MEDAN ( Berita ) : Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin mengharapkan rakyat Indonesia tidak pernah melupakan agama karena bangsa ini identik dan memiliki kaitan sejarah dengan agama.
‘’Kehadiran saya bukan hanya memenuhi undangan, tetapi lebih penting karena apresiasi yang setinggi-tingginya kepada umat beragama di Sumut khususnya umat Buddha Nusantara yang tetap menjunjungi tinggi nilai-nilai agama,’’ ujar Lukman saat membuka acara Donor Darah dan Doa Bersama Umat Buddha Nusantara bertajuk Untuk Negeriku Indonesia di Lanud Soewondo, Polonia, Medan, Jumat (18/9).
Fenomena yang menjadi kelebihan di Indonesia, rasa keberagamaan tersebut tidak pernah memandang etnis dan asal daerah. “Dalam konteks Indonesia, ber-Indonesia adalah beragama. Jadi, agama dan Indonesia tidak bisa dipisahkan,” katanya.
Kondisi itu, kata Menag, merupakan warisan kearifan dan kebijakan para pendiri bangsa agar Indonesia memiliki sebuah perekat yang tidak bisa dipisahkan. Berdasarkan pengalaman selama ini, kemajemukan dan perbedaan yang ada di tengah masyarakat mampu dirajut dan disatukan dengan nilai-nilai agama. “Jadi, nilai-nilai agamalah yang menyatukan kita di tengah keberagaman yang ada,” katanya,
Acara pembukaan tersebut ditandai dengan pemukulan gong oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Acara ini berlangsung selama tiga hari berturut-turut. Hari pertama, Jum’at, 18 November 2016, berlangsung pembukaan oleh Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin serta pelepasan satwa untuk kebebasan Indonesia.
Hari kedua dilaksanakan hari Sabtu, 19 November 2016, akan dilakukan doa bersama massal 10.000 umat budha untuk kejayaan Indonesia dilanjutkan Wejangan Dharma yang aka dilakulan oleh YM Passang Rinpoche dengan tema kelahiran kembali serta akan dilakukan pentas seni.
Dan hari ketiga, Minggu, 20 November 2016 akan dilakukan donor darah raya di lapangan Soewondo. Donor darah ini akan dilakukan massal untuk mencapai 35.000 kantong darah.
Hadir Gubsu HT Erry Nuradi, Wali Kota Medan Dzulmi Eldin, anggota DPR RI Fadly Nurzal, Kakanwil Kemenag Sumut Tohar Bayoangin, tokoh masyarakat Abdillah, Ketua PMI Sumut Rahmat Shah, Hasrul Azwar, tokoh masyarakat lainnya, tokoh agama dan ribuan umat Buddha Nusantara.
Dalam kesempatan itu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyebutkan, dalam konteks Indonesia, Ber-Indonesia adalah beragama, sebagaimana beragama adalah ber-Indonesia. Sesungguhnya agama dan Indonesia meskipun berbeda namun tidak bisa dipisahkan.
Itulah kearifan dan kebijakan para pendiri bangsa sehingga negara dengan keberagaman, kemajemukan dan pluralitas yang hampir semua ada di semua sektor kehidupan berbangsa dirajut dengan sedemikian rupa sehingga dapat bersatu. ” Nilai-nilai agama sesungguhnya yang menyatukan kita ditengah-tengah keberagaman,” sebut Lukman.
Lukman berharap agar nilai-nilai agama yang dijunjung tinggi oleh tokoh-tokoh agama dan masyarakat Sumatera Utara agar dapat mengestafetkan nilai-nilai agama yang hidup di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara.
“Nilai-nilai agama yang lebih baik yang menyatukan masyarakat ditengah keberagaman dapat diestafetkan kepada generasi-generasi pelanjut kita. Ini menjadi tanggungjawab kita semua. Mengestafetkan yang lebih baik kepada generasi pelanjut kita,” cetus Lukman.
Dia juga berharap kegiatan seperti ini bukan hanya seremonial saja. Melainkan kegiatan yang dilaksanakan dengan keiklasan, kecintaan kita kepada Sang Pencipta dan Indonesia khususnya masyarakat Sumatera Utara. “Mari dengan cinta kita saling mendidik, tidak dengan murka saling menghardik. Mari dengan hati kita saling mengasihi tidak dengan benci saling mencaci maki,” tutup Lukman.
Sementara, Gubsu HT Erry Nuradi juga mengapresiasi kegiatan ini dan diharapkan untuk terus ditumbuhkembangkan agar bangsa Indonesia khususnya Sumatera Utara tetap dalam kondisi aman, damai dan kondusif sehingga agenda pembangunan dapat berjalan.
“Semua umat beragama yang ada dapat melakukan kegiatan seperti ini guna mendorong masyarakat yang adil, yang sejahtera dalam harmonisasi keberagaman. Khususnya masyarakat Sumatera Utara,” ujar Erry.
Erry juga mengajak kepada semua pihak baik pemerintah, penegak hukum, pemuka agama maupun masyarakat Sumatera Utara untuk dapat berupaya meminimalisir perubahan -perubahan perilaku masyarakat yang kurang baik khususnya masyrakat di Provinsi Sumatera akibat arus globalisasi yang terjadi di derasnya informasi dan pengaruh-pengaruh dari negara lain.
Menurut Gubsu Erry, doa merupakan media yang tepat untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan memohon agar bangsa Indonesia khususnya Sumatera Utara tetap dalam perlindunganNya, masyarakatnya dapat hidup dengan rukun, damai dan saling menghormati sebagaimana prasyarat terwujudnya kepentingan nasional. ‘’Bagaimanapun beratnya tantangan yang dihadapi mudah-mudahan dapat diselesaikan,’’ tutur Erry.
Tak lupa, Gubsu Erry juga mengajak kepada seluruh masyarakat Sumatera agar menjadikan kegiatan ini bukan hanya sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan yang maha kuasa tetapi juga sebagai sarana kepada seluruh masyarakat Sumatera Utara untuk merenung sejenak dan introspeksi diri atas segala hal telah kita lakukan dalam membangun Sumut.
“Marilah kita merenung sejenak, apakah kita sudah berbuat maksimal untuk kemajuan Sumatera Utara. Jika belum, inilah saatnya bagi kita untuk segera bangkit meningkatkan peran aktif dan bergerak bersama membangun dan memajukan Provinsi Sumut yang kita cintai ini,” cetus Erry.(suef)