in

Momentum Ramadhan, Antara Pribadi Dermawan dan Bakhil

Oleh: Mizan Aminuddin

Bulan Ramadhan adalah bulan di mana Allah SWT memberikan kesempatan untuk memperbanyak amal ibadah. Karena nya Rasullah saw telah memberikan contoh kepada kita semua nya berbagai macam bentuk ibadah. Di antara ibadah tersebut adalah untuk memperbanyak “sedekah” dan “infak” di jalan NYA. Dan sedekah memiliki makna yang luas dan itu dicakup dalam sebuah hadist Rasulullah SAW.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap persendian manusia wajib bersedekah pada setiap hari di mana matahari terbit di dalamnya: engkau berlaku adil kepada dua orang (yang bertikai/berselisih) adalah sedekah, engkau membantu seseorang menaikannya ke atasnya hewan tunggangannya atau engkau menaikkan barang bawaannya ke atas hewan tunggangannya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang engkau jalankan menuju (ke masjid) untuk shalat adalah sedekah, dan engkau menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.” [HR. al-Bukhari no. 2707 dan Muslim no 1009]

Maka sedekah memiliki makna yang luas atau makna yang umum. Di mana seluruh kebaikan yang kita berikan kepada orang lain, itu adalah masuk dalam makna sedekah.

Sedangkan makna sedekah yang kedua adalah sedekah dalam makna yang khusus. Yaitu memberikan apa yang kita miliki untuk orang lain atau saudara-saudara kita. Maka itu termasuk dalam makna sedekah yang lebih khusus. Di mana makna sedekah yang khusus ini lebih ditekankan kepada perkara dimana kita lebih ditekankan untuk menjauhkan diri dari sifat “bakhil” (kikir atau pelit).

Firman Allah SWT yang artinya.
“Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Al-Hasyr : 9)

Allah SWT mengingatkan kaitannya sedekah dan bakhil, bahwa seseorang harus menjauhkan diri dari sifat bakhil, kikir atau pelit. Dimana itu adalah sifat yang sangat mengotori jiwa kita. Maka dalam ayat di atas Allah SWT menegaskan bahwa orang yang dijauhkan dari sifat bakhil tersebut, maka mereka lah orang-orang yang beruntung.

Oleh karenanya, penting bagi kita untuk intropeksi diri kita sendiri. Apakah kita termasuk dalam katagori pribadi yang bakhil? Terkadang sebagian orang tidak merasa bahwa dia termasuk orang-orang yang bakhil. Dia sudah merasa berinfak, bersedekah. Namun pada dasar nya ia tergolong kepada orang-orang yang bakhil.

Nabi saw menyebutkan dalam sebuah hadist. Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seseorang bersedekah dengan sebutir kurma dari hasil kerjanya yang halal melainkan Allah akan mengambil sedekah tersebut dengan tangan kanan-Nya lalu Dia membesarkannya sebagaimana ia membesarkan anak kuda atau anak unta betinanya hingga sampai semisal gunung atau lebih besar dari itu” [HR. Muslim no. 1014]

Inilah perumpamaan yang disebutkan Nabi saw atas orang yang bersedekah. Seseorang yang bersedekah dengan sesuatu yang kecil, ternyata dibesarkan pahala nya oleh Allah SWT. Dirawat dan dijaga oleh Nya sehingga akan didapati pada hari kiamat menjadi suatu yang besar, bahkan bisa jadi seorang yang bersedekah dengan sebiji kurma ternyata didapatkan pada hari akhirat sebesar gunung. Dan yang demikian, akan banyak didapati oleh hamba-hamba yang pandai bersedekah atau gemar bersedekah dan tidak merasa bahwa ia bersedekah hingga di akhir kelak mendapatkan pahala yang begitu besar di sisi Nya.

Nabi saw memberikan contoh kepada kita terlebih di bulan Ramadhan. Aisyah r.a menyifati nabi saw, demikian juga Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu anhuma berkata:

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan dengan kebaikan, dan lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika Jibril Alaihissallam bertemu dengannya. Jibril menemuinya setiap malam Ramadhan untuk menyimak bacaan Al-Qur’annya. Sungguh, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dermawan dari pada angin yang berhembus.” [HR. Bukhari no. 1902. Muslim no. 2308]

Inilah keutamaan bersedekah yang langsung dicontohkan nabi Muhammad saw. Dimana beliau ketika memasuki bulan Ramadhan, ia sangat bersemangat untuk bersedekah dalam bulan Ramadhan dan diumpamakan seperti angin yang berhembus begitu kencang tanpa ada rintangan dan halangan sedikitpun.

Tentunya sedekah yang diterima oleh Allah SWT adalah sedekah yang baik. Demikian disebutkan dalam sebuah hadist.

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya Allah adalah Maha Suci, tidak menerima kecuali sesuatu yang baik/suci, dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang yang beriman dengan perintah yang sama terhadap para utusanNya (Rasul-RasulNya). [HR. Muslim]

Dapat kita pahami dari hadist di atas bahwa harta yang disedekahkan harus dari harta yang baik dan mendapatkan dengan cara yang benar agar mendapatkan pahala yang besar nanti nya, terlebih lagi di bulan Ramadhan. Tentu harta yang dimaksud adalah harta yang jauh dari praktik korupsi misalnya, riba, dengan cara menipu dan sebagai nya. Karna sudah tentu itu semua ditolak di sisi Nya.

Kita menyaksikan bahwa nabi saw begitu kuat nya bersedekah di bulan Ramadhan. Begitu juga para sahabat, mereka bersedekah dan berinfak di jalan Allah SWT. Tatkala Allah SWT menurunkan ayat tentang berinfak dengan sesuatu yang kita cintai. Hal itu disebutkan dalam firman Nya.

“Kalian sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai. Apa saja yang kalian nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (Ali Imran: 92)

Dari ayat tersebut, maka kita dapatkan Abu Bakar r.a beliau menginfakan seluruh harta nya. Kita dapati kembali Umar bin Khattab r.a beliau juga berinfak dari setengah harta nya. Tak kalah luarbiasa nya Usman bin Affan r.a beliau menyiapkan pasukan perang yang lengkap semua dari hartanya.

Ketika melihat ayat di atas, kita pernah mendengar kisah dari seorang sahabat yang nama Abu Thalhah. Ia hendak menyedekahkan kebun kurma yang paling dicintai tersebut di jalan Allah. Hal ini beliau lakukan dalam rangka untuk meraih kebaikan yang sempurna dan pahala dari Allah. Kebaikan yang dapat menghantarkan pelakunya ke surga.

Beliau bergegas datang kepada Rasulullah kemudian berkata, “Wahai Rasulullah sesungguhnya Allah berfirman, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai, dan sesungguhnya harta yang paling aku cintai adalah kebun kurma, maka kebun kurma tersebut aku sedekahkan untuk Allah ta’ala dan aku mengharap kebaikan dan pahalanya di sisi Allah. Maka gunakanlah kebun itu wahai Rasulullah sebagaimana yang telah diperintakhkan kepadamu.”

Kemudian Rasulullah bersabda, “Sungguh menakjubkan! Itu adalah harta yang sangat menguntungkan, itu adalah harta yang sangat menguntungkan dan aku telah mendengar apa yang kamu katakan. Menurutku lebih baik kamu berikan kepada kerabatmu.”

Rasulullah memandang kerabat-kerabat Abu Thalhah lebih membutuhkan untuk disantuni. Maka beliau menganjurkan Abu Thalhah untuk menyedekahkan kebun kurma tersebut kepada kerabatnya. Mendengar jawaban Rasulullah, Abu Thalhah berkata, “Aku akan melaksanakannya wahai Rasulullah.” Maka Abu Thalhah membagikan kebun kurmanya kepada kerabat dan anak pamannya.

Abu Thalhah telah membuktikan keimanannya. Beliau rela menyedekah harta yang paling dicintainya demi meraih kebaikan yang sempurna. Ini merupakan bukti kesempurnaan iman seorang hamba. Demikian dengan shahabat yang lain. Ketika mereka mendengar ayat ini mereka langsung mencari harta yang paling mereka cintai untuk diinfaqkan di jalan Allah. Masya Allah.

Tentuh masih banyak kisah para sahabat lain nya yang bisa kita dapati tentang bagaimana cara bersedekah atau juga menginfakan harta yang baik. Apalagi di bulan yang penuh rahmat dan barakah ini, dimana sekecil apapun sedekah yang kita berikan maka akan dilipat ganda oleh Nya.

Mudah-mudahan kita dapat memanfaatkan momentum ramadhan kali ini untuk menjadikan pribadi dermawan dengan cara memperbanyak sedekah dan berinfak atas harta yang kita cintai dan bukan pribadi yang bakhil. Tentu semua itu adalah pilihan, seperti slogan yang sering kita dengar “Life is a Choise” atau dengat kata lain “Hidup adalah sebuah Pilihan”. Antara memilih pribadi dermawan ataukah pribadi yang bakhil. Sungguh akan jauh lebih beruntung bagi orang-orang yang memanfaatkan momentum bulan suci ini seperti kisahnya para sahabat Nabi saw yang berlomba-lomba memperbanyak sedekah di bulan Ramadhan. Paling tidak kita berusah sebisa mungkin dalam melakukan amal ibadah dengan hati yang ikhlas dan tulus demi mendapatkan ridha Nya. Amiiin

*Ketua Umum DPD IMM Aceh

Komentar

What do you think?

Written by virgo

Memberdayakan Masyarakat Perikanan Aceh

5 Cara Unik Atasi Bosan Saat Traveling dengan Kereta Api