Paling Sedikit sejak Lima Tahun Terakhir, Sebanyak 101.906 Siswa Lulus Seleksi
Seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) sudah tidak menjadi primadona lagi. Setidaknya tercermin dalam statistik resmi yang dilansir panitia, kemarin (26/4). Dari total 517.166 siswa pelamar, ditetapkan ada 101.906 siswa lolos SNMPTN 2017.
Baik jumlah pelamar maupun yang lolos, tercatat sebagai yang terkecil dalam kurun lima tahun terakhir. Dibandingkan dengan SNMPTN 2016 saja, cukup jomplang. Tahun lalu jumlah pelamar SNMPTN mencapai 645.202 siswa dan yang lolos ada 115.178 siswa.
Di mana, Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung menempati peringkat pertama sebagai PTN dengan jumlah pendaftar SNMPTN terbanyak. Posisi ini tidak berubah dari tahun lalu. Di mana, sebanyak 39.388 siswa mendaftar di sana. Selanjutnya, peringkat kedua ditempati Universitas Brawijaya Malang dengan 33.850 pendaftar.
Sementara itu, Universitas Diponegoro Semarang diminati 32.085 pendaftar. Berikutnya, Universitas Sumatera Utara memiliki 31.940 pendaftar. Peringkat kelima dipegang Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan 31.814 pendaftar.
Lalu, berturut-turut PTN yang masuk ke dalam 10 besar jumlah pendaftar terbanyak adalah Universitas Sebelas Maret, Universitas Negeri Semarang, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Hasanudin, dan Universitas Negeri Yogyakarta.
Sementara jumlah pelamar yang diterima di Universitas Andalas (Unand) lewat jalur SNMPTN ini sebanyak 1.612 orang. Masih berdasarkan laporan panitia SNMPTN, Universitas Negeri Padang (UNP) menempati peringkat keempat jumlah pelamar paling banyak diterima dengan 2.390 orang.
PTN paling banyak menerima pelamar yakni, Universitas Halu Uleo 3.174 pelamar, Universitas Brawijaya 3.083 pelamar dan Undip 2.484 pelamar.
Anjloknya jumlah peserta SNMPTN 2017, melahirkan tanda tanya sejumlah kalangan. Pasalnya, sebelumnya Panitia SNMPTN 2017 sempat menyebut jumlah pelamar mencapai 893.323 siswa. Ternyata, angka riilnya hanya 517.166 pelamar saja.
Menyikapi ini, Ketua Umum Panitia SNMPTN 2017, Ravik Karsidi mengklarifikasinya. “Kami mohon maaf ada kesalahan informasi,” jelasnya di kantor Kemenristekdikti, Senayan, kemarin (26/4). Dia mengatakan, angka 893 ribu lebih itu adalah jumlah siswa yang layak dan berhak (eligible) mendaftar SNMPTN.
Namun, ternyata di lapangan jumlah riil pelamar SNMPTN jauh di bawah jumlah yang berhak mendaftar. Ravik menjelaskan, siswa berhak memilih ikut saringan SNMPTN, SBMPTN (seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri), maupun jalur mandiri.
Rektor UNS itu menjelaskan, bisa jadi ada siswa yang merasa yakin bisa melahap soal ujian tulis SBMPTN. Sehingga, dia mantab memilih masuk PTN melalui jalur SBMPTN. Ketimbang melalui SNMPTN yang seleksinya berbasis prestasi atau nilai rapor.
Sementara itu, penyebab turunnya jumlah pelamar maupun siswa yang lolos SNMPTN terkait kebijakan baru yang dijalankan. Di antaranya, pemberlakuan ketentuan bahwa sekolah dengan akreditasi A maksimal bisa mendaftarkan 50 persen siswanya. Sedangkan pada aturan lama, sekolah akreditais A bisa mendaftarkan sampai 75 persen siswanya.
Aturan lainnya adalah kuota SNMPTN dibatasi minimal 30 persen. Sementara aturan sebelumnya, kuota SNMPTN dipatok paling sedikit 40 persen.
Memang ada PTN yang menetapkan kuota SNMPTN sampai 50 persen. Tetapi, ada juga yang berkisar 30 persen saja. Sehingga, mempengaruhi jumlah kelulusan SNMPTN secara umum.
Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemenristekdikti, Intan Ahmad mengatakan, akan mendalami kenapa jumlah pelamar SNMPTN turun. Terlebih ada selisih yang besar antara jumlah yang berhak melamar, dengan jumlah riil pendaftar SNMPTN.
“Kita inginnya pelamarnya maksimal. Supaya kompetisinya lebih kuat,” jelas guru besar ahli hama ITB itu.
Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI), Herry Suhardiyanto menjelaskan, peran nilai ujian nasional (UN) dalam SNMPTN. Dia menegaskan, penilaian SNMPTN tahun ini tidak menggunakan nilai UN. “SNMPTN itu penilaian yang berbasis nilai rapor. Jadi yang dilihat nilai rapor,” kata rektor IPB itu.
Namun, keberadaan nilai UN tetap ada kaitannya dengan SNMPTN. Yakni, nilai UN itu masuk dalam surat keterangan lulus (SKL) di tingkat SMA sederajat. Nah untuk bisa lulus dalam verifikasi SNMPTN, pelamar harus memiliki SKL tersebut.
Dia menegaskan, nama-nama yang lulus SNMPTN belum berarti lolos jadi mahasiswa baru. Sebab masih ada proses verifikasi yang digelar pada 16 Mei nanti.
Di antaranya, verifikasi keabsahan nilai rapor. Herry mengingatkan, siswa yang lulus SNMPTN harus melihat persyaratan verifikasi di website masing-masing kampus yang dituju.
Kepala Humas dan Keterbukaan Informasi Publik (KIP) Universitas Indonesia, Rifelly Dewi Astuti menuturkan, siswa pelamar SNMPTN di UI yang lulus wajib daftar ulang di laman penerimaan.ui.ac.id maksimal sampai 29 April. Kemudian, menjalani proses registrasi administrasi pada 16 Mei.
Rifelly menjelaskan di kampus “kuning” (julukan UI, red) pelamar SNMPTN mencapai 1.481 pelamar. Bagi yang tidak lulus SNMPTN, kampus UI masih membuka akses pendaftaran melalui SBMPTN dan jalur mandiri UI. Pendaftaran SBMPTN dibuka sampai 5 Mei. Sementara pendaftaran jalur mandiri UI dilaksanakan hingga 8 Mei. (*)
LOGIN untuk mengomentari.