in

Memulai Pendidikan Karakter dari Rumah

Indikator bagi Indonesia akan pentingnya pendidikan karakter sudah terlihat sejak beberapa tahun lalu, khususnya bagi para orang tua. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat adanya peningkatan kasus kekerasan dan kejahatan yang dilakukan anak-anak dari 67 kasus (2014) menjadi 79 kasus (2015). Sementara itu, tawuran antarpelajar meningkat signifikan dari 46 menjadi 103 kasus dua tahun tersebut.

Ilmu parenting tidak bisa ditawar lagi. Pendidikan karakter yang akan melahirkan generasi berakhlak harus dimulai dari rumah sebagai lingkungan terdekat dan sekolah pertama anak-anak. Peran orang tua menjadi sangat penting dalam pembentukan karakter anak (hal 53). Buku ini menyajikan informasi dan tips-tips agar rumah dapat menjalankan fungsinya sebagai sekolah pertama anak-anak.

Rumah adalah keluarga beserta seluruh anggotanya. Orang tua berperan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal (hal 98).

Pendidikan karakter dapat dilakukan antara lain melalui nasihat dan keteladanan orang tua, serta media berkisah seperti buku. Di dalam buku ini juga dibahas tips memilih buku yang sesuai dengan usia perkembangan anak.

Meskipun terlihat umum, berbagai metode pendidikan, pengasuhan, serta ilmu komunikasi dalam keluarga menjadi penting untuk diketahui para orang tua. Buku ini menguraikannya dengan jelas, dilengkapi dengan sumber referensinya. Komunikasi yang efektif perlu dilakukan baik dengan pasangan maupun anak. Direkomendasikan untuk melakukan kegiatan bersama dalam keluarga untuk membentuk kesamaan frame of reference dan filed of experience. Selarasnya perkataan dan perbuatan juga penting untuk meningkatkan kredibilitas orang tua di mata anak (hal 234).

Penyajian ilmu parenting dalam buku dibagi menjadi tiga fase tujuh tahun perkembangan anak. Fase tujuh tahun pertama dimulai dari anak usia 0 hingga 7 tahun, kedua meliputi usia 8 hingga 14 tahun, dan ketiga (15 hingga 21 tahun), saat remaja dan menginjak dewasa. Buku menjelaskan bahwa pada fase 7 tahun pertama, anak sedang dalam kondisi egosentris. Ke-aku-annya sangat tinggi.

Pada fase 7 tahun kedua, anak sudah bisa mulai diajak memahami bahwa hidup bukan hanya sendiri, tetapi ada hak-hak orang lain yang perlu dihargai dan dihormati. Sedangkan fase 7 tahun ketiga, anak menjadi remaja yang harus memiliki sudut pandang dewasa. Pembagian fase memudahkan pembaca mempelajari pengasuhan anak sesuai dengan kondisionalnya. Buku ini ditulis dengan gaya bahasa yang sederhana, sehingga mudah untuk dipahami.

Buku Mendidik Jangan Mendadak sarat pengalaman para ibu dalam mendidik dan mengasuh anak-anak. Pembahasan tentang menangani anak tantrum, mengelola emosi, menumbuhkan kedisiplinan anak sejak dini, serta berdamai dengan mertua saat mendidik balita, hanyalah beberapa contoh pengalaman kehidupan.

Ditulis oleh 23 orang dengan berbagai latar belakang dan profesi, buku in tidak hanya menghadirkan teori, tetapi juga membahas penerapannya melalui pengalaman para penulis.

Orang tua tidak hanya harus mengerti cara mendidik anak secara akademisnya, namun juga menumbuhkan jiwa wirausaha anak. Pembaca juga dapat mempelajari cara mendidik anak delay speech bahkan menjadi coach bagi anak.

Diresensi Sri Lestari, Alumna Pascasarjana Bioteknologi UGM

What do you think?

Written by Julliana Elora

“Serangan Fajar”

Tectona – Jatuh karenamu