Permasalahan sampah menjadi krusial untuk diatasi. Di Kota Padangpanjang, saat ini tercatat jumlah produksi sampah setiap hari mencapai 57 ton. Terdiri 70% sampah organik dan 30% sampah anorganik.
Melihat kondisi itu, mahasiswa Program Doktor Kajian Lingkungan dan Pembangunan UNP, Eliza dengan project based learning (PBL) berusaha merenovasi bak kompos yang sudah ada dan membuat bank sampah di sekolah. Tujuannya, mengedukasi peserta didik bahwa sampah memiliki nilai guna apabila dimanfaatkan.
“Project Based Learning yang saya lakukan, diawali dengan merenovasi bak kompos yang sudah ada dan membuat bank sampah di SDN 11 Kelurahan Balai-balai, Kecamatan Padangpanjang Barat. Edukasi sampah organik dan anorganik. Sebelumnya sudah didiskusikan dengan Ketua Komite Mulyadi, dan Kepala SDN 11 Balai-balai Isra Novita. Mereka mengapresiasi project based learning ini,” jelas Eliza yang juga Dosen Universitas Putra Indonesia YPTK Padang.
Output dari project based learning ini, peserta didik antusias memahami dan mengerti bahwa sebenarnya sampah memiliki nilai guna yang besar.
Buktinya, dari edukasi dalam bentuk sosialiasi dan juga pelatihan untuk memanfaatkan sampah anorganik, yang sudah dilaksanakan, peserta didik mampu menghasilkan beberapa jenis kerajinan.
Seperti keranjang, tempat minuman gelas, tas, tempat buah, dan pada bank sampah yang sudah disiapkanpun, dilakukan pemilahan sampah-sampah yang bernilai guna dan tepat guna.
“Sebagai pelaksana project ini, saya memperoleh arahan dan masukan-masukan serta apresiasi dari dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Kebijakan Pembangunan dan Lingkungan Susi Evanita yang merupakan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Dari program yang sudah dilakukan ini terkait sampah ini, ada sebuah keyword yang disampaikan yaitu pengembangan sampah berkelanjutan. Sehingga tidak hanya untuk saat ini saja, tetapi tetap berkelanjutan dalam jangka waktu panjang, agar dapat teratasi dengan baik,” katanya.
Kabid Pengolahan Sampah, Limbah B3, dan Pengendalian Pencemaran (PSLB3PP) Disperkim-LH Kota Padangpanjang, Syafriman Thaib menyatakan bahwa sampah per hari di Padangpanjang sebanyak 57 ton. Sampah anorganik sebanyak 30% ini merupakan sampah plastik dan sampah lainnya yang sudah tercampur, kemudian diangkut ke TPAS (Tempat Pemrosesan Akhir Sampah), pada akhirnya TPAS menjadi overload.
Salah satu upaya yang dilakukan agar hal ini tidak terjadi yaitu melalui pembatasan timbulan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dengan pendauran ulang dan pemanfaatan sampah tersebut kembali.
Diharapkan pengurangan sampah hendaknya dimulai dari rumah tangga (hulu) seharusnya sudah dipilah-pilah, baik sampah organik diolah menjadi kompos maupun anorganik ditabung pada bank sampah.
Makanya pada Perda Nomor 08 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga, menekankan pada pengelolaan dan pemilahan terhadap sampah itu sendiri, tetapi kenyataannya tidak seperti itu. Dikhawatirkan tidak dapat bertahan lama, apabila hal ini terus terjadi.
Situasi yang seperti ini, muncullah ide, untuk mengedukasi tentang sampah sejak dini, khususnya di institusi pendidikan tingkat Sekolah Dasar. Sekolah-sekolah pada umumnya sudah dibekali oleh DISPERKIM-LH terkait sampah, dengan mendirikan Bak Kompos untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Begitu juga tujuh bank sampah yang didirikan oleh DISPERKIM-LH agar dapat terkelola secara berkelanjutan dalam jangka panjang, sehingga masalah sampah yang dihadapi saat ini dapat terkendali di masa yang akan datang.
Project ini juga mendapat apresiasi dari Pimpinan BNI KCP Padangpanjang Reno Sibiranti, sebagai bentuk dukungan terhadap program SMART CITY pemerintah dan sejalan dengan misi bank BNI yaitu BNI Go Green.
BNI ikut bertanggung jawab tehadap komunitas dan lingkungan dengan tujuan berpartisipasi menciptakan lingkungan yang bersih, menciptakan inklusi keuangan dan cashless society dan ikut membangun ekonomi kerakyatan.
Menindaklanjuti kerja sama Pemerintah Kota Padangpanjang bersama PT BNI (Persero) Tbk untuk mendukung program ini terkait pengelolaan sampah, telah dilaksanakan sosialisasi kemarin dengan tema program “Ayo Menabung Sampah”, diikuti oleh perwakilan sekolah, dalam hal ini kepala sekolah-kepala SD Adiwiyata dan SLTP, serta direktur tujuh bank sampah se-Kota Padangpanjang.
“Terwujudnya project ini, dikarenakan adanya komunikasi yang baik dilakukan antara komunikator dengan komunikan secara interpersonal. Hendaknya program ini dapat berkelanjutan, tidak hanya untuk saat ini saja,” ujar Eliza.(cr6)