in

Owner Kafe Mahakam, Hafis: Berawal dari Kebiasaan Nongkrong di Kafe

Jangan pernah takut gagal dalam berusaha, jika gagal teruslah mencoba dan selalu optimis. Jalani usaha dengan ketekunan dan kejujuran, karena dengan bersikap jujur akan membuat lebih percaya diri dan lebih yakin dalam berusaha. Begitulah, Hafis, owner dari Kafe Mahakam menjalani usahanya.

Hafis, pria asli Dharmasraya ini mulai berbisnis kafe pertengahan 2016 lalu. Awalnya membuka kafe, karena ia suka mengunjungi kafe dan senang melihat interior-interior kafe.

“Saya buka kafe ini karena hobi duduk di kafe, senang melihat kafe-kafe yang bagus seperti di Jakarta, Bandung. Rasanya saya punya kemampuan juga untuk mendekor tempat, usaha kafe ini bisa dibilang berawal dari mimpi di siang bolong,” ujar Hafis sambil menyebutkan bahwa kafenya baru berjalan lima bulan ini.

Sebelum membuka usaha kafe saat ini, Hafis merintis karir dari nol. Setamat sekolah dari SMTI, ia merantau ke Jakarta. Di Jakarta ia bekerja sebagai penjual aksesoris, sampai menjual pakaian. Setelah itu ia juga pernah bekerja di rumah makan Padang, kemudian ia juga sempat bekerja di Hotel Arya Duta di bagian bangquet, bertugas menata meja, lalu juga pernah di room servis dan restoran.

“Saya bekerja di hotel hampir dua tahun lamanya, kemudian saya ingin mencoba peluang yang lain. Karena saya yakin kalau saya bisa lebih lagi dari itu. Saya mulai menjalani dari yang mudah tetapi disenangi, karena bagi saya yang terpenting dalam bekerja enjoy menjalaninya,” ceritanya.

Setelah bekerja di hotel, Hafis memutuskan untuk kembali ke Padang, ia lalu bekerja bersama kakaknya yang memiliki perusahaan percetakan dan pengadaan barang. Selama bekerja bersama kakaknya, Hafis tidak hanya sekadar bekerja tetapi ia mengambil ilmu dalam hal pekerjaannya saat itu. Kemudian ia memutuskan untuk membuka perusahaan sendiri.

“Saya bekerja bersama kakak saya dari tahun 1995 sampai 2008. Dari 2008 sampai saat sekarang ini saya telah membuka perusahaan sendiri. Waktu itu saya terus terang sama kakak saya untuk membuat perusahaan barang dan jasa,” ucapnya.

Hafis melanjutkan, setelah memutuskan untuk membuat perusahaan pengadaan barang sendiri, ia sering bolak balik Jakarta untuk membeli barang pesanan. Di Jakarta, Hafis sering mampir di kafe.

Dari sanalah, ia mulai termotivasi untuk membuka kafe sendiri. Dari hasil usahanya tersebut, Hafis mulai menabung sedikit demi sedikit. Di akhir 2015, Hafis mendapatkan tempat di Kompleks GOR H Agus Salim.

“Waktu itu saya melihat iklan di OLX tempatnya cukup strategis, untuk investasi sangat bagus bisa buat kafe atau hotel nantinya. Seiring waktu berjalan rasanya perlu tempat santai, makanya saya membuka kafe,” sebutnya.

Selain itu, Hafis membuka kafe karena melihat banyaknya kafe-kafe di Padang yang diperuntukkan hanya untuk komunitas tertentu saja. Dari sana muncul idenya untuk membuka kafe yang bisa dinikmati oleh semua kalangan, baik itu anak-anak, mahasiswa, keluarga, pejabat bahkan profesional, tanpa adanya perbedaan.

“Komunitas apa pun cocok di sini, harga makanan dan minuman di sini wajar dan terjangkau. Nama Mahakam, saya ambil dari nama jalan kebetulan di sini Jalan Mahakam, biar gampang dikenal dan kesan elegan,” terangnya.

Untuk makanan yang tersedia di Kafe Mahakam ini, Hafis menyebutkan awalnya lebih ke makanan ringan. Tersedia makanan pangek pisang. Makanan tradisional asli Dharmasraya ini biasanya dibuat saat Lebaran atau pergi ke rumah mertua. 

Hafis berencana ke depannya mengembangkan makanan pangek pisang ini dengan varian berbeda seperti di tambah toping durian atau yang lain. Selain makanan tradisional, kafe ini juga menyediakan menu-menu nusantara lainnya seperti nasi goreng, mie rebus, capcay, minuman jus, es buah. “Di sini ada minuman khas Mahakam, seperti mahakam ocean blue, strawbery banana frozen,” sebut pria kelahiran April 1973 ini.

Dalam pengelolaan kafe, Hafis mempercayakan kepada salah seorang manajer. Di kafe ini Hafis memiliki 15 karyawan. Namun begitu, dalam hal peningkatan kafe, Hafis selalu mengutamakan pelayanan. “Saya selalu meningkatkan pelayanan, servis prima. Saya sering mengunjungi kafe-kafe, saya melihat ada kelemahan di kafe-kafe tersebut dan hal itu yang saya antisipasi agar tidak terjadi di kafe yang saya ini,” ungkapnya.

Kafe ini juga menyediakan live musik setiap Sabtu dan Minggu sehingga pengunjung dapat ikut bernyanyi. Bahkan di kafe tersebut juga tersedia ruangan meeting yang ber-AC. Hafis menyebutkan bagi pengunjung yang ingin menggunakan ruang meeting tidak ada dikenakan cas.

Dalam menjalani usahanya, Hafis mengaku ada kesulitan, tetapi ia menilai kesulitan adalah suatu tantangan untuk berubah ke arah yang lebih baik. Karena itu harus selalu belajar dari pengalaman yang ada, sehingga bisa memberikan solusi terbaik dari permasalahan yang terjadi. Rencana ke depannya, Hafis ingin lebih mengembangkan dan mengenalkan kafenya kepada masyarakat luas. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Direksi tak Intervensi Tim Penjualan Aset

Januari Terancam Inflasi Tinggi