Gas Bumi yang Kini Dirindu
Sekitar tahun 2008, puluhan warga Batamcentre, Batam, mendatangi gedung DPRD Batam. Saat itu, mereka mengikuti rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi III DPRD Batam. Perwakilan warga itu, menolak pemasangan pipa gas induk yang melintasi wilayah salah satu perumahan di wilayah itu. Namun kini, beberapa tahun kemudian, warga Batam merindukan pipa gas, melintasi wilayahnya.
Martua p Butar-butar, Batam
Pemerintah Kota Batam,juga sudah mencanangkan Batam sebagai kota gas. Bahkan, almarhum Gubernur Kepri, HM Sani, sesaat setelah terpilih pada awal tahun 2016, menyampaikan harapannya.
Sani ingin merangkai pulau-pulau di Kepri dengan gas bumi. Sehingga warga Kepri lebih tenang dan tidak disibukkan dengan aktivitas pencarian gas, saat gas elpiji habis langka di pasaran.
Sekitar September 2016 lalu, seorang ibu rumah tangga, Ribka di Perumahan Fanindo, Sagulung, terlihat menenteng tabung gas elpiji, 3 Kg warna hijau. Perempuan yang sedang hamil 6 bulan itu, menyusuri jalan di perumahan itu, untuk mencari gas.
Dia berjalan perlahan dia akhirnya, memilih perumahan yang berdampingan dengan perumahannya.
Setelah berjalan sekitar 500 meter, Ribka akhirnya menemukan tabung gas elpiji. ”Semoga sambungan gasnya sampai di perumahan kami ini. Tahun ini katanya sudah disambung. Aku sudah capek, tiap gas habis, harus angkat tabung. Belum lagi hamil,” katanya.
Kini dia bisa berlega hati, karena tidak lama lagi perumahan yang mereka tinggali, akan dipasang pipa gas. Sehingga dia tidak harus keliling lagi untuk mencari gas. Terlebih, untuk memasang gas elpiji, Ribka mengaku selalu was-was.
”Mau pasang sambungan dari tabung ke kompor, was-was kita. Belum lagi takut bocor. Belum lagi harus kita goyang-goyang dulu, biar gasnya naik ke kompor,” ungkap Ribka sambil melepas senyumnya.
Tidak terucap kalimat khawatir dari Ribka, atas pipa gas, jika masuk dan mengalir ke dapur, tempat dirinya memasak setiap hari. Terlebih, sebelumnya mereka sudah menerima penjelasan dan pencerahan dari pihak PGN, terkait dengan gas bumi.
”Kalau pipa, lebih aman. Kan, kata bapak PGN, pipanya kuat. Kalaupun bocor, langsung menguap karena ringan. Jadi tidak mengendap di bawah,” kata Ribka.
Ribka sendiri mengaku cukup antusias menyambut sambungan pipa gas ke perumahan itu, karena sudah melihat langsung, pemakaian gas di perumahan Bida Asri, Batamcentre. Pipa-pipa gas tersebut akan memasok gas bumi yang efisien dan ramah lingkungan. Dimana, perumahan itu merupakan perumahan yang menggunakan gas bumi.
”Lebih hemat biaya, karena harganya lebih murah. Lebih setengah harga yang dikeluarkan saudaraku, dibanding waktu dia pakai gas elpiji,” bebernya.
Ya, kini warga Kota Batam cukup antusias menyambut dan menunggu jaringan gas (jargas) masuk rumahnya. Setelah sebelumnya, warga kurang meminati jargas ini. Dimana, pada tahun 2012 lalu, warga Batam yang mendapat sambungan jargas, baru sekitar 67 pelanggan rumah tangga, 21 komersial 21 dan 28 pelanggan industri.
Hingga Mei 2016 sendiri, jumlah pelanggan itu meningkat tajam. Pelanggan PGN, khusus gas rumah tangga sendiri, sudah 750. Di Batamcentre sendiri, sudah ada 469 pengguna gas rumah. Dimana di Puri Legenda 127 pengguna, KDA 281 pelangga dan Bida Asri sebanyak 61 pengguna.
Humas PGN Batam, Riza Buana mengatakan, untuk biaya berlangganan gas, hanya bayar uang jaminan sebesar sekitar Rp 350 ribu. Uang ini hanya uang jaminan yang dititipkan ke PGN.
”Kalau si pelanggan mau berhenti berlangganan, uang jaminan akan dikembalikan setelah dikurangi biaya tunggakan. kalau tidak ada tunggakan akan dikembalikan penuh,” kata Riza.
Riza menegaskan, komitmen dan konsistensi PGN dalam membumikan gas bumi sebagai energi pilihan yang efisien, ramah lingkungan, dan aman untuk memperkuat kemandirian energi nasional. Selain itu, LPG hanya memiliki tekanan 4 bar. Sedangkan gas rumahan, hanya 0,01 bar.
Antusiasme masyarakat semakin tinggi setelah tarif normal pemasangan jargas yang biasanya, hingga Rp10 juta, tidak diberlakukan. Untuk program jaringan gas, pemerintah mensubsidi. Hal itu dibenarkan salah seorang kontraktor pembangunan jaringan gas, Donald S.
”Masyarakat hanya perlu membayar uang jaminan ke PGN. Kalau pemasangan, gratis untuk rumah warga. Biaya ditanggung pemerintah. Itu yang program Jargas ya,” kata Donald.
Optimisme masyarakat itu juga yang direspon pemerintah Provinsi Kepri. Setelah almarhum Sani mencanangkan Kepri dihubungkan gas, dan kemudian Batam mencanangkan sebagai kota gas, pemerintah di bawah kepemimpinan Gubernur Kepri, Nurdin Basirun yang menggantikan Sani, melanjutkan impian itu.
Dimana PGN seperti disampaikan Riza, akan membangun pipa gas dari pipa west Natuna transportation system (WNTS) dari Natuna ke Pulau Pemping, Batam.
PGN siap mempercepat pembangunan dan pengoperasian proyek pipa gas bumi WNTS, sepanjang kurang lebih 6 km.
PT PGN dan Pemerintah Provinsi Kepri juga menandatangani perjanjian kerjasama pembangunan infrastruktur dan pemanfaatan gas bumi di wilayah Kepri.Kerjasama itu diantaranya, pembangunan pipa gas bumi yang menghubungkan pipa West Natuna Transmission System (WNTS) dengan pulau Pemping di Kepri sejauh 6 km.
PGN juga akan membangun pipa gas yang menghubungkan lapangan migas di laut Natuna dengan pulau-pulau utama di Kepri seperti Batam dan Bintan sepanjang 600 km.
PGN terbuka untuk mengembangkan infrastruktur gas bumi di wilayah lain di Kepri.
”Kita punya sumur-sumur gas di Natuna. Kita akan memanfaatkan dan menikmati kekayaan alam kita, melalui PGN. Ini juga cita-cita almarhum Gubernur Kepri, HM Sani,” ungkap Gubernur Kepri, Nurdin Basirun.
Bahkan, Pemprov Kepri bersama DPRD Kepri, sudah memasukkan perencanaan jaringan transmisi dan pendistribusian pasokan minyak dan gas bumi dari Natuna, dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) provinsi.
Dimana dalam rancangan peraturan daerah (Ranperda) RTRW Kepri yang sedang dibahas sat ini, dimasukkan rencana jaringan pipa WNTS, dari Laut Natuna, bekerjasama dengan ConocoPhilips, Premier Oi dan Star Energi ke Pemping-Tanjung Uncang, Batam.
Selain itu, rencana jaringan pipa gas natuna D Alpha ke Batam. Jaringan Distribusi gas bumi Batam ke Bintan dan Tanjungpinang. Termaksud jaringan distribusi gas bumi dari Batam ke Karimun.
Pengembangan Compressed Natural Gas (CNG) di Batam, Bintan, Tanjungpinang, Lingga dan Karimun, yang dapat diangkut dengan tanker dan truk.
”Kita juga memasukkan di Ranperda RTRW terkair rencana liquefid natural gas (LNG) receiving terminal di Batam, Bintan dan Tanjungpinang,” beber anggota Pansus RTRW DPRD Kepri, Irwansyah.
Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad juga mengapresiasi program jargas dari PGN.
Karena jargas akan menjadikan masyarakat lebih hemat. Masyarakat juga tidak perlu khawatir soal pasokan gas.Untuk pasokan gas, terus dibangun, termaksud dari Natuna ke Batam.
”Batam yang lebih hemat dan menuju kota yang hijau (green city).Ketika tabung 3 kilo ruwet. 12 kilo itu jangkauan daya beli masyarakatnya terbatas, maka ada gas yang ke rumah tangga itu, luar biasa,” kata Amsakar.
Bahkan Amsakar mengharapkan pemanfaatan stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG), satu unit sudah dibangun PGN. Pemko Batam juga sudah siap mendorong pemanfaatan BBG dikalangan pengawai negeri sipil (PNS) Batam.
”Kalau semua sudah gas, cita-cita Green City tinggal menungu waktu. Kita berharap, converter kit (alat untuk kendaraan) bisa lebih murah,” katanya. Sementara untuk pembayaran gas, PGN juga sudah memberikan kemudahan untuk masyarakat, pengguna jargas.
Dimana, pembayaran bisa dilakukan, baik melalui internet banking Bank Mandiri dan BTN, di mesin ATM Bank Mandiri, BRI, BCA, BTN, maupun di teller bank. ***