Nita Sriwulandari, 19, salah seorang korban ambruknya Jembatan Kayugadang di Kenagarian Sikabu, Kecamatan Lubukalung, Kabupaten Padangpariaman, hanya dapat merintih kesakitan ruang Surgikal Instalasi Gawat Darurat RSUP M Djamil Padang. Siswa SMAN 1 Batang Anai bersama Winda Suspita, 33, PNS Bapedda Padangpariaman, terpaksa dirujuk ke RSUP M Djamil untuk mengobati luka berat yang dideritanya.
Dibandingkan Winda, kondisi Nita terbilang cukup parah. Selain gigi patah dan kaki sebelah kirinya juga harus dijahit, beberapa bagian tubuh lainnya terasa ngilu. Marjulis, sang ibu, terlihat mendampingi anak kedelapannya itu. Tak jauh dari sana, juga terlihat Ahli Nursyam, 62, bapak Nita. ”Saya dan bapak (suaminya, red) masih bekerja di sawah waktu itu.
Tiba-tiba saja, orang-orang mengabarkan anak kami dibawa ke rumah sakit karena salah seorang korban jembatan runtuh. Mendengar itu, saya langsung menuju ke tempat itu (tempat kejadian peristiwa/TKP, red),” ucapnya ketika ditemui Padang Ekspres, di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil, Padang, tadi malam.
Setibanya di TKP, Marjulis dan suaminya mendapat informasi Nita dibawa ke Puskesmas Lubukalung. Namun akibat luka berat yang dialaminya, pihak Puskesmas merujuk Nita ke RSUP M Djamil Padang. ”Bersama adik saya, kami pun bertolak ke Padang,” tuturnya.
Sebagai orang tua, Marjulis hanya mengaku bisa pasrah atas musibah yang menimpa anaknya. Dia pun tidak tahu bagaimana membayar perawatan nantinya. ”Saat ini, Nita merasakan sakit di bagian pinggang kirinya. Kata dokter, dia akan dironsen dan dirawat di sini,” sebut ibu yang memiliki 10 anak itu. Nita sendiri merupakan anak ke delapan keluarga petani itu. ”Nita sudah terbiasa menggunakan ojek menuju sekolahnya setiap hari,” tambah sang ibu.
Sementara Ali Nursyam hanya terduduk lesu menatapi anaknya. Sepengetahuannya, konstruksi jembatan yang dibangun tahun 1985 itu, berasal dari bekas jembatan Batang Anai. ”Dulu jembatan itu jembatan gantung. Ketika pembangunan jembatan Batang Anai selesai, bekas besi-besi itu dibawa ke jembatan runtuh tersebut. Beban jembatan sangat berat apalagi ditimbun pasir,” ujarnya. Dia berharap jembatan itu segera diperbaiki.
Di sisi lain, Winda Suspita sudah diperbolehkan pulang setelah mendapat perawatan di RSUP M Djamil. Tangan kirinya patah. ”Kakak saya sudah diizinkan pulang. Semoga segera membaik walau tangan kirinya patah,” ucap Hendra Gautama, 27, saudara Winda.
Sebagai warga, dia juga berharap pemerintah lebih peduli terhadap kondisi yang dialami warga Sikabu. Menurutnya, jembatan tersebut merupakan akses yang padat. ”Jembatan itu sepengetahuan saya sudah lama rusak, apalagi mobil bermuatan berat sering melintasi jembatan itu. Semoga pemerintah dapat meperbaiki jembatan itu,” tuturnya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.