Umat Muslim di Kota Tanta, Mesir, berbondong-bondong ke masjid pada Minggu (9/4). Mereka mengantre untuk mendonorkan darahnya bagi para korban yang terluka dalam serangan bom di salah satu gereja koptik di kota tersebut. Salah satu pendonor darah, Mohammed Ahmad Hassan, mengaku mendapatkan informasi mengenai kegiatan ini dari pengumuman melalui pengeras suara yang biasanya mengumandangkan azan.
Melalui pengeras suara tersebut, pihak masjid mengumumkan bahwa stok darah di rumah sakit yang menampung korban bom di Gereja St. George itu berkurang drastis. Hassan mengatakan kepada Al Arabiya bahwa banyak umat Muslim menanggapi pengumuman tersebut dan langsung pergi ke masjid. Menurutnya, kini kantong-kantong darah itu sudah dikirimkan ke bank darah dan Rumah Sakit Umum tempat para korban dirawat.
Aksi solidaritas ini dianggap sebagai harapan di tengah isu diskriminasi terhadap umat Kristen yang berjumlah 10 persen dari total 91 juta penduduk di Mesir. Isu ini kian kencang setelah pada Minggu ini, bom meledak di dua gereja koptik. Selain di St. George, satu bom juga meledak di Gereja Gereja St. Mark’s di Alexandria. Kedua insiden yang diklaim oleh ISIS ini menelan 44 korban nyawa.
Seorang jurnalis Koptik, Sameh Mahrous, mengatakan kepada Al Arabiya bahwa serangan ini merupakan bukti kegagalan aparat keamanan. “Mesir sangat serius memerangi ekstremis dan serangan semacam ini selalu meningkat setiap negara meningkatkan pengawasan,” kata Mahrous.
Kini, Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, pun mengajukan penerapan status darurat negara selama tiga bulan yang harus melalui persetujuan parlemen. Hukum gawat darurat ini memberikan kuasa lebih kepada polisi untuk melakukan penangkapan, pengawasan, penggerebekan, dan pembatasan ruang gerak.
LOGIN untuk mengomentari.