Palembang, BP– Kesenian Sastra Tutur (Betembang) khas daerah lahan basah (gambut) di Sumatera Selatan (Sumsel) mulai langka . Kendati begitu ada 4 maestro yang meneruskan dari Rambang Lubai terdiri dari Dedi Hartono, Moksan Abdul Aziz, Maksardin, Sarkati. Mereka hadir dalam gelar Diskusi dan Unjuk Karya di Panggung Conie Sema, Kopi Mibar Jalan Mahameru, 16 Ulu, Seberang Ulu II, Palembang, Minggu (24/3).
Adapun gelaran diskusi serta unjuk bakat yang diprakarsai oleh Teater Potlot ini merupakan rangkaian dari program “Bersenandung di Perahu Kajang, Menjaga Pesan-Pesan Luhur”.
Program ini didukung oleh Kemendikbud Ristek melalui Dana Indonesiana, yang berlangsung dari Januari-September 2024.
“Betembang atau kesenian ini peninggalan dari nenek moyang, kita teruskan dan lestarikan pada generasi sekarang, Betembang itu sendiri banyak berisikan tentang kehidupan, cinta dan alam sekitar,” papar Moksan Abdul Aziz yang berkeseharian sebagai petani karet ini.
Moksan juga menambahkan, Betembang ini sering ditampilkan dalam gelaran pernikahan, saat kedua belah keluarga bertemu yang pertama kali atau juga lamaran.
“Ya ini mulai jarang ditampilkan, tapi kami sebagai pelaku tetap menjaganya dan meneruskan kepada generasi penerus,” katanya.
Ia juga mengharapkan generasi muda mau belajar dan meneruskan kesenian Sastra Tutur (Betembang) ini.
“Untuk kedepannya, jika kami siap, kami ingin mengadakan festival atau lomba untuk memicu rasa ingin tahu kalangan muda di daerah kami,” katanya.
Sementara ditempat yang sama, Salman Al – Farisi yang selaku sekertaris pelaksana mengatakan pada awak media jika program mereka diharapkan dapat dukungan pemerintah. Seperti halnya “Bersenandung di Perahu Kajang, Menjaga Pesan-Pesan Luhur” yang menyampaikan pesan-pesan dari leluhur guna menjaga ekosistem alam kita, sebab alam sudah tidak makin membaik, maka dari itu kami mengajak semua generasi muda ikut membaur menjaga dan melestarikan hal ini,” katanya.#udi
Berita Serupa