in

Mualem: Waspada Harus Informasikan Kondisi Aceh

Muzakir manaf saat silaturahmi di kantor Harian Waspada Medan, Sabtu [24/12] Malam ( Repro/WSP/Rizky Rayanda/B)

Pengantar ; Sekaitan 70 Tahun Harian Waspada, redaksi menurunkan kilas balik berita Waspada. Kali ini mengangkat tema Peristiwa Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan mengundang dua pentolan GAM berdiskusi dengan para redaktur Waspada. Mereka adalah Tgk. Hasballah Thaib (Rocky) dan Muzakir Manaf (Mualem). Berikut lanjutan laporannya.

SALAH satu tokoh pentolan GAM yang dinilai paling fenomenal karena sikapnya yang dingin terhadap publik khususnya media adalah Muzakir Manaf (Mualem). Tokoh ini menyambangi kantor Waspada di Medan, Sabtu (24/12) malam.

Mualem merupakan mantan tokoh sentral GAM selain pimpinan tertinggi Partai Aceh (partai lokal). Dia tiba di ruang diskusi lantai I Waspada diterima Pimpinan Umum Harian Waspada Hj. Rayati Syafrin didampingi Manager Umum Hendra DS, Wakil Manager Umum Hendrik Prayetno, Kabag Humas H Erwan Effendi, Staf Humas Aidi Yursal, Asisten Redaktur Hal 1 Muhammad Thariq, Asisten Red Aceh Rizaldi Anwar dan beberapa wartawan.

Mualem bercerita singkat tentang perjalanan dia bisa bergabung dengan GAM. Dia mengaku sejak SMP sudah menjadi pembaca setia Waspada. “Masa itu kan setahu saya hanya Waspada. Jadi meski tibanya sore, kami tetap menunggu kedatangan Waspada,” ujarnya yang juga mengakui masa konflik, Waspada telah memberi ruang untuk informasi kejadian terkait perjuangan GAM. Sehingga Waspada dinilai paling objektif menyampaikan informasi konflik Aceh saat itu.

Terhadap media massa, Mualem mengeluhkan pemberitaan yang membesarkan hal kecil dan mengecilkan hal yang besar. “Netral, netral. Kenyataannya lain. Saya tidak punya sifat dendam.

Nikmat perdamaian pasca ditandatanganinya kesepakatan damai antara GAM dan Indonesia di Helsinki harus dijalankan karena ini anugerah dan buah dari perjuangan selama ini. Jadi jangan sampai media malah memperkeruh situasi damai ini.

Aceh sudah diberi wewenang penuh mengatur sendiri kebijakan dan tentu tetap dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ucapnya yang memohon maaf atas ketidaktepatannya menghadiri undangan Waspada.

Mualem melanjutkan kisahnya, karena dia ber-KTP Malaysia pada waktu itu, sekira tahun 98-an kembali ke Malaysia hingga perdamaian terwujud pasca gempa dan tsunami 26 Desember 2004. Mualem yang berlatarbelakang orangtuanya tak mampu memulai masuk GAM saat berusia 19 tahun, tepatnya kelas 2 SMA, mengaku kondisi media saat konflik dengan pasca damai atau ketika dia menjabat wakil gubernur hingga proses mencalonkan gubernur tetap jauh panggang dari api.

“Jadi mohon maaf masa perjuangan dulu kami juga tidak pernah percaya dengan wartawan lokal karena ya itu tadi usai bertemu pasti terjadi insiden. Istilahnya bajunya saja yang wartawan tapi dalamnya beda,” pungkas Mualem yang datang ke Waspada sendiri tanpa pendamping.

Mualem yang mengaku keluar dari Aceh ke Malaysia sekira awal 85-an dan ber-KTP di sana, meski mengakui berkah dari damai telah dirasakan rakyat Aceh juga menyinggung butir MoU Helsinki masih ada yang belum terlaksana.

“Begitupun kita patut merasakan dengan adanya partai politik lokal, rakyat Aceh bisa menentukan sendiri kebijakan pembangunannya ke depan meski sepanjang 10 tahun kepemimpinan pasca damai ada juga kealpaan pemimpinnya.

Insya Allah jika terpilih kita ingin ada perubahan. Langkah awal adalah memperkuat database yang akan menjadi dasar menuju perubahan semua lini,” papar Mualem yang awal tahun 1986 mengawali debutnya mendapat gemblengan dari Hasan Tiro mulai dari latihan militer, politik, ekonomi dan lainnya selama 4,5 tahun di negeri Muammar Khadafi, Libya.

Menurut Mualem, saat ini bagaimana ada perubahan jika rakyat duafa yang menerima bantuan saat diberi uang, besok menerima lagi, sehingga tidak akan selesai dan dapat dikatakan sejahtera.

“Intinya komitmen semua pihak untuk berubah. Masak sudah 70 tahun merdeka kondisi kita kok masih seperti ini. Semua diawali dengan database yang benar dan jujur baru bisa dimulai dan Insya Allah nawaitu untuk menyejahterakan rakyat Aceh dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan terwujud,” kata Mualem yang menegaskan mantan kombatan GAM tetap solid dan yang keluar dianggap tidak memiliki komitmen.

Terakhir dalam perbincangannya dengan tim Sejarah 70 tahun Waspada, Mualem menyatakan kesepakatan damai MoU Helsinki yang ditandatangani 15 Agustus 2005 kini sudah rampung 90 persen. “Tinggal bagaimana semua pihak berkomitmen menjalankannya,” demikian Muzakir Manaf. (WSP/m16/J)

What do you think?

Written by virgo

DKI Masih Kekurangan Air Baku

Pasutri asal Aceh Tertangkap Ngutil di Smarco Superstore