan Embraer di Brasil, dan Bombardier-nya Canada.
Tapi ia menepiskan itu untuk kepentingan bangsa yang lebih besar. Proyek N250 dihentikan, dan yang membuat miris saat ini Indonesia malah menjadi salah satu pasar terbesar dari pesawat sejenis, ATR 72/100.
Gus Dur, membalikan ekonomi Indonesia yang minus menjadi surplus. Bukan pekerjaan mudah untuk melakukan itu. Karena mengelola keuangan negara bukan seperti mengelola toko kelontong.
Ada aspek makro ekonomi yang akan memusingkan jika dibahas di sini, walau bagi para ekonom sekelas Rizal Ramli itu bukanlah hal yang terlalu sulit.
Di belahan bumi lain, Presiden AS terpopuler sepanjang masa, John Fitzgerald Kennedy populer dengan sebutan JFK, berhasil mengatasi potensi perang rudal di Teluk Babi Kuba.
Namun bagi saya pribadi adalah peristiwa di University of Alabama yang membuat Kennedy menjadi pemimpin yang berkesan. Itulah saat AS secara de facto berhasil mengalahkan rasisme di tanahnya. Hanya untuk memastikan 2 orang warga AS yang berkulit hitam bisa berkuliah sebagaimana mestinya, Kennedy sampai mengerahkan pasukan Garda Nasionalnya untuk mengambil alih situasi dari tangan Gubernur George Wallace yang pro segregasi kulit putih dan kulit hitam.
Sebuah langkah yang tidak bisa dikatakan populer bagi citra Kennedy saat itu, tapi ia melakukannya.
Saat ini, hampir seluruh pemimpin di dunia menghadapi krisis Covid-19. Hal yang sama berlaku di Indonesia, sampai ke level pimpinan di daerah.
Covid-19 membawa bangsa Indonesia menghadapi tantangan dan ancaman krisis yang tidak mudah.
Berbagai level kepemimpinan diuji di sini. Mulai kepemimpinan tingkat nasional sampai tingkat desa. Inilah the moment of truth.
Krisis inilah bukti apakah pencitraan di baliho dan iklan memang mendekati kenyataan, atau malah tidak lebih dari sekadar penipuan publik. Karena sejatinya memimpin bukan sekadar soal popularitas, tapi do the right things properly.
Di Sumatera Barat sendiri, gubernur dan wakil gubernur terlihat kompak dan bahu-membahu dalam merumuskan kebijakan menghadapi pandemi.
Secara rutin dua sosok ini aktif dalam upaya penanganan, bahkan tergolong cukup sigap dan cepat mengalokasikan anggaran untuk disalurkan ke kabupaten/kota.
Agam dengan Indra Catri-nya sudah meluncurkan berbagai tahapan bantuan pemerintah kabupaten kepada masyarakat terdampak. Dalam waktu dekat akan menerima bantuan BLT dari provinsi.
Genius Umar yang diuntungkan dengan wilayah kota dan jumlah penduduk yang relatif kecil juga sudah mulai turun menyerahkan bantuan.
Menjadi juara dengan mesin terbaik, ban yang prima dan lintasan yang kering cukup untuk menjadikan anda pebalap. Namun, juara dengan mesin pas-pasan, ban yang mulai kehilangan grip di lintasan basah, serta berhadapan dengan “The Great” Alain Prost, tidak cukup dengan sekadar menjadi pebalap.
Anda harus menjadi seorang Ayrton Senna untuk bisa seperti itu. Dan yakinlah, tidak semua pebalap adalah Senna.(*)
The post Memimpin dalam Krisis appeared first on Padek.co.