in

Mengungkap Aktivitas Geng Pelajar di Padangpariaman

Dipimpin Panglima, Anak SD Turut Diajak Tempur

Geng pelajar kian mengalami pergeseran. Bila dulu hanya sebatas menjaga harga diri sekolah, kini berkembang demi kelompok dan daerahnya. Dipimpin seorang panglima plus ketua, mereka tak segan melakukan kekerasan menggunakan senjata tajam, tak terkecuali di Padangpariaman. Seperti apa?

Pengakuan mengejutkan perihal sepak terjang geng pelajar di Padangpariaman, mencuat dari Budi (bukan nama sebenarnya, red), siswa salah satu SMP di Padangpariaman. Dia terpaksa menuturkan keikutsertaannya dalam sebuah geng pelajar, setelah handphone-nya disita pihak sekolah.     

Sewaktu dicek, sang guru terkejut melihat aktivitas yang dilakukan anak didiknya. Ada foto sedang menggunakan benda tajam, penganiayaan dan tawuran. Selain itu, sang guru juga melihat keberadaan tato di tubuhnya.

“Saya baru sekali ikut dalam “pertempuran”. Saya memutuskan bergabung dengan geng itu, setelah dibujuk sama teman-teman dan senior,” ujar Budi yang kini mengenyam pendidikan di kelas 7 itu.

Siswa yang dikenal tidak pernah membuat masalah di sekolah itu menuturkan, geng yang dia ikuti beranggotakan siswa dari SD, SMP, SMA dan seterusnya. Di mana, anggota paling muda adalah murid kelas IV SD. Mereka berkumpul setiap malam untuk berdiskusi soal strategi  “pertempuran” (perperangan, red). Sedangkan eksekusi aksinya, dilaksanakan setiap Sabtu malam.

Budi menuturkan, keberadaan geng pelajar di Padangpariaman sudah banyak, terlebih lagi di Sumbar. Namun, dia hanya mengetahui tujuh geng yang memiliki cukup banyak anggota. Di antaranya, Saketek Surang Nekat, Grand Association Family dan Tongkrong Khatib Family (Padang). Lalu,  rombongan Kawan Sejalan, Ketaping Pasukan Nekat (Padangpariaman), dan Lubuk Basung Nekat (Agam).

”Hanya tujuh geng itu yang saya tahu. Anggotanya melebihi 50 orang. Kalau di geng saya, anggota paling kecil anak kelas empat SD,” ungkap Budi dengan wajah merunduk.

Budi menjelaskan, pimpinan teratas dalam geng itu disebut panglima, sedangkan wakilnya dipanggil ketua. Biasanya kedua orang ini akan merancang strategi, serta menganjurkan peralatan yang akan digunakan anggota gengnya untuk bertempur. “Kalau panglima dan ketua geng saya usianya sekitar 23 tahun. Keduanya lulusan SMA,” ujar Budi.

Dia menuturkan, pertempuran antargeng pelajar itu tidak dilakukan secara langsung, melainkan hasil diskusi terlebih dahulu. Artinya, mereka akan menentukan tempat dan waktu pertarungan. Sehingga, menjelang pertarungan, masing-masing geng akan mempersiapkan senjata, seperti pisau, sabit, golok, gir dan kayu.

”Biasanya pertarungan dilakukan Sabtu malam (malam Minggu, red). Sedangkan diskusinya tiga hari sebelum bertarung. Pelaksanaan diskusi kebanyakan di kawasan perbatasan masing-masing wilayah,” ujarnya.

Budi juga mengungkapkan bahwa geng ini tidak berkumpul di lapangan, jembatan, ataupun rel kereta api seperti yang dilihat masyarakat. Namun, mereka berkumpul dan mempersiapkan pertempuran di markasnya masing-masing. Kebanyakan, markas geng pelajar tersebut berupa bangunan kosong.

”Kalau di lapangan dan rel kereta api, hal itu hanya untuk foto-foto dan nongkrong saja. Sedangkan tindakan penyiksaan tawanan dan persiapan tempur di markas,” ungkap Budi yang enggan menyebutkan markasnya.

Budi mengakui bahwa keterlibatan dia dalam geng itu membuatnya khawatir. Terlebih, setelah dia mengikuti pertempuran pertamanya. Waktu itu, punggungnya mengalami luka berat. “Punggung saya ini terkena serangan senjata gir sepeda motor. Waktu terluka, teman-teman hanya memoles dengan obat merah,” ujarnya.

Budi merasa sangat menyesal terlibat dalam geng itu. Namun, dia juga kesulitan untuk melepaskan diri. Sebab, dia kerap ditemui dan ditelepon teman-teman satu gengnya tersebut. “Saya janji tidak akan bermain sepulang sekolah, agar lepas dari geng ini,” ujar Budi saat ibunya datang ke sekolah untuk meyelesaikan permasalahannya itu.

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Padangpariaman, Rianto mengatakan, pihaknya sudah mengetahui keberadaan geng pelajar yang kini beraktivitas di sejumlah lokasi di Padangpariaman. Salah satunya di Pasar Lubukalung. Namun, dia membantah anggota geng itu kebanyakkan kalangan pelajar.

”Kebanyakan anggota geng ini setahu kami anak-anak putus sekolah. Jadi, tindakan mereka ini terjadi karena huru-hara dan tidak ada aktivitas positif. Tujuannya tak lebih untuk memperlihatkan eksistensi,” ulas Rianto.

Rianto juga menilai, geng pelajar itu hanya kelompok kecil. Sebab, aktivitas mereka tidak mengganggu terlebih mencederai masyarakat. Untuk itu, dia yakin geng tersebut dapat dibasmi dengan mudah, apabila dilakukan seluruh pihak. Di antaranya orang tua, pemuda, nagari, hingga kecamatan.

”Remaja yang terlibat dalam geng itu tidak akan merajalela apabila mendapat teguran dari lingkungannya. Kami sekarang sedang kucing-kucingan dengan geng ini. Sebab, mereka berkumpul di tempat gelap. Namun, kami sudah mendapat profil anggota geng ini,” ujar Rianto sembari memperlihatkan foto para pelajar yang terlibat geng.

Pantauan Padang Ekspres, aktivitas geng pelajar tersebut memang kerap terlihat di malam hari di sejumlah kecamatan di Padangpariaman. Di antaranya Kecamatan Lubukalung, Batanganai, dan Sintuk Toboh Gadang. 

Dominan remaja yang tergabung dalam geng itu berkumpul di kawasan gelap, seperti rel kereta api dan jembatan. Anggota geng itu tidak hanya remaja pria tetapi wanita. Aktivitas kejar-kejaran akan tampak mereka lakukan setiap Sabtu sekitar pukul 23.30 keatas.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Padangpariaman, Rahmang mengatakan, untuk membentuk karakter yang baik dalam diri seorang pelajar, pihaknya merancang program sekolah para juara. Dalam program itu, seluruh tenaga pengajar dituntut untuk menyamaratakan siswa. Sehingga, setiap siswa merasa unggul di sekolah sesuai bidangnya.

”Meskipun peserta didik itu berada pada ranking terendah, mereka tetap saja siswa unggul. Sebab, tidak mungkin semua nilainya buruk. Pasti ada nilai yang bagus. Jadi, keunggulannya itulah yang kita angkat. Sedangkan kelemahannya kita asah,” ujar Rahmang.

Rahmang meyakini, program sekolah para juara itu akan menjadi motivasi bagi peserta didik. Sehingga, peserta didik lebih mencintai keahliannya dan menghabiskan waktu untuk mendalami keahliannya itu.  “Jadi, tidak ada lagi diskriminasi terhadap pelajar. Sehingga, tidak ada pelajar lagi yang merasa tidak cerdas,” ujarnya.

Rahmang mengatakan, pihaknya tidak pernah mendapat laporan adanya pelajar yang melakukan tawuran. Makanya, dia mengaku terkejut apabila ada geng pelajar yang tawuran di malam hari.

“Harapan kami, orang tua harus menyediakan waktu yang cukup agar anak-anaknya tidak keluar malam hari. Beri anak-anak kesibukan di rumah. Tanyakan setiap aktivitasnya siang hari. Perhatian orang tua sangat menentukan pendidikan lingkungan anak,” ujar pria yang pernah menjadi camat berprestasi itu.

Kasat Reskrim Polres Padangpariaman, AKP Andi Setiyo mengatakan, pihaknya selalu melakukan patroli untuk mengantisipasi tindakan geng pelajar, seperti tawuran larut malam. Selain itu, pihaknya juga melakukan peningkatan pengawasan di lokasi yang rawan dijadikan tempat bentrokan.

“Misalnya di Kecamatan Batanganai, sekarang kami menambah Rumah Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas). Sehingga, kawasan perbatasan Padangpariaman dan Kota Padang itu, lebih terawasi dengan baik,” ujarnya.

Kata Andi, pelajar yang tertangkap terlibat dalam geng pelajar, sudah tentu akan terjerat hukum apabila melakukan tindak kriminalitas. Misalnya kekerasan dan pembunuhan, pencurian, serta pelanggaran lalu lintas. “Terkait kasus yang di fyuver Ketaping, sekarang sedang dalam penyelidikan kami,” ujarnya.

Andi mengingatkan, agar orang tua melarang anak-anaknya keluar di malam hari. Selain itu, juga teliti dalam memilih teman untuk bergaul. Sehingga, pengaruh pergaulan keras tidak melibatkan mereka. Terlebih anak-anak yang masih sekolah. ”Jangan sampai sekolah anak tidak berjalan baik karena pergaulannya. Ini yang harus diperhatikan oleh orangtua,” katanya. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Kasat Pol PP Padang Dicopot

Amuk Massa dan Edukasi Nirkekerasan