in

Menlu RI Akan Bertemu Suu Kyi untuk Bahas Rohingya

Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi, akan bertemu dengan Penasihat Negara Myanmar, Aung San Suu Kyi, pada Selasa (6/12) untuk membahas perkembangan situasi di Rakhine, di mana kekerasan militer terhadap etnis minoritas Muslim Rohingya dilaporkan terus berlanjut. “Saya akan bertemu dengan Daw Aung San Suu Kyi, State Counselor Myanmar, untuk bahas perkembangan di Rakhine State” ujar Retno sebelum berangkat menuju ibu kota Myanmar, Naypyidaw, sebagaimana tertera dalam siaran pers, dilansir dari CNN Indonesia.

Retno berharap hasil pertemuan dengan Suu Kyi ini dapat memberikan kontribusi untuk perbaikan situasi kemanusiaan dan stabilitas bagi semua komunitas, khususnya Muslim di Rakhine. Menurut Kemlu RI, pertemuan ini merupakan rangkaian upaya intensif dari Indonesia dalam membantu penyelesaian masalah di Rakhine. Sebelumnya, pada akhir pekan lalu, Retno juga sudah menghubungi mantan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kofi Annan, selaku Ketua Komite HAM Rakhine yang sedang berada di pusat konflik tersebut.

Retno dan Wakil Menlu RI, AM Fachir, juga sudah beberapa kali mengadakan pertemuan dengan sejumlah organisasi masyarakat Islam dan badan internasional guna meminta masukan. Selain itu, pemerintah juga terus menjalin komunikasi dengan Duta Besar Myanmar untuk Indonesia, U Aung Htoo. Di lain pihak, Duta Besar Indonesia untuk Myanmar, Ito Sumardi, merupakan satu-satunya dubes negara ASEAN yang telah melakukan kunjungan ke Rakhine pada 3-6 November lalu untuk mendapatkan informasi langsung dari lapangan.

Sementara itu, Suu Kyi dikabarkan menolak ajakan Menteri Luar Negeri Malaysia, Anifah Aman, untuk membicarakan masalah Rohingya. “Jika Anda (Anifah) ingin bertemu saya untuk isu bilateral, mari. Namun, saya tidak akan bertemu dengan Anda jika Anda ingin membahas isu Rohingya,” demikian ucapan Suu Kyi ketika menolak ajakan tersebut seperti ditirukan oleh Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak.

Isu mengenai kekerasan terhadap Rohingya di Myanmar kembali mencuat setelah insiden penyerangan pos pengamanan di tiga wilayah perbatasan Myanmar oleh sejumlah kelompok bersenjata pada 9 Oktober lalu. Pemerintah Myanmar menuding “teroris Rohingya” berada di balik serangan itu, namun belum ada bukti yang jelas soal tuduhan tersebut. Sejak penyerangan itu, militer Myanmar meningkatkan pengawasan ketat dengan melakukan “operasi pembersihan” di wilayah Rakhine. Alih-alih memburu para pelaku penyerangan, militer Myanmar diduga malah menyerang etnis Rohingya secara membabi-buta.

Reuters melaporkan setidaknya 86 warga tewas dan 30 ribu lainnya melarikan diri akibat serangkaian aksi kekerasan militer terhadap Rohingya di Rakhine sejak Oktober lalu. Lebih dari 1.000 rumah warga Rohingya di lima desa negara bagian Rakhine, Myanmar, juga ambruk dan hangus terbakar karena serangan militer di sana. Kekerasan sejak awal Oktober ini merupakan insiden berdarah terparah sejak bentrokan antara umat Buddha dan etnis minoritas Muslim Rohinya yang terjadi pada 2012 lalu. Insiden itu menewaskan ratusan orang. 

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Berbagi Kebaikan, Harus!

Akses Pasbar-Pasaman Lumpuh