Suvenir Kampanye hanya untuk Warga AS
Di bangunan 58 lantai itu, Donald Trump membangun tetenger imperium bisnisnya. Trump Tower, tempat yang penthouse-nya juga ditinggali Trump dan keluarga, menjadi kian populer setelah taipan 70 tahun itu running menuju Gedung Putih.
”Kalau kamu bukan warga negara AS, stop membeli atribut kampanye!” Kata-kata keras itu diucapkan oleh kasir Trump Store, gerai mini di garden level Trump Tower, kepada para pembeli yang antre membayar. Di store yang nyempil di antara Trump Cafe dan Trump Grill itu, para pembeli memang membeludak.
Mereka berburu atribut kampanye seperti kaus, pin, dan topi. Kaus dan topi dijual rata-rata seharga USD 30 (setara Rp 400 ribu). Sedangkan pin bertulisan kalimat-kalimat provokatif seperti “Hillary for Prison 2016” atau “Secret Server” dibanderol USD 5–10 (setara Rp 65 ribu sampai Rp 130 ribu).
“Kalau tidak mau beli apa-apa, pergi saja ke lantai empat dan lima. Di sana ada rooftop garden untuk duduk-duduk,” sambung sang kasir. Para pengunjung pun bete. “Masak beli atribut kampanye tidak boleh? Kan cuma buat suvenir,” keluh Vicky, pengunjung dari Hongkong.
Trump Store pernah menjadi bahan kampanye negatif kubu Hillary Clinton. Dalam sebuah pariwara yang dibuat tim Clinton, digambarkan Trump Store yang menjajakan barang-barang buatan Tiongkok dan Bangladesh. Iklan itu dimunculkan untuk menyerang Trump, yang pernah sesumbar ingin melindungi produk dalam negeri.
Clinton berkali-kali menyindir Trump menggunakan baja dari Tiongkok untuk membangun gedung yang terletak di 725 5th Avenue, area prestisius di Manhattan, tersebut. Trump dalam sebuah kesempatan bilang terpaksa membeli jendela buatan Tiongkok karena produk Amerika terlalu mahal.
Trump Tower dibangun pada 1979. Menghancurkan bangunan lama bekas department store legendaris yang bangkrut, Bonwit Teller & Co. Didesain oleh mendiang Der Scutt, gedung yang dibuka pada 1983 itu sejak awal disiapkan sebagai pencakar langit mewah yang memadukan hunian, perkantoran, dan ritel.
Ada kondominium di lantai 30–69. Meski bangunan itu terdiri atas 59 lantai, pengaturan penomorannya membuat lantai teratas adalah 69. Ada pula 26 lantai untuk perkantoran. Trump berkantor di lantai 26.
Yang menarik buat masyarakat umum adalah ruang publiknya. Trump Tower menyiapkan atrium lima lantai yang bebas dikunjungi. Begitu masuk ke lobi atrium, pengunjung disambut air terjun buatan yang mengguyur marmer dari ketinggian 18 meter. Sebagian atapnya berupa kaca, sehingga menyuguhkan pemandangan langit Manhattan.
Di lantai 1, pengunjung bisa nongkrong di Trump Bar dan mencicipi aneka minuman khas taipan properti itu. Jika suka koktail, cobalah You’re Fired, sebuah racikan bloody mary, minuman yang terdiri atas vodka dan sejumlah sayuran seperti tomat dan seledri.
Namanya terinspirasi kata-kata khas Trump di reality show pencarian bakat profesional The Apprentice. Trump mengucapkannya tiap kali ada yang dieliminasi. Tak heran, minuman itu menjadi salah satu favorit di bar tersebut.
Selain itu, pengunjung bisa menikmati aneka wine dengan harga mulai USD 20 (setara Rp 265 ribu) hingga USD 80 (setara Rp 1,1 juta). Hidangan teman minum seperti burger dan kentang goreng juga bisa dinikmati dengan harga USD 15–20, amat terjangkau untuk sekelas bar.
Jika ingin makan, pengunjung bisa mampir di garden level atau lantai paling dasar. Di sana ada Trump Cafe, yang menyuguhkan aneka menu, mulai fish and chips, calamari, serta aneka burger dan salad. Semuanya dibanderol di bawah USD 15. Jangan lupa untuk mencicipi es krim di Trump’s Ice Cream dengan harga mulai USD 1.
Jika ingin menikmati suasana restoran, masih di garden level, pengunjung bisa makan di Trump Grill. Selain menu berat dengan harga di bawah USD 20, tersedia beragam koktail.
Vicky Chen, warga AS keturunan Tiongkok, kemarin sengaja datang ke Trump Tower untuk membeli suvenir. “Atribut kampanye ini bisa dibeli di luar. Namun, rasanya lebih oke beli di sini,” kata pria 45 tahun itu, yang juga pendukung Trump.
Dia berharap Trump bisa melenggang ke Gedung Putih. “Dia memang bermulut besar. Namun, dia amat mencintai Amerika,” katanya. “Yang lebih penting lagi, dia apa adanya. Tidak palsu seperti Hillary,” kata Vicky. (*)
LOGIN untuk mengomentari.