YOGYAKARTA – Peran Pancasila dalam strategi pembangunan bangsa menjadi pembahasan utama dalam hari jadi Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta yang ke-64. Yoseph Yapi Taum, Dosen Fakultas Sastra USD yang menjadi pemateri Dies Natalis ke- 64 Sanata Dharma mengatakan polarisasi masyarakat sejak pemilu 2014 bisa dikatakan makin ekstrim dan belum menunjukkan gejala untuk mereda.
“Kita merasakan sekali bahwa polarisasi di dalam masyarakat kita itu sangat ekstrem dan berbahaya. Ada yang berlebihan, ada yang keliru dengan cara kita berpolitik,” kata Yapi dalam konferensi pers acara puncak Dies Natalis USD ke-64, di Ruang Seminar Auditorium Driyarkara Kampus 2 USD, Kamis (19/12). Untuk menjaga kedigdayaan bangsa Indonesia, ada beberapa hal yang menurut Yapi perlu dilakukan. Pertama, mengimplementasikan Pancasila sebagai agama sipil, yakni sebagai fondasi moral dan spiritual, perekat sosial yang menyatukan negara dengan memberinya “otoritas sakral”.
“Sebagai agama sipil, Pancasila berfungsi sebagai kesetiaan dasar yang lebih menggerakkan perasaan, terasa lebih hangat dalam jiwa, menjadi keyakinan bersama atau agama publik,” kata Yapi. Selanjutnya kata Yapi, Pancasila juga harus berfungsi sebagai pendidikan multikultural. Dalam proses pembelajaran multikultural, seseorang belajar dan dilatih untuk tidak muda tersinggung maupun marah dalam merespons budaya individu atau kelompok yang berbeda.
Senada dengan Yapi, Rektor Sanata Dharma, Johanes Eka Priyatma mengatakan budaya menjadi salah satu penangkal terbaik terhadap isu-isu intoleransi, radikalisme, serta politik identitas yang tengah berkembang masif saat ini. “Karena di dalam kebudayaan itu kan tidak ada permusuhan, hanya ada pengembangan sumber daya manusia,” kata Eka Priyatma.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Hariyono menyatakan untuk menjadi bangsa yang maju tak cukup dengan hidup rukun dan toleran. “Ciri orang Pancasilais adalah rukun toleran tetapi tak mungkin kita bisa menjadi bangsa berdaulat bangsa yang makmur kalau cuma sekadar rukun, sekadar toleran, kita harus mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi,” ucap Hariyono dalam acara Sosialisasi Pancasila kepada Pendidik di Banyuwangi, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
YK/AR-3