in

Pemerintah Akui Lalai Urus Logistik Pangan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui sistem logistik pangan di Indonesia masih perlu dibenahi. Ia menilai, sistem yang ada sekarang tidak mampu menjaga kualitas bahan pangan yang diangkut dengan optimal. “Perdagangan dan logistik ini area yang tidak pernah kami urusi,” ujarnya saat menghadiri Rapat Koordinator Nasional (Rakornas) Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Senin (28/11), dilansir dari CNN Indonesia.

Darmin mencotohkan, bagaimana buruknya pengangkutan hasil panen sayuran, sehingga sebagian rusak saat diterima di pasar tempat tujuan. Hal ini memengaruhi ketersediaan bahan pangan dan harganya di pasar. “Petani kita itu menaruh hasil panennya tiga tingkat di mobil pick-up. Ada pakai lumpur dan segala macam. Kemudian, ada orang yang tidur di atasnya. Kacang panjang ditidurin ya bonyok,” terang dia.

Di tempat yang sama, Franky O Widjaja, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Agribisnis, Pangan dan Kehutanan mengeluhkan, tingginya tingkat kerusakan pangan saat diangkut di Indonesia. “Di Indonesia, lebih dari separuh hasil pangan rusak di perjalanan saat pengiriman,” kata Franky. Padahal, lanjut Franky, negara maju sudah bisa menekan tingkat kerusakan pangan saat pengiriman di bawah satu digit. 

Karenanya, Franky menyarankan perlu ada investasi yang lebih baik di bidang logistik dan gudang pendingin (cold storage). Dengan demikian, kerusakan hasil pangan khususnya bahan pangan yang mudah rusak (perishable mood) bisa ditekan. Hal ini bisa berdampak positif pada upaya menjamin ketersediaan pangan dengan harga yang lebih kompetitif.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Dalam Negeri Oke Nurwan, mengungkapkan, sebenarnya, pemerintah telah memiliki sistem resi gudang di mana petani bisa menyimpan hasil panennya dalam satu gudang terlebih dahulu. Beberapa komoditas yang masuk dalam sistem resi gudang di antaranya gabah, beras, kopi, kakao, lada, karet, rumput laut dan jagung.

Setelah menaruh di gudang, petani akan mendapatkan dokumen (resi) kepemilikan atas komoditas yang disimpan dalam gudang. Resi itu bisa digunakan petani sebagai jaminan kredit perbankan. “Dengan sistem resi gudang, petani setelah panen tidak perlu membawa-bawa hasil panennya, tetapi taruh di gudang, dan yang dibawa resinya,” imbuh Oke.

Sayangnya, lanjut Oke, sistem resi gudang malah belum banyak dimanfaatkan sebagai bagian dari pengelolaan pasca panen oleh petani di Indonesia. Karenanya, meskipun telah diluncurkan sejak tahun 2006, pemerintah perlu lebih meningkatkan sosialisasi sistem resi gudang ke petani. “Target kami mensosialisasikan dulu sistem resi gudang, karena pada dasarnya, saat ini petani belum betul-betul memahami sistem resi gudang,” paparnya. 

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Pemimpin Gerakan Bersih Malaysia Bebas usai 10 Hari Ditahan

Tingkatkan Transparansi, Presiden Jokowi Minta Kejaksaan dan Polri Perkuat Sinergi Dengan KPK