Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus berupaya meningkatkan daya saing berbagai produk berorientasi ekspor. Menggenjot kualitas hasil panen kopi petani di lereng Gunung Muria dan memperkenalkan kopi muria, seiring melonjaknya permintaan komoditas itu di pasar ekspor.
Berbagai langkah dilakukan dengan memfasilitasi para petani kopi untuk meningkatkan kualitas.
Untuk mengetahui langkah yang telah dan akan ditempuh daerah ini, wartawan Koran Jakarta, Henri Pelupessy mewawancarai Bupati Kudus, Mustofa, di Semarang, baru-baru ini. Berikut petikan selengkapnya.
Apa yang dilakukan Pemkab Kudus untuk meningkatkan daya saing kopi di lereng Gunung Muria?
Kopi merupakan salah satu komoditas andalan Kudus. Langkah yang dilakukan dengan memfasilitasi para petani kopi di wilayahnya untuk meningkatkan kualitas dan melakukan sertifikasi standar serta memperluas pasar, baik domestik maupun eskpor. Lebih gencar memperkenalkan kopi muria melalui berbagai media, termasuk mengikutsertakan dalam pameran skala lokal, nasional maupun internasional.
Langkah lain yang ditempuh agar kopi muria kualitasnya meningkat?
Melakukan kerja sama antara petani dan eksportir melalui hubungan yang saling menguntungkan. Dilakukan dengan sistem rayonisasi atau pembagian wilayah agar kopi dapat lestari serta kualitasnya meningkat sesuai permintaan pasar.
Didorong melakukan kemitraan?
Setiap eksportir diharapkan bermitra dengan petani di wilayah tertentu, baik dalam pembelian produk, pembinaan maupun teknik budidaya dan pascapanen yang dapat menghasilkan produk sesuai permintaan pasar. Pemkab semakin gencar memperkenalkan kopi muria, baik melalui berbagai pameran, memasok ke kafe-kafe kopi yang lagi ngetren, juga membangun sejumlah trading house kopi di sentra produksi.
Di mana saja sentra produksi kopi?
Sentra produksi kopi di Kabupaten Kudus terdapat di lima desa di lereng Gunung Muria. Desa tersebut adalah Rahtawu, Ternadi, Soco, Colo, dan Japan. – N-3