JAKARTA -Keberpihakan pemerintah menggunakan produk riset dan inovasi dalam negeri akan meningkatkan kepercayaan masyarakat memanfaatkan produk lokal. Jika sudah ditunjukkan dalam aksi nyata, maka akan melahirkan permintaan dalam skala lebih besar, sehingga mendorong hilirisasi hasil riset tersebut.
Demikian dikemukakan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang PS Brodjonegoro, dalam konferensi pers virtual berkaitan dengan pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional Prioritas Riset Nasional Tahun 2020 (Rakornas PRN 2020) yang berlangsung di Jakarta, Kamis (13/8).
Keberpihakan itu, papar Bambang, bisa diawali dengan melakukan pengadaan barang/ jasa yang memprioritaskan produk inovasi bangsa. Penggunaan barang buatan dalam negeri oleh pemerintah akan menjadi contoh bagi masyarakat, sehingga meningkatkan kesadaran dan kepercayaan masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri.
“Kalau melihat pengalaman negara lain, mereka berusaha mengembangkan inovasinya dan akhirnya menjadi produk unggulan mereka, seperti di Korea atau di Jepang. Kuncinya adalah pada pemakaian oleh masyarakatnya. Namun, masyarakat atau customer juga ingin melihat pengalaman dari pihak lain, nah pihak lain itu adalah pemerintah,” tutur Menristek.
Kalau skala permintaan pasarnya lebih besar, produsen atau pelaku industri lebih bergairah untuk ikut mengembangkan inovasi tersebut dan kemudian bisa menjual produk tersebut dengan harga yang lebih kompetitif, karena biaya produksi per unitnya pun relatif lebih efisien jika diproduksi dalam jumlah besar.
Selain menjadi konsumen, pemerintah juga memegang peranan sebagai regulator yang juga harus memastikan seluruh produk inovasi sudah melalui semua proses perizinan dan sesuai dengan standar internasional, misalnya untuk produk kesehatan harus melalui uji praklinis, uji klinis, pengujian alat dan sertifikasi.
“Semua yang terkait perizinan harus dipastikan dilakukan dengan standar internasional dan sudah dilewati oleh produk tersebut, sehingga tidak ada keraguan lagi bagi para pemakainya,” kata Bambang.
Substitusi Impor
Menristek dalam kesempatan itu juga menegaskan prioritas riset nasional (PRN) 2020–2024 diharapkan dapat membantu penguatan ekonomi bangsa dengan berfokus pada substitusi impor dan pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui peningkatan akses pasar.
“Ada dua karakter dari PRN yang bisa membantu pertumbuhan ekonomi, yaitu PRN yang jelas bisa mengurangi kebergantungan impor dalam waktu singkat, kemudian terkait dengan upaya untuk pemberdayaan UMKM khususnya memberikan market access (akses pasar) sekaligus sentuhan teknologi,” kata Menristek.
Mantan Menteri Keuangan dan Kepala Bappenas itu menambahkan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2020 yang minus 5,32 persen menjadi tantangan untuk melakukan berbagai inovasi sehingga membantu ekonomi Indonesia tumbuh positif.
Untuk penguatan ekonomi bangsa ke depan, diperlukan riset dan pengembangan yang dapat menggantikan barang-barang impor dan meningkatkan produktivitas UMKM.
PRN, lanjutnya, bertujuan untuk mengurangi kebergantungan impor seperti garam, bahan bakar minyak, kebutuhan pangan, dan alat utama sistem persenjataan. PRN juga diharapkan menjadi katalis merah putih untuk mendukung pengembangan bahan bakar nabati dan garam industri terintegrasi. Katalis merah putih merupakan teknologi untuk mengolah minyak sawit menjadi solar, maupun avtur untuk mengurangi impor bahan bakar minyak. Pasokan sawit dapat diperoleh dari perkebunan para petani sawit. n uyo/SB/E-9