Pendidikan saat ini sudah menjadi kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Karena itu, pantas kiranya setiap orang berhak untuk memperoleh pendidikan, termasuk anak berkebutuhan khusus.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya, tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik.
Klasifikasi anak berkebutuhan khusus di antaranya yaitu tuna netra, tuna rungu, tuna wicara, tuna grahita, tuna daksa, tuna laras, anak berbakat, anak yang memiliki gangguan belajar pra akademik dan anak yang memiliki gangguan belajar akademik.
Kita mengetahui bahwasanya anak berkebutuhan khusus berbeda dengan anak pada umumnya. Karena itu, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memerlukan pelayanan pendidikan khusus yang berbeda dengan pelayanan pendidikan pada umumnya.
Sedangkan pengetahuan dan ketrampilan guru pada sekolah umum tentu tidak sekhusus di sekolah luar biasa. Selain memerlukan pelayanan pendidikan yang khusus, Anak Berkebutuhan Khusus juga memerlukan sebuah strategi atau metode tersendiri sesuai dengan kebutuhan dalam kegiatan pembelajarannya.
Namun bagi sebagian orangtua yang memiliki anak yang berkebutuhan khusus, mereka enggan memasukkan anaknya di sekolah khusus, karena mereka beranggapan anaknya tidak memiliki masalah khusus, padahal anaknya memiliki ciri–ciri tersebut, meskipun sudah dijelaskan secara terang-terangan kepada orangtua dengan cara melakukan tes awal kepada anak.
Akan tetapi orang tua bersikeras ingin menyekolahkan anak mereka di sekolah umum. Dengan memasukkan anak berkebutuhan khusus ke sekolah umum, ini menjadi tantangan yang berat, bagi kami guru sekolah umum yang memiliki pengetahuan dan keterampilan tidak seperti guru pendidikan luar biasa.
Butuh kesabaran yang tidak terbatas bagi guru umum dalam menghadapi siswa tersebut, disamping teknik dan metode pembelajaran. Siswa ABK yang bersekolah di sekolah umum, memang membutuhkan berbagai metoda dan teknik pendekatan personal bagi siswa tersebut.
Di sekolah saya, ada salah satu siswa yang duduk di kelas 1. Anak ini berusia sudah 7 tahun tetapi pengetahuan dan tingkah lakunya seperti anak yang berumur 3 tahun. Dia memiliki kekurangan dalam menangkap pembelajaran yang disampaikan saat proses pembelajaran, dan juga tidak menganal huruf, angka, serta tidak tahu nominal uang.
Dalam hal ini, sebagai guru kelas 1 saya juga kewalahan dalam mengahapi tingkah lakunya. Setiap jam pembelajaran berlangsung anak ini selalu mengganggu temannya, keluar masuk kelas tanpa izin, bahkan saat pembelajaran dia asyik dengan dunianya sendiri.
Karena mengahadapi kondisi yang seperti ini langkah awal yang saya lakukan sebagai guru kelasnya yaitu memanggil orang tua untuk memberi tahukan bagaimana anaknya dan melakukan diskusi agar diperlakukan dan dibimbing ke sekolah yang seharusnya.
Akan tetapi setelah guru memberikan solusi tersebut, sang orangtua tetap bersih keras ingin anaknya bersekolah di sekolah ini. Setelah diskusi dengan orangtua selesai, saya sebagai guru kelas membuat sebuah metode layanan bagi anak tersebut akan dapat meningkatkan motivasi belajar dan siswa ini, bisa dengan semangat belajar membaca dan berhitung.
Metode pengajaran yang umum digunakan dalam pengajaran anak berkebutuhan khusus yaitu komunikasi, analisis tugas, intruksi langsung, prompts dan pembelajaran kooperatif. Sangat penting bagi guru dalam memilih strategi ataupun metode pengajaran yang efektif untuk anak berkebutuhan khusus.
Tujuannya adalah agar anak bisa mendapatkan pembelajaran yang baik dan bermanfaat. Langkah-langkah dalam metode ini sebagai berikut. Menjalin komunikasi dengan anak. Dalam kegiatan belajar tidak akan lepas dari komunikasi, apabila tercipta komunikasi yang baik antara siswa dengan guru, maka akan tercipta suasana belajar yang baik.
Dan sebaliknya, apabila antara siswa dengan guru tercipta komunikasi yang kurang baik, maka akan tercipta suasana belajar yang kurang baik. Karena itu, metode pengajaran yang utama untuk anak berkebutuhan khusus adalah komunikasi.
Analisis tugas dimaksudkan untuk mendeskripsikan tugas-tugas yang harus dilakukan ke dalam indikator-indikator kompetensi. Tujuan dari analisis tugas ini sendiri adalah, untuk mengetahui apakah anak tersebut sudah melakukan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang dituntut kepadanya.
Instruksi langsung. Metode ini memberikan pengalaman belajar yang positif dengan itu dapat meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi untuk berprestasi. Karena metode ini menggunakan pendekatan selangkah-selangkah yang terstruktur dengan cermat dalam intruksi atau perintah.
Prompts. Prompt merupakan bantuan yang diberikan pada anak untuk menghasilkan respon yang benar. Prompts memberikan anak informasi tambahan atau bantuan untuk menjalankan instruksi. Adapun jenis-jenis dari prompts yaitu verbal prompts, modeling, gestural prompts, psycal promp, peer tutorial, dan cooperative learning.
Pembelajaran kooperatif, merupakan salah satu cara yang efektif dan menyenangkan untuk mengarahkan beberapa siswa dengan berbagai kemampuan untuk menyelesaikan salah satu tugas.
Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah mengembangkan lingkungan yang positif dan mendukung, yang mendorong penghargaan pada diri sendiri, menghargai pendapat orang lain, dan menerima perbedaan individu.
Untuk penerapan metode-metode tersebut, seorang guru harus mampu melihat kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh anak. Dengan itu, seorang guru dapat menentukan metode apa yang akan ia gunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai kegiatan belajar yang efektif bagi anak. (***)