in

Pemkot Pagaralam dorong petani kopi kembangkan tanaman sela

Palembang (ANTARA) – Pemerintah Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, mendorong petani kopi untuk mengembangkan tanaman sela yang bernilai ekonomis untuk menambah pendapatan petani.

Wali Kota Pagar Alam Alpian Maskoni mengatakan program pengembangan tanaman penaung atau tanaman sela itu bakal digenjot mulai tahun 2022.

“Sebetulnya petani kopi di sini, secara turun-temurun, sudah punya tanaman penaung tetapi belum bernilai ekonomis,” katanya pada lokakarya dan talkshow tentang agroforestry kopi, secara virtual, Kamis.

Alpian mengemukakan selama ini petani kopi banyak menanam pohon jengkol sebagai tanaman penaung, di samping sebagian lainnya menanam alpukat.

Akan tetapi, jika petani bisa menanam buah-buahan lainnya yang secara harga lebih menjanjikan. Selain tentunya, bisa berpengaruh terhadap aroma kopi.

Kopi merupakan sumber penghidupan masyarakat Pagaralam sehingga kami terus berupaya mengembangkan program yang bisa meningkatkan kesejahteraan petani kopi, kata dia.

Wali kota menambahkan pihaknya pun mengapresiasi langkah berbagai pihak yang mendukung konsep agroforestri untuk perkebunan kopi di Pagaralam.

Sementara itu, peneliti Agroforestry Extension Specialist World Agroforestry Centre (ICRAF) Endri Martini mengatakan pihaknya sudah melihat potensi pengembangan agroforestri kopi dengan tanaman buah-buahan sejak 2018.

Melalui program Empower, kami bekerja sama dengan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Bibit Tanaman Pangan dan Hortikultura meningkatkan akses petani kopi ke bibit unggul tanaman buah-buahan, ujarnya.

Selain itu, Endri melanjutkan pihaknya turut membangun enam kebun induk tanaman buah-buahan dan pemberian sertifikat kompetensi pembibitan terhadap 10 pembibitan tanaman buah-buahan.

Diketahui, program Empower adalah proyek peningkatan kapasitas yang berfokus pada peningkatan pengetahuan dan kapasitas petani kopi robusta di Pagaralam.

Empower bertujuan untuk meningkatkan mata pencaharian petani melalui produksi kopi dan tanaman lain yang ditanam di kebun kopi campuran, juga dikenal sebagai sistem agroforestri, ujarnya.

Sementara itu, di kesempatan berbeda, Kristian Tri Purnomo (38), petani kopi setempat mengatakan, saat ini harga kopi asal Pagaralam terus terkerek naik karena dipengaruhi tingginya permintaan seiring dengan semakin populernya kopi dari daerah ini.

Apalagi sejak kopi Pagaralam meraih pengakuan internasional atas citarasa uniknya dalam ajang kontes kopi dunia AVPA (Agency for the Valorization of the Agricultural Products) Gourmet Product 2020 di Paris, Prancis.

Saat ini harga biji Kopi Pagaralam untuk petik pelangi Rp20.000 per kilogram atau naik dari Rp17.000 per kilogram-18.000 per kilogram. Sementara untuk petik merah seharga Rp34.000 per kilogram, kata dia.

“Untuk program agroforestri ini, saya tertarik karena selama ini juga telah menanam tanaman sela. Tapi diakui memang belum memilih tanaman yang bernilai ekonomis,” kata dia.

 

What do you think?

Written by Julliana Elora

Iqbaal Ramadhan sempat stres belajar melukis

Junas beberkan sejumlah alasan IBL musim 2022 bakal lebih kompetitif